Profil Yenny Wahid Cawapres Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 Diusung PSI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah mendeklarasikan capres dan cawapres pilihan PSI, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie menyebut, pasangan calon tersebut cocok untuk memimpin Indonesia ke depan.
“Kombinasi Ganjar-Yenny Wahid kami nilai sebagai pasangan yang cocok untuk memimpin indonesia ke depan,” kata Grace dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).
Dia menjelaskan, keputusan itu merupakan hasil rembuk rakyat PSI sejak beberapa waktu lalu. Grace menekankan hasil keputusan itu bukan merupakan keinginan elite PSI, melainkan keinginan rakyat.
Grace juga menjelaskan, PSI mendukung hasil rembuk rakyat yang digelar oleh pihaknya. Dia menyebut Ganjar Pranowo sudah unggul sejak awal dari kandidat lainnya.
“Bagi PSI, Ganjar Pranowo adalah calon terbaik karena memiliki perjuangan yang sama dengan PSI. Mas Ganjar juga tokoh paling pas untuk memajukan apa yang sudah dilakukan pak Jokowi,” ucapnya.
Lalu, siapa sosok Yenny Wahid?
1. Anak Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid
Wanita kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974, ini adalah anak kedua dari pasangan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Sinta Nuriyah. Ia mempunyai seorang kakak, Alisa Wahid, dan dua orang adik, yakni Anita Wahid dan Inayah Wahid.
Meski dari keluarga pesantren, Yenny justru berbeda dengan kebanyakan anak-anak kiai lainnya. Ia justru masuk sekolah umum. Setelah lulus SMA Negeri 28 Jakarta tahun 1992, ia menekuni studi komunikasi visual di Universitas Trisakti, Jakarta.
Baca Juga: PSI Deklarasi Capres-Cawapres 2024: Ganjar Pranowo-Yenny Wahid
2. Pernah jadi wartawan
Editor’s picks
Selepas sekolah, Yenny memilih menjadi wartawan sebagai koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara 1997 dan 1999. Ia bertugas di daerah konflik sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh.
Yenny memutuskan berhenti menjadi wartawan setelah ayahnya terpilih menjadi presiden RI ke-4 pada 1999. Sejak itu, ke mana pun Gus Dur pergi, Yenny selalu mendampingi. Itu ia lakukan mulai 1999-2001.
Baca Juga: Taktik Yenny Wahid Hidupkan Euforia Panjat Tebing di Indonesia
3. Direktur Wahid Institute hingga staf khusus komunikasi periode SBY
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny mengambil kuliah dan memperoleh gelar Master's in Public Administration dari Universitas Harvard, AS, di bawah beasiswa Mason. Kembali dari Amerika pada 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.
Lembaga itu didirikan untuk mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual Gus Dur dalam membangun pemikiran Islam moderat.
Yenny berjuang tak hanya pada tataran wacana dan teori. Ia juga menjalani dalam kehidupan sehari-hari. Ia terjun ke dunia politik praktis layaknya Gus Dur. Bahkan ia pernah menjadi staf khusus bidang Komunikasi Politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
4. Pernah dipecat Cak Imin dari PKB
Kisah konflik sempat mewarnai perjalanan politiknya, dimulai saat ia menjadi Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) periode 2005-2010. Namun, di tengah perjalanan, pada tahun 2008, Yenny Wahid dipecat oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Sejak itu, Yenny mendirikan partai politik sendiri dengan nama Partai Kedaulatan Bangsa (PKB). Yenny menjadi ketua umumnya. Pada tahun 2012, dua partai PKB dan Partai Indonesia Baru (PIB) pimpinan Kartini Sjahrir melebur dengan nama Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) dan Yenny ditunjuk sebagai ketua umum partai baru tersebut.