PVMBG: Suara Dentuman Bukan Letusan Gunung Anak Krakatau

Dentuman terdengar Sabtu (11/4) dini hari di Jabodetabek

Jakarta, IDN Times - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan, suara dentuman bukan berasal dari Gunung Anak Krakatau melainkan dari suara petir di Gunung Gede, Jawa Barat.

"Suara dentuman tidak terkait dengan erupsi Anak Krakatau. Mereka (pos PVMBG) menjawab di Gunung Gede semalam hujan dan petir antara pukul 18 hingga 22," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan saat lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (11/4).

1. Erupsi Gunung Anak Krakatau tipe strombolian

PVMBG: Suara Dentuman Bukan Letusan Gunung Anak Krakatau(Tangkapan layar erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat 10 April 2020) Dokumentasi Kementerian ESDM

Hendra mengatakan, yang terjadi di Gunung Anak Krakatau adalah erupsi yang terjadi sejak pukul 22.35 WIB terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, itu hanya mengeluarkan semburan dengan ketinggian berkisar 500 meter.

“Ini tapi tipe erupsi yang miskin akan gas (tipe strombolian).Jadi sulit membayangkan bisa berakibat sampai jarak ratusan kilometer,” kata dia.

Baca Juga: Sejarah Dunia Mencatat, 7 Dampak Letusan Gunung Krakatau 1883

2. Pos Gunung Salak membenarkan dentuman petir

PVMBG: Suara Dentuman Bukan Letusan Gunung Anak KrakatauIlustrasi hujan. IDN Times/Anata

Kepala BNPB Doni Monardo juga telah mengonfirmasi berdasarkan laporan dari pos Gunung Salak yang membenarkan adanya suara dentuman seperti petir.

“Tadi dini hari jam 2 mendengar suara dentuman seperti petir, tapi tidak terekam secara kegempaan. Cuaca cerah dan gunung terlihat jelas,” kata Doni.

3. Tidak ada peningkatan ancaman Gunung Anak Krakatau selama Januari hingga 10 April 2020

PVMBG: Suara Dentuman Bukan Letusan Gunung Anak KrakatauIDN Times/Pos pantau Gunung Anak Krakatau Lampung

Sebelumnya, PVMBG Badan Geologi memantau material batuan pijar sudah terbawa ke permukaan dengan intensitas yang belum signifikan, jauh lebih kecil dibandingkan rangkaian erupsi pada periode Desember 2018–Januari 2019.

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini, menurut PVMBG, adalah lontaran material lava, aliran lava, dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe strombolian saat ini, menurut PVMBG, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah (masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan).

"Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar," katanya.

PVMBG menyimpulkan, berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental serta potensi bahaya Gunung Anak Krakatau selama Januari hingga 10 April 2020, tidak ada peningkatan ancaman. Tingkat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih tetap pada Level II (Waspada).

Meski begitu, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah/puncak Gunung Anak Krakatau atau di sekitar Kepulauan Anak Krakatau.

"Sedangkan area wisata Pantai Carita, Anyer, Pandeglang dan sekitarnya, serta wilayah Lampung Selatan masih aman dari ancaman bahaya aktivitas Gunung Anak Krakatau,” lanjut keterangan itu.

Baca Juga: Sempat Erupsi, Aktivitas Vulkanik Gunung Anak Krakatau Sudah Reda

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya