Serang Jokowi, Prabowo Mengawali dengan Persoalan Impor

Prabowo sebut Jokowi impor pangan banyak sekali

Jakarta, IDN Times - Segmen kelima debat Pilpres berlangsung, segmen ini adalah debat inspiratif dimana capres diberikan kesempatan untuk saling bertanya dan saling menanggapi pertanyaan seputar tema debat: infrastruktur, energi dan pangan, SDA dan lingkungan hidup.

Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan Prabowo menyebut Jokowi melakukan banyak impor pangan, tidak sesuai dengan apa yang disampaikan pada janji kampanye sebelumnya.

Ia bertanya ke Capres Petahana Jokowi, “Saya ingin bertanya bahwa bapak Jokowi waktu menjabat presiden dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa tidak akan mengimpor komoditas pangan. Ternyata, impor banyak sekali. komoditas itu ada datanya semua. Ini terus terang saja, sangat memukul kehidupan petani kita. petani tebu, panen tapi gula dari luar masuk dalam jumlah yang sangat besar,” tanya Prabowo.

Jokowi pun lantas menjawab dengan data yang ia hafal. Pada 2014, katanya, Indonesia mengimpor jagung 3,5 juta ton. Pada 2018, Indonesia hanya mengimpor 180 ribu ton.

“Artinya petani kita telah memproduksi 3,3 juta ton. sehingga impor itu menjadi sangat jauh berkurang. tidak mungkin kita membalikkan tangan sehari dua hari. Memerlukan waktu panjang,” jawab Jokowi.

Lebih lanjut, di sektor beras, kata Jokowi, sejak 2014 sampai sekarang turun. “Produksi beras kita memang swasembada 21 juta ton per tahun. 2018 produksi beras kita 33 juta ton. Konsumsi kita 29 juta ton, artinya ada surplus sebanyak 2,8 juta ton. apa artinya, kita surplus. kenapa kita impor, untuk menjaga ketersediaan stok, stabilisasi harga, cadangan bencana, cadangan gagal panen,” jawab Jokowi tanpa teks.

Tak henti disitu, Prabowo kembali menjawab Jokowi. Menurutnya, jawaban Jokowi itu klise alias sudah sering didengar. Menurutnya, strategi Jokowi dalam menyetabilkan harga kurang efesien.

“Falsafah ekonomi kita berbeda, kita ingin berdayakan produsen kita sendiri, jadi kalau memang kita kelebihan stok, ya kenapa kita harus impor? itu yang jadi masalah. Apakah tidak lebih baik devisa itu dihemat. Ekonomi harus untuk rakyat bukan rakyat untuk ekonomi. Menteri perdagangan baru saja mengubah peraturan menteri, dulu tidak boleh impor saat panen, sekarang boleh,” pungkasnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya