[UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 Hari

Belasan ribu orang masih mengungsi akibat tsunami

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan penetapan masa tanggap darurat pasca-tsunami di Banten dan Lampung Selatan.

Kedua wilayah tersebut terdampak tsunami pada Sabtu (22/12) malam, yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 400 orang dan ribuan lainnya luka-luka. Bahkan, korban diperkirakan akan terus bertambah karena pendataan hingga kini masih terus dilakukan.

Baca Juga: [Breaking] Korban Tewas Tsunami Selat Sunda Bertambah Jadi 429 Orang

1. BNPB menetapkan masa tanggap darurat

[UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 HariOji Paoji/WWF Indonesia

Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, korban jiwa akibat tsunami di Pandeglang, Banten, mencapai 290 jiwa. Sedangkan, 1.143 lainnya korban luka, 77 hilang, dan 14.395 mengungsi.

Sementara, di Lampung Selatan, terdapat 108 orang meninggal dunia, 279 lainnya luka-luka, 9 hilang, dan 1.373 mengungsi.

“Ditetapkan masa tanggap darurat di Pandeglang 14 hari, sejak 22 Desember hingga 4 Januari 2019. Sedangkan, di Lampung Selatan tujuh hari, yaitu 23 Desember hingga 29 Desember 2018. Bisa diperpanjang," kata Sutopo dalam jumpa pers di BPNB, Jakarta, Selasa (25/12).

2. Wilayah Kecamatan Sumur masih terisolir

[UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 HariOji Paoji/WWF Indonesia

Wilayah terisolir dari tujuh desa di Kecamatan Sumur yang semua berada di pesisir Pandeglang, Banten, baru Dusun Panilis dan Tanjung Male di Desa Tamanjaya, yang dapat dijangkau tim evakuasi gabungan. Enam desa lain yang memerlukan bantuan berada di Kecamatan Sumur.

“Desa Cigorondong, Kertajaya, Sumberjaya, Tunggajaya, Ujungjaya, dan Desa Kertamukti,” lanjut Sutopo.

3. Pulau Sabesi dan Sebuku juga masih terisolir

[UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 HariOji Paoji/WWF Indonesia

Selain Provinsi Banten, Sutopo melanjutkan, daerah terisolir lainnya adalah Pulau Sabesi dan Pulau Sebuku, di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

Sutopo menyebutkan tim gabungan masih berusaha menjangkau wilayah terisolir melalui udara, darat, dan laut.

“Masih kita coba jangkau, tapi kita belum bisa memastikan rampung kapan,” pungkas Sutopo.

4. Tsunami menghancurkan lima kabupaten

[UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 HariOji Paoji/WWF Indonesia

Sebelumnya, Sutopo mengatakan, tsunami yang disebut-sebut akibat fenomena naiknya gelombang laut dan erupsi Gunung Anak Krakatau itu, menghancurkan lima kabupaten di wilayah Provinsi Banten dan Lampung, yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Sementara, korban jiwa di masing-masing kabupaten yakni Pandeglang 290 orang, Serang 29 orang, Lampung Selatan 108 orang, serta Tanggamus dan Pesawaran masing-masing satu orang. Total korban meninggal hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, 429 orang.

5. Dua faktor alam diduga menjadi penyebab tsunami

[UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 HariIDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan tsunami yang terjadi di wilayah pesisir barat Provinsi Banten dan Lampung Selatan itu disebut-sebut akibat dua faktor alam dan fenomena langka.

Pertama, karena naiknya gelombang akibat bulan purnama. Kedua, akibat erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, yang memicu terjadinya longsor tanah bawah laut.

Alat pendeteksi tsunami yang menjadi alarm peringatan dini tsunami tidak berfungsi, sehingga masyarakat tidak mengetahui datangnya tsunami. BMKG awalnya menyebut datangnya gelombang laut akibat laut pasang, namun pada Minggu (23/12) dini hari, meralat kejadian tersebut sebagai gelombang tsunami.

Sementara, BNPB maupun BMKG menyebutkan, Indonesia belum memiliki alat pendeteksi tsunami yang disebabkan erupsi gunung. Indonesia hanya memiliki alat pendeteksi tsunami akibat gempa bumi.

Baca Juga: BNPB: Terisolir Setelah Tsunami, 7 Desa Masih Belum Tersentuh Bantuan

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya