[UPDATE] Per 13 Juli 2020, Kasus COVID-19 di Dunia Tembus 12,8 Juta

Amerika Serikat masih menjadi penyumbang terbesar

Jakarta, IDN Times - Belum ada tanda-tanda mereda, virus corona yang menyebarkan penyakit COVID-19 kini sudah menjangkiti 12.865.184 orang di 188 negara, termasuk Indonesia. Dari jumlah tersebut, 3.301.820 kasus berada di Amerika Serikat.

Angka kasus tersebut berdasarkan data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Johns Hopkins, Senin (13/07/2020) pukul 07.00 WIB.

1. Kasus COVID-19 terbanyak di Amerika Serikat

[UPDATE] Per 13 Juli 2020, Kasus COVID-19 di Dunia Tembus 12,8 JutaTenaga medis bersiap untuk melakukan intubasi pasien dengan penyakit virus korona (COVID-19) di unit perawatan intensif penyakit virus korona (COVID-19) United Memorial Medical Center di Houston, Texas, Amerika Serikat, Senin (29/6/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Callaghan O'Hare

Amerika Serikat masih menjadi negara dengan penyumbang kasus virus corona terbanyak nomor satu di dunia dengan angka 3.301.820. Sedangkan kasus kematian di Negeri Paman Sam itu tembus 135.995 kasus.

Berbanding terbalik dengan kasus kesembuhan, Amerika Serikat justru menempati peringkat kedua dengan angka 1.006.326.

Baca Juga: Ternyata Virus Corona Bisa Bertahan di Udara Hingga 8 Jam

2. Kasus sembuh terbanyak di Brasil

[UPDATE] Per 13 Juli 2020, Kasus COVID-19 di Dunia Tembus 12,8 JutaSeorang pria berjalan di sebelah grafiti yang menggambarkan petugas kebersihan memakai alat pelindung diri menyemprotkan virus berwajah Presiden Brasil Jair Bolsonaro ditengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat (12/6/2020). ANTARA FOTO/ REUTERS/Sergio Moraes

Sementara itu, Brasil menjadi negara nomor satu kasus sembuh COVID-19 dengan angka 1.244.088. Untuk jumlah kasus COVID-19, Brasil menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan angka 1.864.681. Sebanyak 72.100 orang dinyatakan meninggal.

3. Penularan COVID-19 bisa melalui airborne

[UPDATE] Per 13 Juli 2020, Kasus COVID-19 di Dunia Tembus 12,8 JutaPara peserta UTBK gelombang I di ITS pemegang KIP-Kuliah melakukan rapid test di gedung Plasa dr Angka ITS. Dok. Humas ITS

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (9/7/2020) memberikan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa COVID-19 dapat menular melalui udara atau istilahnya airborne. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa penyakit tersebut cepat menyebar ke seluruh dunia. 

Oleh karena itu di hari yang sama, WHO merilis panduan baru mengenai penularan COVID-19 melalui situs resminya. Ada beberapa pembaruan yang perlu kamu ketahui.

Penularan utama COVID-19 tetaplah melalui kontak dengan pasien. Baik kontak langsung, tidak langsung, atau berada di dekat mereka. WHO mengatakan bahwa hal ini terjadi karena pasien COVID-19 mengeluarkan droplet dari saluran pernapasannya ketika berbicara, batuk, bersin, atau menyanyi. 

Cairan dari pernapasan tersebut bisa dibagi menjadi dua macam, yakni respiratory droplet (berukuran lebih dari lima hingga sepuluh mikrometer) dan droplet nuclei atau aerosol (berukuran kurang dari lima mikrometer). 

Respiratory droplet dapat mengenai orang lain yang berada dalam radius satu meter dengan pasien. Ketika cairan itu mengenai mata, hidung, dan mulut, maka besar kemungkinan mereka untuk tertular. Sementara itu, droplet nuclei atau aerosol ditularkan melalui udara. Ikuti penjelasannya di poin kedua!

Kita sering mendengar istilah "airborne", namun apa artinya?

WHO mengatakan bahwa transmisi airborne terjadi ketika virus disebarkan melalui droplet nuclei atau aerosol yang tetap bisa menular ketika dilepaskan ke udara. Selain itu, droplet nuclei bisa menggantung di udara dalam jarak dan waktu yang lama. 

Sebelumnya, WHO mengatakan bahwa transmisi ini dimungkinkan ketika kita berada di lingkungan rumah sakit. Sebab ada sejumlah prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Namun lingkup tersebut kini membesar. 

Mengutip laporan WHO, ada beberapa studi yang dilakukan di rumah sakit untuk mengamati keberadaan virus di udara. Ternyata walaupun tidak ada prosedur medis yang melibatkan aerosol, RNA SARS-CoV-2 tetap ditemukan di udara. Namun ada pula studi yang menentangnya. 

Lebih lanjut, terdapat pula bukti bahwa aerosol juga diproduksi ketika kita berbicara dan batuk. Oleh karena itu, walaupun studi mengenai sifat airborne dari COVID-19 masih terbatas, ada baiknya untuk tetap menerapkan pencegahan berbasis airborne

Penularan airborne ini utamanya terjadi di ruangan yang tertutup, ramai, dan tidak ada ventilasi yang memadai. Contohnya ruangan gym, restoran, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Update WHO: 4 Cara Penularan Baru COVID-19, Salah Satunya Airborne

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya