Waspada DBD Meningkat di Musim Kemarau sampai Agustus
Intinya Sih...
- Kasus DBD di Indonesia mencapai 88.593 kasus dengan 621 kematian hingga minggu ke-17 2024.
- Kemarau diprediksi meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk, potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga minggu ke-17 2024, terdapat 88.593 kasus dengan 621 kasus kematian di Indonesia.
Hal tersebut berdasarkan laporan dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, mengatakan, kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk.
“Jadi, kita dapat penelitian, waktu suhunya 25 derajat celcius itu nyamuk menggigitnya 5 hari sekali. Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit 2 hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,” kata Imran dalam keterangan tertulisnya, Minggu (16/6/2024).
Baca Juga: Tekan Kasus DBD, Dinkes Jakarta Akan Sebar Nyamuk Wolbachia
1. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Juli-Agustus
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Pada Juli 2024, kemarau diprediksikan terjadi di sebagian pulau Sumatra, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara.
Sedangkan, pada Agustus 2024, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian besar pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian Pulau Papua.
Namun demikian, kata Imran, kasus DBD di Indonesia mengalami pemendekan siklus, yang mengakibatkan peningkatan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR).
“Terjadi pemendekan siklus tahunan dari 10 tahun menjadi 3 tahun bahkan kurang yang disebabkan oleh fenomena El Nino,” kata Imran.
Baca Juga: 3 Perbedaan Nyamuk DBD dan Nyamuk Malaria, Cek di Sini!
2. Kasus DBD meningkat pada 2024
Editor’s picks
Kasus DBD berhasil diturunkan sekitar 35 persen pada 2023 dan awal 2024. Kendati demikian, pada minggu ke-22 2024, kasus DBD kembali mengalami kenaikan mencapai 119.709 kasus.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023 yang mencapai 114.720 kasus.
“Jumlah kasus DBD saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus tahun 2023,” ujar Imran.
Meskipun kasus DBD meningkat, jumlah kasus kematian akibat DBD menunjukkan penurunan. Pada 2023, jumlah kematian akibat DBD mencapai 894 kasus, sedangkan pada 2024 minggu ke-22 terdapat 777 kasus kematian.
“Kunci penangannya yang saya lihat di DKI ini, begitu terdeteksi demam berdarah langsung masuk rumah sakit untuk diopname karena kalau pulang akan susah dilakukan monitoring, yah, monitoring kebocoran cairannya itu susah. Itulah kunci untuk menurunkan case facility rate seminimal mungkin,” ujarnya.
Baca Juga: Antisipasi DBD, Warga Serang Bersihkan Lingkungan Saat Libur Panjang
3. Anak-anak 5-14 tahun rentan DBD
Berdasarkan data distribusi kasus DBD sesuai kelompok umur dalam tiga tahun terakhir, kelompok umur 15 hingga 44 tahun merupakan kelompok yang paling banyak terkena DBD dalam tiga tahun terakhir.
Sedangkan, untuk kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur lima hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan.
“Kalau kita melihat dari kasusnya kita bisa lihat anak-anak memang lebih rentan untuk menjadi lebih buruk kondisinya,” lanjut Imran.
Pada 2024, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu Bandung, Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Sementara itu, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus dengan IR tertinggi, yaitu Kendari, Gianyar, Kutai Barat, Klongkong, dan Tomohon.
Kasus kematian DBD terbanyak pada 2024 terjadi di lima kabupaten/kota, yaitu Bandung, Klaten, Subang, Kendal, dan Jepara. Sedangkan CFR tertinggi terdapat di lima kabupaten/kota yaitu Tidore Kepulauan, Purworejo, Mandailing, Barru, dan Surakarta.
Baca Juga: Kemenkes Tindak Tiga Nakes Jadi Calo Perpanjangan SIP