I Wayan Koster: Millennials Perlu Pelihara Akar Budaya

Gubernur Bali buka-bukaan soal millennials dan politik.

IDN Times, Denpasar –  I Wayan Koster mengenakan busana khas Bali, lengkap dengan udeng, ikat kepala khas Pulau Dewata. Istrinya, Ni Luh Putu Putri Suastini mengenakan busana dengan nuansa kain yang sama.  

“Ayo, tunggu sebentar ya, kita foto bareng istri saya. Dia penulis juga,” ujar Gubernur Bali I Wayan Koster, saat menerima tim IDN Times di rumah dinasnya, Jaya Saba, Denpasar, Senin (19/11) sore. Ni Luh Putu Putri merupakan penulis sejumlah buku kumpulan puisi.

Sedianya Wayan Koster dijadwalkan hadir pada acara peluncuran IDN Times Regional Bali yang berlangsung di The Colony, sebuah co-working space yang terletak di Plaza Renon, tak jauh dari kantor gubernur. Namun, tamu penting dari Jakarta membuatnya urung hadir. Meski demikian, ia tetap memberikan waktu untuk ngobrol dengan IDN Times.

“Saya orang eksakta. Istri saya seniman. Kami saling melengkapi,” ujar Wayan Koster sambil tersenyum dan menepuk lembut bahu sang istri.

Wayan Koster adalah politisi senior di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI sejak 1 Oktober 2014-26 Februari 2018.

Dalam Pilkada serentak 2018, dia memenangi 57,68 persen suara. Bagi PDIP, partai yang mengusungnya, kemenangan Wayan seolah menjadi simbol 'merebut kembali Bali'. Provinsi ini pernah menjadi lumbung suara bagi parpol pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Selama kampanye, Wayan mengaku banyak dibantu oleh kader dan teman-temannya. “Alat kampanye dibantu. Saya kan gak punya duit banyak,” kata dia.  

Wayan Koster dilantik sebagai gubernur Bali pada 5 September 2018. Sebelum terjun ke dunia politik, dia bergelut di dunia pendidikan.  

Wayan Koster menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung, dan melanjutkan pascasarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi International Golden Institute Jakarta. Tak berhenti di situ, Wayan kemudian menuntaskan pendidikan S3 di Universitas Negeri Jakarta.

Berikut petikan wawancara Wayan Koster dengan IDN Times.

1. Apa program gubernur untuk millennials di Bali?

I Wayan Koster: Millennials Perlu Pelihara Akar BudayaIDN Times/Rehuel ​Willy Aditama

Pertama, yang kita lakukan di bidang teknologi informasi, kami sedang menyusun Bali Smart Island. Nantinya, di semua desa adat di Bali yang berjumlah 1.463 akan diberikan wifi secara gratis. 

Sehingga anak-anak muda kita yang suka kumpul-kumpul di tempat-tempat yang selama ini tidak tertentu bisa dilokalisir di desa adat masing-masing. Di sana nantinya bisa saling berkomunikasi secara online di semua wilayah Bali, sekaligus mempromosikan desanya masing-masing. 

Menurut saya ini bisa menjadi wadah yang baik untuk memfasilitasi anak-anak millennials kita. Selain itu, wifi gratis ini juga akan diberikan di SMA dan SMK, puskesmas, dan obyek-obyek wisata.

Ini juga wadah untuk berkomunikasi sesama generasi millennial. Kami sempat bertemu dengan anak-anak muda ini. 

Kedua, mereka juga memiliki harapan mendapat pelayanan pendidikan yang baik, terutama di perguruan tinggi. Mereka sangat berharap setelah lulus SMA dan SMK, bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi, baik di dalam wilayah Bali dan di luar Bali. Bahkan sampai ke luar negeri. 

Para anak muda ini ingin mendapat fasilitas bagi yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikannya, terutama pendidikan yang berkaitan dengan dunia kerja yang sesuai kompetensi yang dibutuhkan.

Baca Juga: 7 Gebrakan Kebijakan Gubernur Wayan Koster yang Ajegkan Bali

2. Millennial di Bali dibanding dengan Provinsi lain paling terpapar dengan budaya global, karena banyaknya tamu wisata dari luar negeri. Bagaimana upayanya untuk menjaga agar anak muda tetap lekat dengan akar budaya asli?

I Wayan Koster: Millennials Perlu Pelihara Akar BudayaIDN Times/Rehuel ​Willy Aditama

Kami tengah menggalakkan program prioritas di bidang adat, agama, seni, budaya, dan kearifan lokal. Ini yang sedang didesain dan diberikan kepada anak-anak muda baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jadi, untuk mendekatkan para generasi muda dengan kearifan lokal yang dimiliki. 

Di dunia modern saat ini saya kira, akar budaya harus digali dan didekatkan dengan generasi muda. Ini juga harus diwadahi, termasuk program wifi gratis di masing-masing desa akan kami isi dengan konten dan materi program untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya Bali atau akar budayanya kepada anak-anak muda kita. 

Saya kira ini harus diintensifkan, jika tidak saya kira anak-anak kita akan digerogoti nilai-nilai baru yang tidak mengakar di Bali. Ini bisa menghilangkan dan mengintervensi hal-hal yang tadinya menjadi nilai kehidupan anak-anak muda di Bali. Saya kira itu bisa mengubah cara hidupnya dan menjauhkan anak muda dengan kearifan lokal yang dimiliki sesuai dengan tradisi yang asli di Bali. 

Kami harus secepatnya mewadahi ini secara terprogram dan berkelanjutan. Agar anak muda bisa mengikuti perkembangan global dengan tetap memelihara dan mempertahankan akar budayanya. 

3. Anak muda banyak yang golput dalam Pemilu, apa yang perlu dilakukan agar anak muda mau terlibat dan tahu tentang politik, terutama tentang Pemilu di 2019?

I Wayan Koster: Millennials Perlu Pelihara Akar BudayaIDN Times/Uni Lubis

Saya kira anak-anak muda kita harus diberi pemahaman dan kesadaran pentingnya hak dan kewajiban sebagai warga negara. Di usianya yang muda, kalau sudah memenuhi persyaratan menggunakan hak pilihnya saya kira kita harus menyadarkan bahwa mereka penting menggunakan suaranya dan hak pilihnya di setiap event politik, baik presiden, legislatif dan pemilihan kepala daerah. 

Ini penting karena suatu daerah atau negara harus ada pemimpinnya. Untuk mendapatkan pemimpin mereka harus dipilih. Sedangkan yang memilih para pemimpin ini adalah rakyatnya, dan di sana ada generasi muda. 

Anak-anak kita harus disadarkan seperti itu, dengan demikian melekat di dalamnya hak dan kewajiban menjadi kesadaran yang dijalankan secara cerdas. Apa yang pantas apa yang tidak pantas, apa yang boleh dan tidak boleh. Itu harus ditanamkan kepada anak muda. 

Bahwa negara memberikan kesempatan kepada warganya untuk menggunakan hak politiknya di dalam demokrasi. Saya kira anak muda harus menggunakan hak itu dengan baik dan secara bertanggung jawab.

4. Anda sendiri apakah pernah terbayang jadi gubernur?

I Wayan Koster: Millennials Perlu Pelihara Akar BudayaInstagram/@kostergubernurbali

Gak sih, tapi ini jalan hidup namanya hingga bisa sampai di sini. Kita jalani secara alamiah saja dengan mengikuti proses politik di partai. Tiga periode di DPR RI, kemudian ditugaskan oleh Ibu Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri untuk memimpin partai di Bali sejak tahun 2015 yang lalu, yakni menjadi ketua Dewan perwakilan Daerah (DPD) PDIP Bali. 

Lantas ditugaskan maju pada pemilihan gubernur Bali pada 27 Juni 2018 yang lalu. Dan, Astungkara, terpilih dengan perolehan suara 57,68 persen. 

Tentu saya harus melaksanakan tugas dan amanat yang diberikan oleh partai dan ketua umum serta harapan masyarakat dalam pembangunan bali ke depan. Agar Bali menjadi jauh lebih baik.

Baca Juga: 10 Potret Peluncuran IDN Times Regional Bali

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya