Cerita Aisyah Boyong 2 Cucunya Lari ke Bukit Saat Tsunami Menerjang

Saat kejadian, Aisyah dan 2 cucunya sedang tertidur pulas

Jakarta, IDN Times - Walau menutup akhir tahun 2018 dengan suasana hati yang pilu, tak mengurangi perasaan bahagia para pengungsi yang kena imbas tsunami di pesisir Banten.

Itu pula yang dialami oleh Aisyah. Perempuan berusia 56 tahun ini tinggal di Desa Labuhan, wilayah terdampak gelombang tsunami yang melanda pesisir Anyer, Banten.

Aisyah tinggal bersama dua cucunya di rumah kontrakan di Desa Labuhan, Pandeglang, Banten. Saat kejadian, ia bersama cucu-cucunya berhasil selamat dan mengungsi ke daerah Jiput, sebuah wilayah perbukitan di daerah Pandeglang, pada Sabtu (22/12) malam.

Baru pada Minggu (23/12) pagi, ia dan kedua cucunya, Niko (12) dan Iken (6), mengungsi ke posko pengungsian yang didirikan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia.

“Malam itu, saya sudah tidur. Tapi saya dengar tetangga teriak, ‘ombak, ombak!’, maka saya langsung bawa dua cucu saya dan meninggalkan rumah,” cerita Aisyah.

Sempat menghabiskan satu hari di rumah saudara, Aisyah memilih mengungsi di posko yang didirikan oleh Kemensos.

“Di sini (posko pengungsian) enak. Makanan terjamin, kebutuhan anak-anak juga terjamin. Cucu saya juga kelihatan nyaman di sini,” ujar Aisyah.

Meski begitu, Aisyah berujar bahwa ia akan kembali ke rumah kontrakannya esok hari.

“Mau balik ke rumah, karena kan setahu saya, saya diminta mengungsi sampai tanggal 25 (Desember). Tapi sebenarnya di posko pun nyaman, tapi kalau besok harus balik, saya juga tidak masalah,” ujar Aisyah.

Sementara itu, kedua cucu Aisyah, Niko dan Iken, tampak menikmati keadaan di posko pengungsian.

“Suka main di sini, temannya banyak, pak tentara di sini juga baik-baik,” ujar Niko, yang kini duduk di kelas 1 MTs, yang tak malu-malu mengatakan kepada tim IDN Times bahwa ia bercita-cita jadi tentara.

Baca Juga: Haru, Ayah Gitaris Seventeen: Saya Sangat Terpukul Kehilangan Herman

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya