Pengamat UI: 4 Faktor Kesra Belum Mampu Dijelaskan oleh Kedua Cawapres

Banyak gagasan kedua cawapres yang belum membumi

Jakarta, IDN Times - Debat Cawapres 2019 baru saja selesai pada Minggu (17/3) malam kemarin. Terkait hal ini, beberapa pernyataan menarik pun bermunculan merespons jalannya debat dengan tema besar kesejahteraan rakyat (kesra) meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan kebudayaan.

Mengacu pada topik-topik tersebut, IDN Times turut mengundang pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati. Kepada kami, Devie yang juga merupakan dosen Vokasi Komunikasi UI ini menjabarkan apa saja pendapatnya terkait debat yang berlangsung kemarin malam.

1. Kampanye terkait kesra hanya berfokus di angka

Pengamat UI: 4 Faktor Kesra Belum Mampu Dijelaskan oleh Kedua CawapresIDN Times/Margith Juita Damanik

Kritikan utama Devie kepada kedua paslon, utamanya apa yang disampaikan kedua calon wakil presiden (cawapres) yang berdebat semalam, adalah di poin penyampaiannya. Kedua paslon, menurut Devie, hanya berfokus di angka belaka, tapi abai dengan substansi.

"Dari kubu 01 dan 02, menurut saya, masih fokus ke hal-hal yang diukur secara angka, tidak secara substansi. Bicara di konteks sosial misalnya, tidak bisa diukur secara material, secara angka. Ada empat aspek terkait sosial yang substantif tapi belum dijelaskan secara baik yakni kualitas sosial, keluarga, kejahatan (kriminal), dan lingkungan," ujar Devie.

Baca Juga: Pengamat UI: Debat Cawapres 2019 Skornya Imbang 1-1

2. Kriminalitas memegang kunci di kesejahteraan, lho!

Pengamat UI: 4 Faktor Kesra Belum Mampu Dijelaskan oleh Kedua CawapresIDN Times/Rochmanudin

Salah satu pendapat menarik yang dikemukakan Devie adalah bagaimana faktor-faktor penunjang kesra biasanya malah tidak berbasiskan data dan angka, tapi memang perlu turun ke rakyat untuk mendengar dan melihat. Lebih lanjut, Devie menjabarkan salah satu hasil risetnya.

"Kejahatan atau kriminalitas, tanpa disadari banyak orang, itu bisa meningkatkan kesra, lho. Contohnya, meningkatnya kasus kriminal, membuat orang-orang yang di kampung misalnya, membangun siskamling, memberdayakan linmas atau hansip, yang otomatis membuka lapangan pekerjaan dengans sendirinya. Hal seperti ini kan tidak terlampir di data atau angka," jelas Devi lebih lanjut lagi.

3. Sebaiknya tidak membawa gagasan grande yang terlalu selangit

Pengamat UI: 4 Faktor Kesra Belum Mampu Dijelaskan oleh Kedua CawapresANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Lanjut Devie, sebaiknya para paslon, terutama kedua cawapres, menyampaikan gagasan terkait kesra dengan lebih membumi. Istilah 'membumi' ini sendiri dipakai Devie karena menurutnya, selama ini kedua paslon lebih banyak membawa gagasan yang terlalu melangit.

"Bagi saya pribadi, kedua paslon menawarkan visi-misi yang melangit, terlalu grande, terlalu luas, padahal kita butuh sesuatu yang membumi. Di topik malam ini, konteks sosial misalnya, keduanya belum memuaskan," jelas Devie.

4. Debat Cawapres 2019 berakhir sama kuat

Pengamat UI: 4 Faktor Kesra Belum Mampu Dijelaskan oleh Kedua CawapresANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Terkait hasil dari Debat Cawapres 2019 sendiri, Devie menyebutkan bahwa skornya sama kuat. Menurut dia, kedua kubu punya keunggulan mereka masing-masing, walau di level gagasan, masih banyak kekurangan di sana-sini.

"Kalau saya, skornya imbang, lah, mungkin 1-1. Kubu 01 sebagai petahana punya keunggulan di program dan kebijakan, sementara kubu 02, ya sebagai penantang, kekuatannya di karakter. Pak Sandiaga Uno kan menunjukkan kesantunan tadi setiap akan merespons pernyataan Kiai Ma'ruf Amin," ujar Devie.

Baca Juga: Pengamat UI: Mau Main PUBG dan Jadi YouTuber, Jangan Golput!

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya