SETARA Institute Sebut Reuni 212 Perburuk Kualitas Keagamaan 

Reuni 212 direncanakan berlangsung di Monas, Minggu (2/12)

Jakarta, IDN Times - Seperti diketahui, rencana reuni 212 akan diselenggarakan di lapangan Monumen Nasional (Monas) pada Minggu (2/12) nanti. Di acara tersebut, dikutip dari Novel Bamukmin, agenda besar mereka adalah bela kalimat tauhid dan ia jamin tidak akan bermuatan politik.

Namun, menurut rilis Setara Institute, Hendardi, pihaknya merilis bahwa reuni 212 sangat bermuatan politis. Dan hal itu terlihat dengan jelas secara gamblang di depan mata dan menurut Hendardi, rakyat seharusnya sadar tentang hal itu.

1. Rencana reuni aksi 212 aksi yang digagas elite Islam politik

SETARA Institute Sebut Reuni 212 Perburuk Kualitas Keagamaan IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Rencana reuni aksi 212 pada 2 Desember 2018 telah menggambarkan secara nyata bahwa aksi yang digagas oleh sejumlah elite Islam politik pada 2016 lalu dan coba direpetisi pada 2/12/2017 adalah gerakan politik. Sebagai sebuah gerakan politik, maka kontinuitas gerakan ini menjadi arena politik baru yang akan terus dibangkitkan sejalan dengan agenda-agenda politik formal kenegaraan terutama jelang Pilpres 2019.

Baca Juga: Novel Bamukmin: Tema Reuni 212 adalah Bela Kalimat Tauhid

2. Target para elite 212 adalah menguasai ruang publik

SETARA Institute Sebut Reuni 212 Perburuk Kualitas Keagamaan IDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Menguasai ruang publik (public space) adalah target para elite 212 untuk terus menaikkan daya tawar politik dengan para pemburu kekuasaan atau dengan kelompok politik yang sedang memerintah. Bagi mereka, public space adalah politik. Jadi, meskipun gerakan ini tidak memiliki tujuan yang begitu jelas dalam konteks mewujudkan cita-cita nasional, gerakan ini akan terus dikapitalisasi.

3. Gerakan 212 dianggap memperburuk kualitas keagamaan di Indonesia

SETARA Institute Sebut Reuni 212 Perburuk Kualitas Keagamaan IDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Disesalkan bahwa gerakan 212 menggunakan pranata dan instrumen agama Islam, yang oleh banyak tokoh-tokoh Islam mainstream justru dianggap memperburuk kualitas keagamaan di Indonesia. Apapun alasannya, populisme agama sesungguhnya menghilangkan rasionalitas umat dalam beragama. Juga menghilangkan rasionalitas warga dalam menjalankan hak politiknya.

4. Warga mulai sadar bahwa gerakan 212 membahayakan kohesi bangsa yang majemuk

SETARA Institute Sebut Reuni 212 Perburuk Kualitas Keagamaan IDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Namun demikian, dua tahun hampir berlalu, gerakan ini mulai kehilangan dukungan sejalan dengan meningkatnya kesadaran warga untuk menjauhi praktik politisasi identitas agama untuk merengkuh dukungan politik atau menundukkan lawan-lawan politik. Warga juga telah semakin sadar dan pandai melihat bahwa gerakan semacam ini membahayakan kohesi sosial bangsa yang majemuk. Jadi, kecuali untuk kepentingan elite 212, maka gerakan ini sebenarnya tidak ada relevansinya menjawab tantangan kebangsaan dan kenegaraan kita.

Baca Juga: Ini Pesan PBNU Buat Peserta Reuni 212, Catat Ya Guys!

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya