Istana Pantau Bencana dari Aceh hingga Kalimantan Selatan

Jakarta, IDN Times - Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, mengatakan, pemerintah tidak hanya memantau bencana hidrometeorologi yang terjadi di tiga provinsi di Sumatra. Pemerintah juga memonitor bencana di wilayah lain seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan.
"Kami juga memonitor terjadinya bencana-bencana di tempat yang lain. Seperti beberapa hari yang lalu juga ada bencana di Kalimantan Selatan yang juga cukup besar. Ada beberapa desa yang terdampak. Kami sudah minta kepada BNPB (Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana) untuk ditangani secepatnya," ujar Prasetyo di Lanud Halimperdanakusuma, Jakarta Timur pada Senin (29/12/2025.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, sebanyak 4.180 jiwa terdampak banjir yang terjadi sejak Sabtu (27/12/2025). Selain itu, 38 unit rumah dilaporkan mengalami kerusakan akibat banjir dan cuaca ekstrem.
Kepala Pelaksana BPBD HSS, Kusairi, mengatakan, data tersebut masih bersifat sementara dan terus diperbarui.
"Hingga saat ini belum ada warga yang mengungsi. Kondisi terakhir, air di sejumlah wilayah sudah mulai surut," ujar Kusairi saat dikonfirmasi di Kandangan, Senin (29/12/2025).
1. Pemerintah bakal antisipasi bencana susulan akibat cuaca ekstrem

Dia mengatakan, pemerintah telah menyiapkan langkah antisipasi dalam mitigasi untuk menghadapi bencana susulan di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara akibat cuaca ekstrem. Pihaknya mengaku juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk mempercepat proses pembersihan kayu-kayu yang berada di aliran sungai agar tidak ada hambatan.
"Kami meminta kepada Kemenhut untuk mempercepat proses pembersihan di aliran-aliran sungai supaya nanti tidak ada sumbatan dari kayu-kayu yang kemarin seperti bencana yang pertama," ujar Prasetyo.
Pemerintah juga telah meminta Kemenhut untuk melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang memiliki kecuraman atau lereng yang sangat ekstrem, terutama pada daerah yang jenis tanahnya lumpur atau lembek. Pemetaan terhadap wilayah-wilayah tersebut penting dilakukan mengingat antar daerah memiliki jenis tanah yang berbeda.
"Jenis yang longsor-longsor itu berada di tingkat yang kelerengannya cukup tinggi, dan pastilah jenis yang tanahnya, termasuk yang jenis tanah lumpur atau lembek, bukan tanah yang sifatnya kuat atau kasar," kata dia.
2. Prasetyo minta BMKG monitor cuaca dan iklim jelang pergantian tahun

Prasetyo juga meminta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memonitor iklim dan cuaca menjelang pergantian tahun. Pasalnya, curah hujan biasanya meningkat pada Desember hingga Januari.
"Kami terus meminta kepada BMKG untuk terus memonitor kondisi iklim dan cuaca karena bagaimana pun ini menjelang pergantian tahun, biasanya ini curah hujan meningkat di Desember maupun Januari," kata dia.
Tak hanya itu, dia juga meminta BMKG melakukan upaya mitigasi agar bencana hidrometeorologi basah dapat diminimalisir.
3. Jumlah korban meninggal dunia sudah mencapai 1.140 jiwa

Berdasarkan data terbaru yang dikutip dari BNPB, jumlah korban meninggal dunia di tiga provinsi di Sumatra sudah mencapai 1.140 jiwa. Angka kematian itu bisa terus bertambah akibat masih ada 163 orang yang dilaporkan masih hilang. Jumlah korban meninggal dunia tertinggi berada di Aceh yakni 301 jiwa.
Hampir 400 ribu jiwa masih tinggal di tenda pengungsi. 166.925 rumah mengalami rusak berat. Jumlah pengungsi tertinggi berada di Aceh Utara yang nyaris mencapai 167 ribu orang. Bahkan, 54 sekolah bakal menggelar kegiatan belajar mengajar pada ajaran tahun baru 5 Januari 2026 di tenda pengungsi. Hal itu karena sekolah mengalami kerusakan berat dan belum bisa direnovasi.