Drama Kolosal Peringati Hari Pahlawan di Surabaya Berujung Tragedi 

Bocah 9 tahun tewas setelah terlepas dari pegangan ibu

Surabaya, IDN Times - Selepas Maghrib, (9/11), Helmi Surowijaya pamit untuk menonton drama kolosal "Surabaya Membara" yang pentas di sekitar kawasan Tugu Pahlawan. Sang ayah, Harijanto, tak menyangka bahwa itulah saat terakhir dia melihat putranya itu. 

Helmi merupakan salah satu dari tiga korban tewas tragedi viaduk rel kereta api pada Jumat malam itu.  

Baca Juga: Polisi Pastikan 3 Penonton Drama "Surabaya Membara" Tewas

1. Helmi sempat ditandai dengan Mr X

Drama Kolosal Peringati Hari Pahlawan di Surabaya Berujung Tragedi Evakuasi korban insiden viaduk Surabaya (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Harijanto mengungkapkan, putranya yang baru berusia 16 tahun itu pergi sendirian. "Ini baru pertama kalinya anak saya nonton drama kolosal Surabaya Membara di Tugu Pahlawan," kata Harijanto lirih, seperti dikutip dari Antara.  

Dia bergegas mencari keberadaan putranya itu setelah mendapat kabar terjadinya insiden di viaduk rel KA dan menewaskan 3 penonton. Polisi sempat mengumumkan bahwa satu korban tidak dilengkapi kartu identitas sehingga ditandai dengan Mr X.  

Kesedihan langsung menerjang Harijanto begitu mendapat informasi bahwa Mr X itu adalah putra bungsunya: Helmi Surowijaya, usia 16 tahun, warga Jalan Karang Tembok, Surabaya.  

2. Bocah 9 tahun ikut tewas setelah terlepas dari genggaman sang ibu

Drama Kolosal Peringati Hari Pahlawan di Surabaya Berujung Tragedi Sahluki (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Kisah pilu juga datang dari korban lainnya, bocah berusia 9 tahun bernama Erikawati.  

Sahluki, ayah korban, tak kuasa menahan sedih saat menceritakan kembali insiden viaduk rel KA itu kepada wartawan, Sabtu dinihari.  

Dia mengungkap, banyak sekali penonton yang ingin menyaksikan drama kolosal Jumat malam itu. Dan, sebagian memilih menonton dari atas viaduk rel KA di Jalan Pahlawan.  

Para penonton kemudian panik karena melihat kereta api yang dirasa datang secara tiba-tiba, membuat masing-masing orang ingin menyelamatkan diri sendiri. 

"Di tengah kerumunan orang yang panik, putri saya terlepas dari genggaman ibunya," tuturnya. 

Sahluki bersama istrinya, Liana, kemudian terjatuh dari viaduk sempit setinggi 6 meter karena terdorong para penonton lain yang ingin menyelamatkan diri. Malam itu, mereka bahkan tidak mengetahui bagaimana nasib putri mereka. 

"Istri saya sekarang dirawat di Rumah Sakit Primasatya Husada Citra (PHC) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, karena ada bagian tulang di tubuhnya yang patah," ujarnya. 

Betapa hancur hatinya saat mengetahui putrinya menjadi salah satu korban tewas. 

Sabtu dinihari, diapun tiada henti melantunkan kalimat tauhid tatkala putrinya yang masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar itu, dipindahkan dari kamar jenazah RSUD Dr Soetomo Surabaya ke mobil ambulans untuk dibawa pulang ke rumahnya di kawasan Jalan Kalimas Baru Surabaya. 

3. Korban tewas lainnya pun masih muda

Drama Kolosal Peringati Hari Pahlawan di Surabaya Berujung Tragedi ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Satu lagi korban tragedi itu terindentifikasi bernama Bagus Ananda, warga Jalan Ikan Gurami, Surabaya. 

Jasad remaja berusia 17 tahun itu pada Sabtu dini hari ini dipindahkan dari kamar mayat RSUD dr Soewandhie ke RSUD dr Soetomo Surabaya dan kemudian diambil keluarganya. 

4. Tragedi jelang Hari Pahlawan di Kota Surabaya

Drama Kolosal Peringati Hari Pahlawan di Surabaya Berujung Tragedi IDN Times/Reza Iqbal

Sudah menjadi tradisi, pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 diperingati dengan berbagai aktivitas, setiap tahunnya. Termasuk drama kolosal "Surabaya Membara," yang selalu dipentaskan dalam delapan tahun terakhir. 

Tragis, pementasan tahun ini diwarnai insiden mengerikan.  Drama itu digelar Jumat malam (9/11), di kawasan Tugu Pahlawan untuk memperingati peristiwa heroik arek-arek Suroboyo.
 

Insiden terjadi setelah sejumlah penonton panik karena ada KA yang akan melintas di viaduk tersebut. Mereka pun berusaha menyelamatkan diri. Ada yang nekat melompat dari jembatan setinggi 6 meter, ada juga yang terjatuh setelah terdorong penonton lainnya.

Tiga orang tewas, dan beberapa penonton lainnya luka-luka. 

Polrestabes Surabaya melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) insiden tersebut. 
"Kami baru selesai melakukan olah TKP di rel atas ini, di mana telah terjadi laka kereta api," kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan. 

Saat kejadian, kata dia, ada kereta barang yang melintas dari timur ke barat. Jika dilihat dari kondisinya, kata Rudi, jembatan ini seharusnya tidak ada penonton sehingga tidak ada korban ketika kereta api melintas. "Kami lagi cek kereta apa. Siapa masinisnya," kata dia.

Disinggung jatuhnya korban dikarenakan terlalu penuhnya penonton drama, polisi dengan tiga melati di pundak itu membantahnya. Dia menyebut kejadian murni karena penonton yang salah mengambil tempat. 

"Kelalaian penonton. Nanti kita lakukan pendalaman. Ini memang ada perlintasan kereta api, tapi mereka tidak melihat dari situ," ucapnya. 

Penggagas drama kolosal "Surabaya Membara" Taufik 'Monyong' Hidayat menyatakan keprihatinannya dan kemudian mengajak seluruh penonton lainnya berdoa bersama usai pementasan atas jatuhnya korban.

Seniman yang juga Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur itu menyaksikan sendiri para korban sempat berlompatan dari atas viaduk setinggi 6 meter saat kereta api tiba-tiba lewat. 
 

Baca Juga: 17 Potret Seru Drama Kolosal Surabaya Membara, Haru & Bikin Merinding

5. PT KAI menyebut tidak ada koordinasi dari panitia

Drama Kolosal Peringati Hari Pahlawan di Surabaya Berujung Tragedi ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Sementara itu Manager Humas PT Kereta Api Indonesia Daop 8 Surabaya, Gatut Sutiyatmoko menyatakan, tidak ada koordinasi dari pihak panitia saat kegiatan drama kolosal "Surabaya Membara" yang mengakibatkan korban jiwa tertabrak kereta api di viaduk Jalan Pahlawan Surabaya. 

Menurut dia, PT KAI akan siap membantu pagelaran tersebut dengan menurunkan petugas untuk mengamankan jalur kereta api yang ada di viaduk Jalan Pahlawan Surabaya jika ada koordinasi dari panitia. 
 

Gatut juga menjelaskan, jalur kereta api yang ada di viaduk merupakan jalur padat kereta api, sehingga selalu dilalui kereta, baik siang maupun malam. Saat kejadian, masinis KA KRD jurusan Sidoarjo-Surabaya Pasar Turi juga sempat memberi peringatan saat akan melintasi viaduk Jalan Pahlawan Surabaya. Kereta api yang akan melintas juga sudah membunyikan semboyan 35 (seruling lokomotif) saat melintas di viaduk. 

Namun, kecepatan kereta tidak bisa berhenti mendadak. 

"Akibatnya ada korban jatuh saat menyaksikan drama kolosal Surabaya Membara, serta beberapa korban meninggal dunia akibat tertabrak kereta," kata Gatut. 


Sesuai peraturan, imbuhnya, setiap orang memang dilarang berada di ruang kereta api, termasuk menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain. 

Hal itu sesuai Pasal 181 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang berbunyi setiap orang dilarang berada di ruang jalur kereta api, menyeret, menggerakkan, meletakkan atau memindahkan barang di atas rel atau melintasi jalur kereta api, atau menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain untuk angkutan kereta api
 

Baca Juga: Tewaskan 3 Orang, 6 Fakta Insiden Saat Drama "Surabaya Membara"

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya