Ini Penjelasan Ilmiah Penyebab Likuifaksi di Donggala-Palu

Ribuan rumah tertelan bumi akibat likuifaksi di Palu

Jakarta, IDN Times - Likuifaksi yang menimpa wilayah Petobo dan Balaroa di Palu, Sulawesi Tengah, disebut-sebut sebagai fenomena langka di Indonesia. 

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar mengatakan, peristiwa ini ditandai dengan tanah yang kehilangan kekuatannya dan berubah menjadi lumpur.

Tercatat, ada 1.747 rumah di Balaroa dan 744 rumah di Petobo yang 'ditelan' lumpur. Diduga, ratusan orang juga ikut terhisap di bawah lumpur tersebut.

Lantas apa penyebab terjadinya fenomena likuifaksi?

1. Likuifaksi terjadi di kawasan dengan tanah aluvium

Ini Penjelasan Ilmiah Penyebab Likuifaksi di Donggala-PaluANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Rudy menjelaskan, likuifaksi terjadi disebabkan kawasan yang berada di Petobo dan Balaroa berada di tanah aluvium atau tanah 'muda'.

"Bahasa geologinya tanah yang masih muda. Hitungan mudanya ratusan tahun," kata Rudy di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta Pusat (3/10).

Baca Juga: Penjelasan BNPB Terkait Fenomena Likuifaksi yang Menghebohkan

2. Potensi penyebab terjadinya likuifaksi dari ketebalan lapisan pasir

Ini Penjelasan Ilmiah Penyebab Likuifaksi di Donggala-PaluANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Menurut Rudy, lapisan tanah yang masih muda itu sangat mudah lepas akibat guncangan gempa yang sebelumnya terjadi.

"Kenapa ada likuifaksi? Karena ada guncangan. Likuifaksi ini mengakibatkan terjadinya lepas nya daya dukung tanah," kata dia.

Rudi menyebutkan potensi tanah yang mengalami likuifaksi akan menjadi lebih besar, jika lapisan pasirnya lebih tebal.

"Tanah kan ada beberapa lapisan, ada lapisan pasir. Itu tergantung ketebalan, ada 25 sentimeter, ada 60 sentimeter, dan sebagainya,” ujar dia.

3. Potensi likuifaksi dan gempa susulan di Palu tidak akan sebesar kejadian awal

Ini Penjelasan Ilmiah Penyebab Likuifaksi di Donggala-PaluANTARA FOTO/Darwin Fatir

Rudy mengimbau masyarakat Palu tidak khawatir terjadinya likuifaksi ulang. Seandainya pun terjadi lagi potensi gempa dan likuifaksi, dampaknya tidak akan sebesar dibandingkan yang terjadi pada Jumat (28/9).

Hal tersebut, kata dia, karena tanah yang mengalami lukuifaksi telah keluar ketika bencana tersebut tejadi. "Saya hanya mengimbau kepada masyarakat yang penting kita waspada," imbau Rudy.

Semoga tidak ada lagi musibah seperti ini ya guys.

Baca Juga: FOTO: Mengerikan, Begini Dampak Likuifaksi Tampak dari Langit Palu

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya