Kembang Kempis Industri Pesta Pernikahan di Masa Pandemik COVID-19

Nihil pendapatan hingga buka warung kopi

Jakarta, IDN Times - Maret 2020 menjadi titik awal keterpurukan para pelaku bisnis pesta pernikahan, termasuk di Jakarta. Sepi orderan hingga sama sekali tak mendapatkan penghasilan dari profesi yang dilakoni pernah dirasakan mereka sejak pandemik melanda.

Tonny Rusly, pemilik Tonny & Lifetime WO, sudah 20 tahun lamanya menggeluti bisnis pesta pernikahan. Ia mengakui pandemik COVID-19 membuat bisnisnya sangat terpukul. Apalagi, dengan diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus corona.

"Waktu bulan Maret akhir, waktu pemerintah menyatakan kita harus PSBB, itu dimulai penderitaan kita semua. Apalagi bisnis wedding adalah bisnis yang bersifat untuk ada kerumuman orang," ungkap Tonny kepada IDN Times, Rabu (3/2/2021).

Sekitar enam bulan lamanya, ia mengaku tak mendapatkan penghasilan karena ada larangan menggelar pesta pernikahan. Hingga akhirnya, pada bulan Agustus 2020, pemerintah melakukan pelonggaran aturan. Bagi Tonny kebijakan itu memberikan sedikit angin segar.

Hanya saja, WO milik Tonny yang biasa menangani hingga 4.000 tamu undangan, akhir-akhir ini hanya melayani puluhan tamu saja karena masih adanya pembatasan. "Tapi kita WO-WO tetap bersyukur, sudah dibuka kembali, kita bikin paket-paket kecil, bisa pemberkatan atau akad," ucapnya.

Baca Juga: Wedding Organizer Terpuruk Saat Pandemik, 6 Bulan Tanpa Pemasukan

1. Jumlah klien menurun drastis hingga sempat nihil

Kembang Kempis Industri Pesta Pernikahan di Masa Pandemik COVID-19Ilustrasi Pernikahan (IDN Times/Mardya Shakti)

Imbas pembatasan juga dirasakan para pengusaha dekorasi pesta pernikahan. Dena dari Kreasijemariku misalnya. Ia mengatakan selama pandemik virus corona serta adanya PSBB membuat jumlah kliennya turun drastis.

Sebelum pandemik, Dena mengaku setidaknya ada 10 klien per minggu yang menggunakan jasanya. Akan tetapi, saat pembatasan mulai diterapkan ia sempat tak memiliki klien sama sekali.

"Pernah juga benar-benar nol dalam seminggu, karena tiga klien harus postpone acara karena keluarganya terdampak COVID," ungkap Dena saat dihubungi terpisah, Selasa (2/2/2021).

Tak hanya perkara jumlah klien, saat pembatasan mulai dilonggarkan, skala dekorasi pun jadi mengecil. Hal itu disebabkan banyak calon pengantin memindahkan acara dari gedung ke rumah. Tentunya, kondisi ini turut berdampak pada pendapatan.

"Kalau ini perubahannya, agak signifikan. Banyak klien yang reschedule tempat dari gedung ke rumah, terutama untuk acaranya diubah menjadi akad saja mas," tutur Mega Ega Larita dari Bydekorasa.

2. Ubah haluan membuka warung kopi hingga jualan roti

Kembang Kempis Industri Pesta Pernikahan di Masa Pandemik COVID-19Ilustrasi Coffee Shop (IDN Times/Anata)

Baca Juga: Suka Duka Pengusaha Dekorasi Pernikahan Bertahan di Tengah Pandemik

Nihilnya klien juga dirasakan fotografer pernikahan. Salah satunya adalah Jon Paizal, pemilik Jefas Foto di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Sejak Maret 2020 hingga saat ini, ia bahkan sama sekali belum pernah membidikkan lensanya di acara pernikahan. Padahal, jasa foto pernikahan merupakan salah satu pendapatan terbesarnya selama ini.

"Sampai sekarang, belum ada saya acara-acara wedding. Hanya foto wisuda, beberapa yang sifatnya di studio. Kalau yang keluar-keluar belum ada sama sekali," ungkap Jon saat dihubungi, Selasa (3/2/2021).

Jon tidak bisa menyalahkan pembatasan yang diterapkan untuk mencegah penyebaran COVID-19. Untuk menyambung hidup bersama keluarga kecilnya, ia membuka warung kopi bernama Kedai Kopi Dua Em yang tak jauh dari studio fotonya.

"Saya bulan enam kemarin, buka usaha baru lagi di bidang kuliner (warung kopi), tapi studio tetap jalan," kata Jon.

Hal serupa diakui oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pernikahan dan Gaun (APPGINDO), Andie Oyong. Ia mengatakan banyak rekan-rekan di asosiasinya, mulai dari pengusaha WO, katering, dekorasi, fotografer, hingga perias yang memutar setirnya agar tetap bertahan hidup.

Apalagi, sekitar Maret 2020 hingga Agustus 2020, tak ada sama sekali pesta pernikahan di Jakarta. Pemilik Andie Oyong Project itu mengungkapkan banyak rekannya yang berjualan kue, sembako, hingga masker.

"Mostly, dua bisnis yang bisa berjalan saat PSBB total itu adalah alat medis seperti hand sanitizer, masker, dan bisnis makanan," kata Andie kepada IDN Times, Rabu (3/2/2021).

Akan tetapi, ia mengatakan tak sedikit pula dari teman-temannya yang tumbang diterpa pandemik. Mulai dari pengurangan tenaga kerja hingga menutup tempat usaha. "Yang terpuruk itu dari dekorasi dan katering, itu banyak yang tutup. Dari foto dan video juga sama, ada yang brandnya tutup atau pengurangan," ungkapnya.

3. Mendengarkan tangisan calon pengantin

Kembang Kempis Industri Pesta Pernikahan di Masa Pandemik COVID-19IDN Times/Febriyanti Revitasari

Kepiluan, menurut Tonny, tak hanya dirasakan para pengusaha di bidang pesta pernikahan. Namun juga para calon pengantin. Ia pun mengakui tak sedikit mendengarkan tangisan para calon pengantin.

Sebab, pesta pernikahan impian yang sudah dirancang berbulan-bulan mendadak tak bisa diselenggarakan karena pandemik virus corona. Tonny bersama karyawannya pun dengan membuka konsultasi terkait penundaan hingga pembatalan.

"(Selama WFH) Kita ngerjain pengantin-pengantin yang telepon konsultasi dan menangis, itu aja kerjaan kita. Kemudian mempersiapkan file-file mereka agar tidak hilang, menelepon vendor-vendor yang terkait karena ada penundaan acara," kata Tonny.

Ia mencontohkan, pada Maret 2020, terdapat jadwal pesta pernikahan yang akan dilangsungkan pasangan calon pengantin. Namun, delapan hari menjelang hari bahagia, pemerintah mengumumkan adanya PSBB. Otomatis pesta yang dirancang lama itu batal.

"Bayangin delapan hari, padahal kita sudah siap-siap untuk wedding. Itu sangat terpukul, tapi karena kita harus ikut aturan pemerintah, akhirnya diundur sampai tahun ini, tapi yang itu belum terjadi sampai saat ini," kata dia.

4. Berinovasi agar roda bisnis pesta pernikahan berjalan

Kembang Kempis Industri Pesta Pernikahan di Masa Pandemik COVID-19Pernikahan di tengah pandemik virus corona di Indonesia (IDN Times/Candra Irawan)

Andie bersama rekan-rekannya di APPGINDO tidak menyerah begitu saja pada keadaan. Mediasi kepada pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun dilakukan.

Upaya tersebut dilakukan agar bisnis bidang pesta pernikahan kembali jalan, namun tetap ada protokol kesehatan yang diterapkan demi mencegah penyebaran virus corona. Andie mengaku pihaknya sangat konsen dengan hal tersebut demi kesehatan bersama.

Selama pandemik berlangsung, berbagai inovasi pun dihasilkan. Misalnya membuat panggung berjarak hingga konsep intimate wedding yang turut memanfaatkan teknologi Zoom agar para tamu yang tak bisa hadir di lokasi bisa mengikuti proses acara pernikahan.

"Jadi di balik pandemik ini ada bisnis-bisnis baru yang muncul, kemudian ada juga digital invitation," ungkap Andie.

Menurutnya, kini konsep pernikahan paling banyak diminati klien adalah intimate wedding atau yang tidak mengundang banyak tamu ke lokasi.

"Klien sudah menikmati itu (intimate wedding), kalau dulu kan harus serba ekstra vaganza, harus serba mewah," ujarnya.

Sementara itu, Tonny juga mengakui intimate wedding saat ini sedang tren. Akan tetapi, bagi pasangan yang masih menginginkan konsep pesta pernikahan tertentu pun bisa dilayani. Asalkan, menaati peraturan pemerintah.

Di masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini, jumlah orang tidak boleh lebih dari 25 persen kapasitas gedung dan tidak ada prasmanan. Jika diselenggarakan di gedung, untuk di Jakarta, pastikan juga telah mengantongi izin dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI.

"Pestanya harus duduk di kursi. kemudian satu meja harus isinya 4 orang berjarak 1,5 meter kalau bersebelahan, tapi 2 meter kalau berhadapan," kata Tonny.

Baca Juga: Kisah Fotografer Pernikahan Buka Warung Kopi karena Nihil Orderan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya