KKP Batam: 5-10 Persen Pekerja Migran yang Kembali ke RI Positif COVID
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sekitar lima sampai 10 persen pekerja migran Indonesia (PMI) yang kembali ke Tanah Air melalui Kota Batam positif COVID-19. Kondisi tersebut diutarakan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Batam.
"Persentasenya 5 hingga 10 hingga persen. Ini jumlah yang banyak," kata Kepala KKP Batam Achmad Farchanny di Batam, dikutip dari ANTARA pada Minggu (26/9/2021).
Ia mencatat dalam sehari setidaknya ada 150-170 orang PMI yang kembali ke Indonesia melalui Batam. Artinya, kata Achmad, sekitar 15-20 orang PMI yang diperiksa positif COVID-19.
1. Ada potensi penularan COVID-19 saat karantina
Achmad menerangkan PMI yang pulang ke Indonesia melalui Batam wajib menjalani dua kali tes usap PCR. Tes pertama dilakukan di pelabuhan, sedangkan tes kedua pada hari ketujuh karantina.
Ia menyebut, berdasarkan data terkini, jumlah PMI yang positif COVID-19 relatif bertambah dalam pemeriksaan tes usap PCR kedua. Hal ini karena kemungkinan terjadi penularan saat PMI dikarantina.
"Jumlahnya relatif bertambah," katanya.
Baca Juga: Gelombang PMI Via Juanda, Jatim Siapkan Antisipasi Varian MU
2. Mekanisme karantina PMI di Batam
Dijelaskan Achmad, PMI yang kembali ke Indonesia akan menjalani tes PCR di pelabuhan. Selama menunggu hasilnya, sekitar sehari, para PMI di karantina di rumah susun.
Setelah hasil PCR keluar, PMI yang positif COVID-19 baru dievakuasi ke RSKI Pulau Galang. Sedangkan PMI yang negatif melanjutkan karantina sebelum dites PCR lagi pada hari ketujuh.
3. Berencana pakai TCM untuk tes PMI dan WNA yang masuk di Batam
Ia mengungkapkan Kementerian Perhubungan berencana menggunakan tes cepat molekuler (TCM) untuk mempercepat pemeriksaan PMI maupun WNA yang masuk ke Tanah Air. Sehingga, hasilnya lebih cepat dan mencegah adanya penularan virus saat mereka menjalani karantina, sambil menunggu hasil tes PCR terbit.
"Kami harapkan dari pusat ada mesin yang lebih cepat," demikian Achmad Farchanny.
Baca Juga: [UPDATE] Kasus COVID-19 Dunia Tambah 375.986, AS Paling Tinggi