KSP Pastikan Pemerintah Siap Jika Terjadi Lonjakan Akibat Omicron
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo menegaskan pemerintah siap jika terjadi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron. Total, ada 1.011 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur untuk pasien COVID-19 yang disiagakan.
"Kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dilakukan karena pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia diperkirakan semakin banyak," tegas Abraham dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/1/2022).
Abraham juga memastikan, kesiapan logistik berupa APD dan obat-obatan cukup untuk tiga bulan ke depan.
1. RS yang jadi rujukan pasien Omicron mulai lakukan pengetatan
Abraham mengatakan sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan pasien COVID-19 varian Omicron mulai melakukan pengetatan untuk pasien umum. Hal ini dilakukan sebagai persiapan jika ada gelombang Omicron.
Hal tersebut disampaikan Abraham saat memantau perkembangan kondisi pasien Omicron di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
"Seperti di RSPI, mereka nantinya bisa mengonversi tempat tidur untuk pasien COVID-19," ujar Abraham.
Baca Juga: [WANSUS] Epidemiolog Buka Suara soal Ancaman Ledakan Omicron di 2022
2. Kondisi 24 pasien Omicron di RSPI Sulianti Saroso
RSPI Sulianti Saroso saat ini merawat 24 pasien COVID-19 varian Omicron. Dokter Spesialis Paru RSPI Sulianti Saroso, Rosa Marlina, mengatakan seluruh pasien Omicron umumnya berusia muda dan tidak memiliki komorbid.
Pasien terdeteksi memiliki Omicron bukan karena gejala, namun karena ingin melakukan perjalanan jauh. Saat ini, ia menyebut semua pasien kondisinya terus membaik, dan tidak ada yang perlu mendapatkan perawatan intensif.
3. Pemerintah diminta tak buru-buru kendorkan pembatasan
Di sisi lain, Rosa meminta agar pemeritah tak terburu-buru mengendorkan pembatasan. Ia menilai situasi akan semakin sulit apabila varian Omicron menyebar ke kelompok lansia dan komorbid.
“Pasien diawal-awal adanya varian baru cenderung tidak berat karena mayoritas adalah berusia muda serta sebenarnya orang sehat sehingga dia mau melakukan perjalanan jauh. Situasi mulai sulit ketika penularan sudah menyebar ke kelompok lansia dan komorbid,” tutur Rosa.
Baca Juga: Tambah 68, Pasien COVID-19 Omicron di Indonesia Jadi 136 Orang