Sepi Order, Perajin Terima Servis untuk Para Pengamen Ondel-ondel

Ternyata penggunaan ondel-ondel ada aturannya menurut budaya

Jakarta, IDN Times - Keberadaan pengamen menggunakan ondel-ondel kerap ditemui di jalanan Jakarta. Terkadang, hingga ke gang-gang kecil.

Ondel-ondel yang dipakai tersebut pun tak dipungkiri bisa mengalami kerusakan. Seperti kendaraan, ternyata ada juga tempat servis untuk ondel-ondel.

Ya, jasa servis ondel-ondel salah satunya digeluti Martin Maulia, perajin ondel-ondel sekaligus Pemimpin Sanggar Rifky Albani. Bengkel ondel-ondelnya terletak di kawasan Meruya, Jakarta Barat.

"Kalau yang servis di tempat kita itu banyak, dari pengamen itu. Karena tentang budaya, aturan yang baru disepakatin ini ondel-ondel harus rapi," ungkap Martin kepada IDN Times, Selasa (16/3/2021).

Aturan yang dimaksud ialah Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 45 Tahun 2020. Dalam aturan tersebut, arak-arakan ondel-ondel diperbolehkan asal menggunakan sepasang ondel-ondel hingga alat musik lengkap.

1. Ganti model hingga baju ondel-ondel

Sepi Order, Perajin Terima Servis untuk Para Pengamen Ondel-ondelIDN Times/Helmi Shemi

Martin mengatakan ada beberapa hal pada ondel-ondel yang biasa diserviskan para pengamen. Misalnya penggantian baju untuk ondel-ondel.

"Jadi banyak yang servis di tempat kita, entah ganti model, ubah motif dan lain sebagainya," kata dia.

Meski menerima servis, Martin mengaku tidak ada pengamen yang membeli ondel-ondel buatan sanggarnya. Sanggar Rifky Albani, kata dia, memang tidak menyasar pembuatan ondel-ondel untuk mengamen.

"Kebetulan kita ada MoU, jadi kalau untuk ngamen, sulit kalau di kita. Karena kita sengaja harganya agak mahal, mereka berpikir dengan harga segitu kan gak mungkin mereka beli," ungkap Martin.

Baca Juga: Cerita Sanggar Ondel-ondel Terimbas Pandemik hingga Terpaksa Mengamen

2. Ondel-ondel menyasar sanggar seni hingga ekspor

Sepi Order, Perajin Terima Servis untuk Para Pengamen Ondel-ondelMiniatur ondel-ondel di Sanggar Rifky Albani. (Instagram.com/@sanggarbetawirifkyalbani)

Sanggar Rifky Albani didirikan pada tahun 2011, berawal dari pembuatan souvenir boneka ondel-ondel. Martin mengaku seiring waktu, dan keinginan melestarikan budaya Betawi, sanggarnya pun membuat ondel-ondel beserta alat musik pengiringnya.

Pemasarannya, ia mengatakan, sejak awal melalui online. Sedangkan sasarannya adalah sanggar pencak silat, sanggar seni, instansi pemerintahan, hingga ekspor ke luar negeri.

"Untuk pemesanan ondel-ondel untuk ngamen, bahkan kalau dibilang kita gak ada. Paling untuk sanggar kayak silat, sanggar tari, dekorasi, terus seni-seni lain, biasanya kan mereka untuk sewakan lagi atau pajangan," jelasnya.

3. Beragam ondel-ondel yang dibuat

Sepi Order, Perajin Terima Servis untuk Para Pengamen Ondel-ondelOndel-ondel di Sanggar Rifky Albani. (Instagram.com/@sanggarbetawirifkyalbani)

Ondel-ondel yang dibuat oleh Martin dan rekan-rekannya mulai dari miniatur. Kemudian ondel-ondel yang bisa digerakkan oleh manusia tinggi 1,2 meter sampai 2,5 meter, dengan harga kisaran Rp1 juta hingga Rp4,5 juta untuk sepasang.

"Kalau untuk pengerjaan ondel-ondel standar, kerangka bambu, topeng fiber glass, itu cuma satu hari. Kalau untuk topeng kita hitungan jam paling, karena kita sudah ada bagian masing-masing," kata Martin.

Ada pula, ondel-ondel berbahan fiber glass yang biasanya untuk pajangan di instansi seperti rumah sakit. Sedangkan untuk ekspor, Sanggar Rifky Albani membuat ondel-ondel rakitan dengan bahan sesuai permintaan.

"Ada juga knockdown yang biasa untuk kirim-kirim ke luar negeri, itu (harganya) kisaran Rp3,5 juga sampai Rp7,5 juta," terangnya.

4. Nyaris bangkrut karena pandemik COVID-19

Selain servis dan pembuatan ondel-ondel, Martin mengaku juga menyewakan ondel-ondel, jasa pertunjukan hingga dekorasi Betawi. Namun semua usaha tersebut diakui ikut terdampak adanya pandemik COVID-19.

"Kalau selama pandemik COVID-19 di Indonesia, khususnya DKI Jakarta yang menderitanya lebih banyak daripada daerah lain, kita sampai hampir-hampir gak bergerak sama sekali. Dan bisa dikatakan hampir bangkrut kali ya," ujar Martin.

Untuk menutupi biaya operasional pun dirasakannya berat. Karena tak ada pemasukan, baik dari penjualan souvenir, ondel-ondel maupun jasa hiburan yang ditawarkan.

5. Bertahan dengan mengarak ondel-ondel

Sepi Order, Perajin Terima Servis untuk Para Pengamen Ondel-ondelIDN Times/Gregorius Aryodamar P

Rasa pedih itu dirasakan Martin dan rekan-rekannya lebih dari satu tahun. Namun, Sanggar Rifky Albani pun tidak putus asa.

Mereka turun ke jalan membuat pertunjukan ondel-ondel di sekitar sanggar, sesuai dengan Ingub DKI No 45 Tahun 2020. Pemasukan dari itu yang menurut Martin bisa membuat bertahan.

"Selama ini bertahan dengan keadaan ngandalin kayak ngarak ondel-ondel. Yang biasanya kita sibuk dengan kerjaan, kita ngarak ondel-ondel," tuturnya.

Namun tidak sama seperti pengamen, Martin menegaskan arak-arakan ondel-ondelnya mematuhi aturan yang telah disepakati untuk melestarikan budaya Betawi. Mulai dengan menggunakan sepasang ondel-ondel hingga memakai alat musik lengkap.

Baca Juga: Berakar dari Budaya Hindu? Begini Sejarah Ondel-Ondel Khas Betawi

Topik:

  • Jihad Akbar
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya