Simak, Analisis BMKG Terkait Gempa M 6,2 di Majene
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan analisis terkait gempa magnitudo 6,2 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat. Gempa tersebut terjadi selama 5-7 detik pada Jumat (15/1/2021) pukul 01.28 WIB.
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, gempa yang terjadi pada dini hari ini masih terkait dengan gempa magnitudo 5,9 yang terjadi pada Kamis, 14 Januari 2021, pukul 13.35 WIB.
"Dengan meningkatnya magnitudo menjadi 6,2, dari sebelumnya 5,9, tentu gempa kedua ini lebih merusak dan lebih luas dampaknya," ungkap Daryono kepada IDN Times, Jumat (15/1/2020).
Dia mengatakan gempa magnitudo 6,2 di Majene berpusat di koordinat 2,98 Lintang Selatan dan 118,94 Bujur Timur. Pusat gempa berada di kedalaman 10 km.
Baca Juga: Fakta-fakta Terkini Gempa Magnitudo 6,2 di Majene Sulawesi Barat
1. Magnitudo 6,2 diduga gempa utama
Daryono menjelaskan gempa 6,2 magnitudo yang terjadi pada dini hari ini merupakan gempa utama (mainshocks). Sedangkan, gempa yang terjadi pada Kamis, 14 Januari 2021, merupakan gempa pendahuluan (foreshock).
"Semoga status ini tidak berubah dan justru akan meluruh, melemah hanya terjadi gempa susulan (aftershocks) dengan kekuatan yang terus mengecil dan kembali stabil," ungkapnya.
Ia mengatakan gempa utama yang terjadi dirasakan di Majene dan Mamuju dengan intensitas V-VI MMI atau dapat memicu kerusakan. Sedangkan di Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara dan Mamasa dirasakan mencapai intensitas III-IV MMI atau benda-benda terpelanting.
2. Gempa dipicu pergerakan kerak dangkal
Ia menjelaskan gempa yang terjadi di Majene diakibatkan aktivitas kerak dangkal sesar aktif Mamuju-Majene Thrust. Pola pergerakannya, kata dia, mirip dengan aktivitas yang memicu gempa di Lombok pada 2018.
Editor’s picks
"Mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok 2018, di mana bidang sesarnya membentuk kemiringan ke bawah daratan Majene," kata Daryono.
BMKG mencatat, sejak Kamis, 14 Januari 2021, pukul 13.35 WIB hingga Jumat (15/1/2021) pukul 06.00 WIB, telah terjadi 28 gempa di Majene. Aktivitas kegempaan saat ini masih terus dipantau.
3. Masyarakat diimbau waspada gempa susulan
Dengan adanya potensi gempa susulan, Daryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada. Ia mengatakan gempa susulan lazim terjadi usai terjadi gempa kuat.
Selain gempa yang lebih lemah, ia mengingatkan agar masyarakat juga mewaspadai potensi gempa susulan dengan kekuatan signifikan.
"Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian, diimbau untuk tidak menempati lagi, karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan yang lebih berat, bahkan dapat roboh," imbau Daryono.
Dia mengatakan masyarakat juga perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam, karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran. Terlebih, jika kondisi tanah di lereng basah karena hujan.
4. Pesisir Majene memiliki riwayat tsunami
Pada 1969, Daryono mengungkapkan, wilayah pesisir Majene pernah diterjang tsunami. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat pesisir selalu waspada saat terjadi gempa besar.
"Jika merasakan gempa kuat agar segera menjauh dari pantai, tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG," kata dia.
Meski begitu, Daryono juga meminta masyarakat agar tak mudah percaya dengan hoaks. Misalnya, hoaks prediksi dan ramalan kejadian gempa maupun tsunami.
Baca Juga: Jokowi Perintahkan Mensos Risma Tinjau Langsung Lokasi Gempa di Mamuju