Studi: 60 Persen UKM Alami Pencurian Data Pelanggan

Pencurian data karyawan hingga keuangan turut dialami UKM

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 60 persen pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia mengalami pencurian data pelanggan. Sementara, dalam setahun terakhir, sebanyak 33 persen UKM mengalami insiden siber.

Data tersebut merupakan hasil studi yang dilakukan perusahaan teknologi, Cisco. Direktur Cisco Indonesia, Marina Kacaribu, mengatakan peralihan UKM ke digital menjadi sasaran para pelaku kejahatan.

"Selain itu, UKM yang sudah mengadopsi teknologi digital menghasilkan lebih banyak data, dan data-data ini sangat berharga bagi pelaku kejahatan. Hal-hal tersebut mendorong UKM untuk berinvestasi pada solusi dan kemampuan untuk memastikan mereka dapat menjaga bisnis mereka di bidang keamanan siber," kata Marina dikutip dari ANTARA, Minggu (24/10/2021).

1. Sebanyak 29 persen UKM alami serangan siber

Studi: 60 Persen UKM Alami Pencurian Data PelangganIlustrasi penerapan aplikasi digital dalam jaringan website. IDN Times/Feny Maulia Agustin

Cisco juga menemukan hampir 29 persen UKM menilai mengalami serangan siber melihat karena solusi keamanan siber yang dianggap tidak memadai untuk mendeteksi atau mencegah serangan. Sementara, 21 perse lainnya menyebut tidak adanya solusi keamanan siber.

Di sisi lain, hanya 17 persen UKM yang mengklaim dapat mendeteksi insiden siber dalam waktu satu jam. Kemudian, jumlah responden yang mampu memulihkan insiden siber dalam waktu satu jam lebih sedikit, yaitu 12 persen.

Baca Juga: Kominfo Gandeng BSSN Bentuk KCSIRT untuk Keamanan Siber

2. Data karyawan hingga keuangan hilang

Studi: 60 Persen UKM Alami Pencurian Data PelangganIlustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain kehilangan data pelanggan, UKM di Indonesia yang mengalami insiden siber juga kehilangan data lainnya. Di antaranya data karyawan (63 persen), email internal (62 persen), informasi bisnis yang sensitif (60 persen), informasi keuangan (54 persen), dan kekayaan intelektual (54 persen).

Menurut Director Cybersecurity Cisco ASEAN Juan Huat Koo, UKM harus bisa mendeteksi, menyelidiki hingga memulihkan insiden siber yang dialami dalam waktu sesingkat mungkin.

"Untuk dapat melakukan itu, mereka membutuhkan solusi yang mudah diterapkan dan digunakan, terintegrasi dengan baik satu sama lain, dan dapat membantu mereka mengotomatisasi kemampuan seperti deteksi, pemblokiran, dan perbaikan insiden siber," imbuhnya.

3. Sejak pandemik, UKM lebih waspada terhadap ancaman kejahatan siber

Studi: 60 Persen UKM Alami Pencurian Data PelangganIlustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Studi Cisco menemukan sejak pandemik COVID-19, atau setahun terakhir, banyak UKM lebih waspada terhadap ancaman kejahatan siber. Sebanyak 84 persen UKM telah melakukan perencanaan skenario atau simulasi untuk mewaspadai insiden keamanan siber.

UKM juga semakin mengerti dari mana datangnya ancaman siber terbesar mereka. Penelitian menunjukkan phishing (44 persen) dipandang sebagai ancaman utama oleh UKM di Indonesia.

Ancaman teratas lainnya terhadap keamanan keseluruhan termasuk serangan yang ditargetkan oleh pelaku kejahatan (23 persen) dan laptop yang tidak aman (15 persen).

Kabar baiknya, UKM telah memiliki tingkat investasi yang kuat dalam keamanan siber. Studi menunjukkan 74 persen UKM telah meningkatkan investasi mereka dalam solusi keamanan siber sejak awal pandemi, dengan 38 persen di antara mereka menunjukkan peningkatan lebih dari lima persen.

Baca Juga: Situs Diretas, Setkab: Tak Ada Dokumen dan Data Rahasia

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya