Go Digital, Cara Pandang Menpar yang Tak Usang Ditelan Zaman

Go Digital secara konsisten dijalankan Menpar Arief Yahya

Jakarta, IDN Times - Hasil yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa. Cara yang luar biasa itu ialah ‘Go Digital’. Itulah cara pandang Arief Yahya sejak dilantik menjadi Menteri Pariwisata pada Oktober 2014 lalu dan secara konsisten dijalankan di berbagai level hingga saat ini. 

“Dulu saya ditentang habis, bahkan industri yang bergerak di sektor pariwisata pun mencibir soal implementasi digital itu,” sebut Menpar Arief Yahya di Jakarta. Akan tetapi, dia berkeyakinan penuh bahwa hanya 2 cara untuk membuat lompatan besar di pariwisata. 

Pertama, deregulasi, dan itu sudah terbukti dengan VISA free, pencabutan Cabotage untuk cruise atau kapal pesiar, dan CAIT untuk yachts atau perahu pesiar. “Australia naik 20% begitu ada kebijakan VISA free. Kapal pesiar dan perahu pesiar juga naik berlipat-lipat ketika aturan atau regulasinya diperbaiki, dipermudah, dipercepat,” ungkap menteri asli Banyuwangi itu. 

Kedua, gunakan teknologi, dalam hal ini digital. Tanpa Go Digital, dia tidak bisa membayangkan harus menggunakan strategi apa lagi. Target double, dari 9,3 juta dalam waktu 5 tahun itu tidak mudah. “Maka sejak 2015, semua lini dikontrol dan dikendalikan dengan teknologi digital. Hasilnya, kita bisa melakukan banyak lompatan,” ungkap Menpar Arief Yahya. 

1. Menpar Arief membantu para pelaku industri pariwisata untuk Go Digital

Go Digital, Cara Pandang Menpar yang Tak Usang Ditelan ZamanIDN Times/Kemenpar

Namun, Arief Yahya menyadari, tidak mudah melakukan transformasi dari konvensional ke digital. Maka dari itu, dia pun membantu para pelaku industri pariwisata untuk Go Digital. Salah satunya dengan membuat digital marketplace, seperti ITX-Indonesia Tourism eXchange, yang mempertemukan buyers dengan sellers dalam satu platform. Ketika akhirnya PHRI dan ASITA membuat platform digital pun, Menpar Arief yang meluncurkan.

Di Kemenpar, Arief Yahya juga menggunakan dashboard M-17 untuk memonitor hasil digital campaign. Dari kedatangan wisman per pintu, per originasi. Melihat customer (originasi utama), melihat minat wisatawan, sentimen terhadap destinasi di Indonesia. Melihat posisi Indonesia dibandingkan dengan competitor ASEAN, baik di jumlah wisman, sentiment customers, per negara per kota yang di-benchmark

2. Menpar Arief juga melakukan pemanfaatan social listening tools

Go Digital, Cara Pandang Menpar yang Tak Usang Ditelan ZamanIDN Times/Kemenpar

Menpar Arief juga melakukan pemanfaatan social listening tools untuk menangkap sentimen ke berbagai destinasi di Indonesia dan luar negeri. “Saya selalu sampaikan, di setiap rapim (rapat pimpinan), dilanjutkan di war room, sambil membaca data,” ungkap Arief Yahya. 

Lulusan ITB Bandung, Surrey University UK, dan Doktor Unpad Bandung itu memang 30 tahun lebih hidupnya di teknologi dan digital. Dashboard itu penting untuk mengetahui posisi Indonesia, lalu pergerakan negara-negara di regional ASEAN, serta negara-negara originasi. “Ingat kata-kata Sun Tzu, jenderal perang, filsuf, ahli strategi militer yang menulis The Art of War. Kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan pertempuranmu, maka kau akan memenangkan peperangan,” kutip Arief Yahya.

Dalam bahasa manajemen, dia ubah menjadi: “Kenali produkmu, kenali customer-mu, kenali persaingan bisnismu, maka kamu akan menjadi pemenang.” Menpar Arief juga mengungkapkan bahwa di era tourism 4.0, dengan artificial intelligence, internet of think, big data analytics, robotic, augmented reality, cloud computing, dan lainnya, akan memberikan informasi yang detail tentang siapa customers kita.

Teknologi tersebut juga sudah memberi tahu bagaimana untuk ‘merebut hati’ customers, setelah mengetahui detail data mereka. Strategi promosinya bisa lebih efektif, sesuai target, bahkan kebiasaan customer itu secara statistik bisa ditebak. Dengan demikian, konten yang disiapkan pun tidak akan jauh dari selera mereka.

3. Menpar Arief pun melakukan koneksi dengan industri kelas dunia yang berbasis digital

Go Digital, Cara Pandang Menpar yang Tak Usang Ditelan ZamanIDN Times/Kemenpar

Koneksi dengan industri kelas dunia yang berbasis digital juga dilakukan, termasuk dengan OTA (Online Travel Agent) besar, seperti Expedia, Booking.com, Ctrip. Selain itu, juga dengan searching engine terbesar dunia, Google dan Baidu, untuk pasar Tiongkok. “Paid media kita semakin efektif dan bukan hanya di-branding Wonderful Indonesia, tetapi sudah sampai di advertising dan selling,” ungkap Arief Yahya. 

PR-ing juga dilakukan dengan berbagai media digital. Termasuk di media sosial dengan berbagai games menggunakan Endorser. “Endorser itu ada dua, celebrities dan community. Dua-duanya kita kerahkan untuk mempromosikan Pesona Indonesia,” paparnya. 

Bahkan, saat ini searching engine saja tidak cukup. Ada teknologi terbaru yang dinamakan CDM (Competing Destination Model). Teknologi intelegence mereka sudah bisa mengompilasi customers dengan tingkat presisi yang tinggi, misalnya calon wisman dari originasi dari Tiongkok. Mesin ini sudah bisa mendeteksi, berapa banyak orang yang sudah booking dan payment ke destinasi Indonesia. Berapa banyak yang baru searching dan menempatkan destinasi Indonesia masuk sebagai alternatif dari banyak daftar pilihannya. Selain itu, juga berapa banyak yang sama sekali tidak menempatkan nama Indonesia sebagai salah satu pilihan traveling-nya. 

4. Teknologi CDM bisa mengubah keinginan customer

Go Digital, Cara Pandang Menpar yang Tak Usang Ditelan ZamanIDN Times/Kemenpar

Teknologi CDM bisa mengubah keinginan customer, dari yang semula hanya menjadikan Indonesia sebagai alternatif, menjadi tujuan utama. Dari yang semula tidak masuk daftar, menjadi tujuan utama. “Inilah perkembangan terbaru dalam teknologi digital marketing, dan kita sudah sampai ke sana,” ungkap Arief Yahya yang passion-nya memang di digital.

Dalam bahasa yang sederhana, CDM adalah teknik programmatic campaigne untuk menarik calon wisatawan yang mencari jenis destinasi atau atraksi tertentu. Misalnya, diving, di mana pun di dunia, secara otomatis sistem CDM akan menawarkan destinasi sejenis (diving) yang ada di Indonesia hingga ke level HP/laptop calon wisman. “Campaigne dilakukan berulang-ulang, sampai calon wisman itu tertarik dan akhirnya memilih destinasi (diving) ke Indonesia,” ucap Arief Yahya. 

5. Go Digital itu sebuah keniscayaan, cepat atau lambat akan terjadi

Go Digital, Cara Pandang Menpar yang Tak Usang Ditelan ZamanIDN Times/Kemenpar

Reputasi digital Kemenpar juga sudah terbukti saat menggunakan MPD (Mobile Positioning Data). Pergerakan handphone sama dengan pergerakan manusia. Konsep ini bahkan sudah dipresentasikan Menpar Arief Yahya di UNWTO (United Nation World Tourism Organisation) dan diakui sebagai metode terbaru yang penting dalam pariwisata. Bahkan, Sekjen UNWTO Zurab Pololikashvili meminta agar Indonesia membantu negara-negara di Afrika menerapkan MPD. 

Selama hampir 5 tahun ini, Menpar Arief Yahya mencatat semua strategi yang sudah dilakukan dan dibacakan di setiap rapim. Namanya CEO Message, dan itu bisa di-searching, banyak website yang meng-upload CEO Message-nya, termasuk di www.kemenpar.go.id. Hal itu penting agar ter-record semua langkah-langkah strategis yang sudah diambil, baik dari sisi konteks maupun kontennya. 

Bagaimana dengan tourism 4.0? “Itu sudah ditulis lengkap di CEO Message #62, silakan di-googling, nanti ketemu apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimananya,” jawab Arief Yahya. Lalu bagaimana dengan senjata pemungkas menembus proyeksi 2019? “Itu juga ada di CEO Message #58,” jawabnya. Bagaimana dengan spots selfie? Instagrammable? Buat anak-anak muda? “Itu lebih lama lagi, akhir 2017 dan awal 2018 sudah kita lakukan,” ujarnya. 

Go Digital itu sebuah keniscayaan, cepat atau lambat akan terjadi. Kita boleh tidak percaya, secara statistik memang ada 30% yang tidak percaya dengan digital. Tetapi berangsur-angsur akan hilang, dan menjadi orang lama yang hidup di era baru. Orang konvensional yang hidup di era digital betapa susahnya itu. Yang terbaik adalah kita menjemput masa dan berdamai dengan teknologi digital,” pungkas Menpar Arief Yahya.

Topik:

  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya