Ingin Kembangkan Desa Wisata, Kemenpar Gelar Bimtek di Bali

Pengembangan dikemas dalam paket produk wisata

Tabanan, IDN Times - Kementerian Pariwisata serius meningkatkan pengetahuan pengelola desa wisata dan komunitas. Termasuk dalam pengembangan destinasi, penyusunan story telling, dan pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Pengembangan dikemas dalam paket produk Wisata Perdesaan dan Perkotaan di Tabanan, Bali.

Kemenpar melakukan pengembangan tersebut melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Wisata Perdesaan yang berlangsung di Puri Taman Sari Resort, Tabanan, Bali, 16-18 Mei 2019.

Apa sih yang dicari Kemenpar? Kok mau sampai menggelar bimtek di Bali? Ternyata ada hal besar yang dibidik.

Kementerian yang dipimpin Menpar Arief Yahya itu ingin mengembangkan desa wisata di Bali sebagai wisata alternatif dalam upaya revitalisasi Bali.

1. Wisata perdesaan di Tabanan sangat potensial karena kaya dengan budaya lokal lho

Ingin Kembangkan Desa Wisata, Kemenpar Gelar Bimtek di BaliIDN Times/Kemenpar

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, wisata perdesaan di Tabanan sangat potensial karena kaya dengan budaya lokal. Lewat bimtek, desa-desa di Tabanan akan dijadikan desa wisata berkualitas yang berdaya saing melalui paket-paket wisatanya.

“Kegiatan ini merupakan kegiatan full class. Hari pertama ada pemberian materi oleh para narasumber dan best practice pengembangan desa wisata di Bali dan nasional. Sedangkan hari kedua, dilanjutkan pemberian materi oleh para narasumber dilanjutkan dengan kegiatan persentase masing-masing kelompok tentang potensi desa wisata (3A, SMI, BAS), analisis SWOT dan penyusunan paket wisata," kata Giri Adnyani.

Bimtek yang diikuti 50 orang ini juga mengundang pemangku kepentingan wisata perdesaan/adat dari Desa Cau Belayu, Desa Selanbawak, Desa Geluntung, Desa Tegaljadi, Desa Tua, Desa Kukuh, Desa Batanyuh Belayu, Desa Petiga, Desa Marga, Desa Baru, Desa Marga Dajan Puri, Desa Marga Dauh Puri, Desa Peken Belayu, dan Desa Batanyuh Belayu.

2. Selain kekayaan wisata khas perdesaan, wisata kuliner desa-desa di Bali juga pertahankan cita rasa

Ingin Kembangkan Desa Wisata, Kemenpar Gelar Bimtek di Balicommons.wikimedia.org

Giri melanjutkan, Tabanan menyimpan banyak kekayaan wisata perdesaan yang umumnya diwariskan turun-temurun. Seperti yang terdapat di Desa Wisata Jatiluwih, Desa Wisata Pinter, dan Desa Wisata Nyambu.

Desa Wisata Jatiluwih merupakan desa alam yang terpopuler di media sosial Instagram. Desa ini menampilkan pertanian dengan lahan sawah yang berundak-undak dengan latar belakang  gunung yang tinggi, yakni Gunung Watukaru. Sementara di Desa Wisata Pinter terdapat pesona angkul-angkul (pintu rumah adat Bali).

"Kalau Desa Wisata Nyambu, lengkap dengan wisata alam Tanah Lot. Desa ini dilengkapi dengan wisata kuliner yang tetap mempertahankan cita rasa masakan yang disajikan tetap terjaga hingga sekarang," tutur Giri.

Sebagai wujud keseriusan, Kemenpar dan Kemendes pun membuat MoU tahun 2017 untuk  mendukung pembangunan Desa Wisata. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan Perjanjian Kerja Sama (PKS) bersama Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMDD).

3. Di Indonesia, peran wisata budaya memegang porsi yang lebih tinggi dalam mendatangkan wisatawan mancanegara

Ingin Kembangkan Desa Wisata, Kemenpar Gelar Bimtek di BaliIDN Times/Kemenpar

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya melihat Program Desa Wisata cukup strategis. Apalagi berada di Bali. Sebanyak 40 persen wisman masuk ke Indonesia melalui Pulau Dewata itu. Sisanya, Jakarta 30 persen, Kepulauan Riau (Kepri) 20 persen, dan 10 persen tersebar luas di daerah lain.

“Selain itu, Bali juga istimewa karena segudang reputasi dunia yang dialamatkan kepadanya. Bali juga contoh destinasi yang paling lengkap 3A-nya, yakni Atraksi, Akses, dan Amenitas,” ungkap Menpar Arief Yahya.

Menpar melanjutkan, dalam dunia pariwisata terdapat tiga atraksi utama yang dicari para wisatawan, yakni culture, nature, dan manmade (artificial).

“Wisata budaya atau cultural tourism masih memegang porsi 52 persen dari aktivitas wisata di dunia. Di Indonesia, peran wisata budaya memegang porsi yang lebih tinggi dalam mendatangkan wisatawan mancanegara, yakni sebanyak 60 persen. Saya yakin dengan angka ini Indonesia dapat bersaing kuat dalam cultural industry,” ungkap Menpar Arief Yahya optimistis.

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya