Sambut Tamu, Ritual Nabuei Warnai Festival Nyobeng Dayak Bidayuh 2019

Tradisi tersebut berumur ratusan tahun lho #Kemenpar

Kalbar, IDN Times – International Nyobeng Dayak Bidayuh kembali digelar pada Sabtu (15/6). Festival tersebut resmi dibuka Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot, ditandai pemukulan genderang tradisional Dayak. Event yang berlangsung di Dusun Sebujit, Desa Hlibue, Kecamatan Siding tersebut berlangsung selama dua hari.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Bengkayang, I Made Putra Negara mengatakan, banyak keunikan budaya Dayak Bidayuh yang ditampilkan pada event ini. Event diawali dengan Ritual Nabuei, yaitu upacara penyambutan secara hormat kepada tamu. Ritual ini dilaksanakan di ujung kampung adat Desa Hlibue.

“Pada Ritual Nabuei terdapat prosesi pelemparan anak anjing yang diartikan untuk menolak bala. Disusul dengan penyembelihan anak ayam yang dimaksudkan bahwa kita menghormati dan menyambut baik tamu yang datang. Serta kita tanam jalinan persaudaraan yang tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan pelemparan telur ke dada para tamu, yang dimaknai untuk melihat dan menunjukkan siapa yang punya karisma dan nyali yang tinggi,” ungkap Putra, Minggu (16/6).

1. Selain Ritual Nabuei, ada tradisi Panjat Aur yang tampil pada prosesi berikutnya

Sambut Tamu, Ritual Nabuei Warnai Festival Nyobeng Dayak Bidayuh 2019Youtube.com/Ir. Andi Adrian

Menurut Putra, tradisi ini sudah berumur ratusan tahun yang terus dilestarikan hingga sekarang. Setelah itu, tamu kehormatan dibawa ke lokasi acara dengan iringan musik dan tari tradisional, didampingi puluhan masyarakat Dayak.

Bupati Bengkayang Suryadman Gidot menambahkan, tradisi Panjat Aur tampil pada prosesi berikutnya. Tradisi tersebut ialah atraksi panjat bambu terbalik yang banyak menyita perhatian pengunjung. Ada pula atraksi tradisional Sumpit. Di venue acara juga ditampilkan berbagai tarian tradisional Dayak, seperti Tari Mangke Daung Kayu, Tari Gigit Lesung, Tari Perang, dan diakhiri dengan penampilan musik tradisional Sapek.

“Malam harinya diadakan mandi adat. Banyak orang berbondong-bondong datang ke lokasi ingin dimandikan. Orang Dayak percaya, dengan mandi adat ini segala penyakit akan sembuh. Kemudian dilanjutkan memandikan tengkorak dari hasil Kayau,” tuturnya.  

2. Wisatawan dari mancanegara juga hadir di event tersebut

Sambut Tamu, Ritual Nabuei Warnai Festival Nyobeng Dayak Bidayuh 2019tourismvaganza.com

Setelah itu, barulah masuk acara inti, yaitu membunuh babi rumah sebagai korban persembahan. Pada saat itu, seluruh yang hadir turut memanjatkan doa. Antusiasme pengunjung pun terlihat sangat tinggi. Masyarakat sudah datang sejak pagi.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani menjelaskan, event ini diikuti masyarakat Dayak se-Kalimantan Barat, seperti Dayak Jagoi Babang dan Dayak Singkawang. Hadir pula wisatawan mancanegara, antara lain dari Malaysia, Inggris, dan Amerika.

“Nyobeng merupakan suatu tradisi leluhur dan sudah menjadi agenda tahunan. Pada dasarnya, Nyobeng mempunyai makna mengucapkan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan dan hasil panen padi yang berlimpah," ujar Rizki.

Kepala Bidang Destinasi Area IV Kemenpar Eddy Susilo menyatakan, sebagai kampung adat, Hlibue sangat cocok dijadikan desa wisata. Dengan ikon rumah adat Baluk, desa ini nantinya bisa menjadi desa yang mandiri.

“Desa Hlibue juga sudah mendapatkan status sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Artinya, suatu kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan desa adat ini," tutur Eddy.

3. Ada kesamaan budaya antara masyarakat di perbatasan

Sambut Tamu, Ritual Nabuei Warnai Festival Nyobeng Dayak Bidayuh 2019IDN Times/Helmi Shemi

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, ikatan emosional antarwarga suku Dayak Bidayuh sangat kuat. Momen seperti ini akan menjadi sarana mereka untuk berkumpul. Apalagi, ajang tersebut momentum setahun sekali yang tujuannya juga untuk silaturahmi.

Value yang bisa ditawarkan untuk wisatawan perbatasan ialah ikatan emosional. Sebab, ada kesamaan budaya antara masyarakat di perbatasan. Hal tersebut yang akan dimaksimalkan. Menurut Menpar, di beberapa event crossborder, hal tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan. Banyak wisatawan yang hadir untuk melihat rangkaian kegiatan.

“Kita memang mengincar jumlah yang masif dari crossborder. Sebab, potensi yang dimiliki sangat besar. Karena itu, kita menyiapkan berbagai treatment. Mulai dari musik, budaya, dan lainnya,” kata menteri pariwisata terbaik Asia Pasifik tersebut.

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya