5 Organisasi Medis Minta PTM 100 Persen Dievalusi: Bahaya buat Anak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Lima organisasi profesi medis meminta pemerintah segera evaluasi proses pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen pada kelompok usia kurang dari 11 tahun. Ada sejumlah pertimbangan terkait permintaan tersebut.
Salah satunya, menyoal kepatuhan anak di usia 11 tahun ke bawah pada protokol kesehatan yang masih belum maksimal, serta belum tersedianya vaksinasi lengkap bagi mereka.
“Laporan dari beberapa negara, proporsi anak yang dirawat akibat infeksi COVID-19 varian Omicron lebih banyak dibandingkan varian-varian sebelumnya dan juga telah dilaporkan transmisi lokal varian Omicron di Indonesia, bahkan sudah ada kasus meninggal karena Omicron,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, dalam keterangannya yang dikutip Senin (24/1/2022).
1. Anak dan keluarga diharapkan bisa memilih mau PTM atau tidak
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Indonesia Intensif Indonesia (PERDATIN), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI), serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang memberikan sejumlah rekomendasi.
Pertama, anak-anak dan keluarga tetap diperbolehkan untuk memilih pembelajaran tatap muka atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) berdasarkan kondisi dan profil risiko masing-masing keluarga.
Kemudian, anak-anak yang punya komorbid dihimbau untuk memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter yang menangani. Selain itu, melengkapi imunisasi COVID-19 dan melaksanakan protokol kesehatan dapat mengikuti PTM
Mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah juga seharusnya dilakukan secara transparan untuk memberikan keamanan publik.
Baca Juga: Satgas: Klaster Kantor hingga PTM Picu Kasus COVID-19 di Depok Naik
2. Anak punya potensi komplikasi berat
Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menghimbau orang tua agar melengkapi vaksinasi regular melalui imunisasi kejar bagi anak-anaknya. "Agar tetap terlindungi dari kemungkinan penyakit lain yang mungkin timbul,” kata dia.
Sementara, Ketua Umum PERKI mengingatkan anak punya potensi komplikasi berat yang bisa berdampak pada kinerja dan kesehatan organ tubuh.
“Anak potensial mengalami komplikasi berat yaitu multisystem inflammatory syndrome in children associated with COVID-19 (MIS-C) dan komplikasi long COVID-19 lainnya sebagaimana dewasa yang akan berdampak pada kinerja dan kesehatan organ tubuh lainnya,” kata Isman Firdaus.
3. Angka rawat inap COVID-19 bagi anak di Amerika Serikat meningkat
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menunjukkan ada tingkat rawat inap COVID-189 pada anak sebanyak 4,3 dari seratus ribu anak usia lima tahun. Angka ini naik 2,6 anak dari akhir 2021 dan 48 persen pada pekan terakhir Desember 2021. Di Indonesia laporan soal PTM juga sudah mulai bermunculan.
"Untuk anak-anak yang masih belum memperoleh atau belum memenuhi syarat untuk divaksinasi Covid, sangat penting bagi mereka agar dikelilingi oleh orang-orang yang divaksinasi untuk memberikan mereka (anak-anak tersebut) perlindungan,” kata Ketua Umum PERDATIN, Syafri Kamsul Arif.
“Kami berharap pemerintah dan Kementerian terkait sebagai pembuat kebijakan dapat mempertimbangkan permohonan kami, demi melindungi kesehatan dan keselamatan anak Indonesia,” tambah Ketua Umum PAPDI, Sally Aman Nasution.
Baca Juga: 2 Pasien Omicron di Indonesia Meninggal Dunia