Anak ODGJ Sayat Siswi SMP di Halte Transjakarta CSW

Ambil pisau lipat milik tukang kopi

Jakarta, IDN Times - Seorang anak dengan gangguan kejiwaan melakukan tindakan melukai siswi SMP saat berada di Halte TransJakarta CSW, Panglima Polim, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Anak perempuan dengan gangguan jiwa berinisial BS (16) diketahui menyayat seorang pelajar SMP berinisial NS (16) di Halte TransJakarta. Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi menyatakan peristiwa tersebut terjadi pada Senin (8/5) siang pukul 12.30 WIB.

"Pelaku merupakan anak disabilitas tuna rungu, tuna wicara, dan memiliki keterbelakangan mental," kata Ade Ary dilansir melalui ANTARA, Rabu (10/5/2023).

1. Pelaku adalah ODGJ dan kini dibawa ke RS Kramat Jati

Anak ODGJ Sayat Siswi SMP di Halte Transjakarta CSWIlustrasi TransJakarta, JPO Senen (Dok. Humas PT TransJakarta)

Ade Ary menuturkan pelaku yang merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) tak pernah bersekolah untuk bahasa isyarat, sehingga belum bisa dimintai keterangan. Kini BS telah dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati untuk diperiksa mental dan kejiwaannya.

Peristiwa itu berawal dari personel piket Polsek Kebayoran Baru mendapat informasi dari nomor darurat 110 adanya kejadian Tindak Pidana Perlindungan Anak di halte kawasan Kebayoran Baru.

Baca Juga: TransJakarta Sediakan 6 Rute Arus Balik dari Terminal Pulogebang

2. Anak dengan status ODGJ ambil pisau lipat milik pedagang kopi

Anak ODGJ Sayat Siswi SMP di Halte Transjakarta CSWSejumlah pedagang seperti starbak keliling (starling) mulai tiba di menghiasi jalanan sepanjang DPR/MPR RI. (IDN Times/Melani Putri)

Remaja SMP berinisial NS jadi korban dengan luka sayat di leher diakibatkan pisau lipat dari anak BS. Menurut keterangan saksi, pelaku BS bersama orang tuanya  keluar  sekitar pukul 10.30 WIB menaiki busway dengan tujuan  Masjid Agung Sunda Kelapa.

"Sesampai di lantai dua halte busway CSW, ketika orangtuanya membeli kopi, BS mengambil pisau lipat kecil dari gerobak pedagang yang sedang sibuk melayani pelanggan," katanya.

Kemudian BS mengarahkan pisau ke korban NS yang juga sedang membeli kopi. hingga mengenai lehernya dan mengakibatkan luka sayat terbuka serta mengeluarkan darah.

3. Korban akhirnya dibawa ke RSPP Pertamina

Anak ODGJ Sayat Siswi SMP di Halte Transjakarta CSWIlustrasi UGD Zona Kuning (IDN Times/Sunariyah)

Kemudian, menurut saksi dua, salah satu petugas di halte Busway CSW didatangi seorang ibu dan anak yang meminta perlengkapan obat-obatan P3K untuk mengobati luka sayatan. Saksi dua melihat korban NS sedang duduk menangis dan pada leher korban berdarah. Lalu membawanya ke ruang serba guna untuk lebih steril karena luka sayat terbuka, namun saksi tak berani mengobatinya.

Kemudian, sekitar jam 13.30 WIB orang tua korban baru tahu soal kejadian anaknya ini usai dihubungi pihak TransJakarta.

"Selanjutnya orangtua korban dan pihak TransJakarta membawa korban ke RSPP Pertamina untuk tindakan medis," katanya.

Baca Juga: Kemensos Bantu Pria ODGJ Dapatkan Identitas Kependudukan dan Perawatan

4. Orang tua perlu tingkatkan pengawasan pada anak di tempat umum

Anak ODGJ Sayat Siswi SMP di Halte Transjakarta CSWHalte Transjakarta (IDN Times/Sunariyah)

Menanggapi hal ini, PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) mengimbau kalangan orang tua mengawasi tingkah laku anak demi keamanan bersama di tempat publik salah satunya adalah di halte bus.

"Kejadian anak berkebutuhan khusus berusia 15 tahun melukai siswi SMP umur 16 tahun di Halte TransJakarta CSW pada Senin lalu (8/5) mengingatkan para orang tua mengawasi ketat tingkah laku anak-anak mereka," kata Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan TransJakarta Apriastini Bakti Bugiansri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 26 ayat 1(a), orang tua wajib dan bertanggung jawab mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak. Apalagi jika anak berkebutuhan khusus. Cara anak berperilaku dipengaruhi oleh bagaimana orang tua berinteraksi sehingga perkataan maupun tingkah laku orang tua menjadi bagian utama yang kemudian dijadikan panutan sang anak.

"Apalagi ketika berada di ruang publik yang menjadi lokasi terbuka yang bisa saja terjadi kasus kriminal dengan tanpa disadari/reflek karena kurangnya pengawasan," katanya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya