Angka Kematian Ibu di Indonesia, Banyak Dipengaruhi Norma Patriarki

Serta rendahnya kontrol perempuan pilih layanan kesehatannya

Jakarta, IDN Times- Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang tinggi dipengaruhi berbagai faktor yang sarat dengan isu gender. Sehingga, angka AKI dijadikan salah satu penyumbang tingkat kesetaraan gender yang diukur dengan Indeks Pemberdayaan Gender (IPG).

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, menjelaskan penyebab tingginya AKI antara lain masih adanya norma gender yang patriarki. Faktor ini membuat perempuan tak punya kekuatan mengambil keputusan yang berhubungan dengan reproduksi mereka, termasuk terkait kehamilan dan persalinan.

"Situasi masyarakat yang patriarki, diperparah dengan terbatasnya sumber keuangan dan rendahnya kontrol perempuan untuk memilih pelayanan kesehatan dan menggunakan uang untuk kesehatannya sendiri maupun anak-anaknya, karena masih bergantung kepada suami bahkan keluarga lainnya seperti orang tua," kata Bintang dalam kegiatan Seminar dan Diskusi Panel SPRIN Tahun 2022 dengan tema Quo Vadis Angka Kematian Ibu di Indonesia, secara virtual (21/4/2022).

1. Faktor pengetahuan, KDRT, dan perkawinan anak, sumbang AKI

Angka Kematian Ibu di Indonesia, Banyak Dipengaruhi Norma PatriarkiIlustrasi vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Kurangnya dukungan suami atau keluarga pada kesehatan ibu masih terjadi terutama di wilayah-wilayah terpencil. Faktor lain seperti pendarahan di tengah macet jalan yang rusak, kemiskinan, kurangnya pengetahuan kebutuhan dasar ibu hamil, pentingnya pemeriksaan rutin, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), juga jadi penyebab kehamilan yang kurang baik, dan beresiko besar terjadinya ibu hamil meninggal.

"Satu hal lagi, perkawinan anak juga menjadi faktor penyebab. Dampak perkawinan anak bagi perempuan tidak sederhana karena rentan menimbulkan persoalan kesehatan reproduksi yang belum siap hingga resiko kematian," ujarnya.

Baca Juga: Menteri PPPA: Kartini Kekinian Harus Mandiri, Berdaya, dan Setara  

2. Ada Gerakan Sayang Ibu dan Suami SIAGA, apa itu?

Angka Kematian Ibu di Indonesia, Banyak Dipengaruhi Norma PatriarkiPasangan suami istri (Pasutri) warga Tiyuh Persiapan Karta Tanjung Selamat (Tujok), Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat. (IDN Times/Istimewa)

Dalam rangka menurunkan angka AKI, KemenPPPA terlibat dalam program Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan Suami SIAGA (Siap Antar Jaga). Selain itu juga terlibat dalam Kampanye global HeforShe, yaitu peningkatan keterlibatan laki-laki dalam mendampingi, memberdayakan serta bersama-sama secara setara dengan perempuan menurunkan AKI tersebut.

Bintang menjelaskan, untuk mendukung hal tersebut KemenPPPA pada 2018 telah menyusun Pedoman Peningkatan Peran Laki-laki dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dengan Pendekatan HeforShe.

"Sebagai sektor pemimpin dalam arus utama gender (PUG), KemenPPPA memastikan lahirnya kebijakan, program dan kegiatan peningkatan kualitas kesehatan perempuan yang berperspektif gender, diantaranya melakukan pendampingan atau bimtek Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) untuk SDM perencana/pimpinan OPD provinsi dan kabupaten/kota," katanya.

3. Sinergi dan kolaborasi perlu diperkuat

Angka Kematian Ibu di Indonesia, Banyak Dipengaruhi Norma PatriarkiDeputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA, Lenny N Rosalin dalam kegiatan Seminar dan Diskusi Panel SPRIN Tahun 2022 dengan tema “Quo Vadis Angka Kematian Ibu di Indonesia” secara virtual (21/4/2022). (dok. KemenPPPA)

Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA, Lenny N Rosalin menjelaskan, sinergi dan kolaborasi perlu diperkuat dalam peningkatan kualitas kesehatan perempuan. Dengan bersinergi dan berkolaborasi, kebijakan serta langkah-langkah konkret untuk menurunkan AKI dapat dilaksanakan.

"Kami bekerja sama dengan kementerian, lembaga masyarakat, akademisi, dan dunia usaha. Kami bergerak dari bawah, melalui Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) dan fokus pada daerah-daerah dengan Angka Kematian Ibu dan Bayi yang tinggi. KemenPPPA selalu siap bersinergi, berkolaborasi, dan bekerja sama, dengan berbagai pihak untuk bisa turut berkontribusi dalam penurunan masalah-masalah kesehatan di tingkat desa, guna mewujudkan Indonesia Ramah Perempuan dan Layak Anak," kata Lenny.

Baca Juga: Menteri PPPA: UU TPKS Bermanfaat pada Korban Jika Diimplementasikan

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya