Derita Isolasi Mandiri Setelah Anak Meninggal Karena Virus Corona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Seorang ayah berusia 44 tahun, Farma Dinata, kehilangan putranya yang baru berusia 16 tahun, Fabyan Devara, akibat virus corona atau COVID-19.
Kisah Fabyan dibagikan sang ayah, lewat laman media sosial pribadinya, hingga kisah ini menjadi perhatian publik.
Setelah ditinggal sang putra sejak 24 April 2020, Farma dan keluarga harus menjalani isolasi mandiri, karena masuk dalam kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Kepada IDN Times, Farma mengaku ia merasa seperti dipenjara.
“Di saat berduka, bersedih, terpenjara di rumah. Jangan kan bisa nangis, berpelukan dengan saudara mengadakan tahlilan, berpelukan dengan istri, keluarga saja tidak bisa, karena kita sama-sama ODP,” kata dia, Selasa (5/5).
1. Tidak bisa mencurahkan kesedihan bersama sang istri
Kesedihan Farma juga ditambah dengan protokol COVID-19 yang menurut dia tidak sesuai harapan. Setelah sang putra pertama meninggal, Farma dan istri melakukan isolasi mandiri di rumah. Sedangkan anak keduanya, ia titipkan kepada sang kakak.
“Dikarantina di rumah selama 14 hari, harusnya ada satgas, tidak boleh kemana-mana, menerima tamu tidak boleh, semua kebutuhan dipasok,” kata dia.
Apa pun keinginan Farma, baik itu makanan, gas, air, akan dikirim ketika dia menghubungi warga atau satpam.
Baca Juga: Cerita Pegawai Bandara di Tengah COVID-19: Hanya Terima Gaji 17 Persen
2. Berharap petugas bisa segera mengurus mereka
Editor’s picks
Farma bahkan tidak bisa hanya sekadar berpelukan dengan sang istri, ketika mengenang putra mereka yang telah pergi.
“Kadang kami menangis bersama, tanpa bisa saling dekap saat mengenang Fabyan,” ujar dia.
Farma dan istrinya hanya bisa salat berdua sambil berlinang air mata. Dia berharap agar segera ada petugas kesehatan yang melakukan tes COVID-19 kepada mereka, cepat mengetahui, apakah positif atau negatif virus corona.
3. Farma harus isolasi mandiri lebih lama lagi
Farma mempertanyakan protokol penanganan bagi masyarakat yang menyandang status ODP. Dia menganggap penanganannya kacau. Dia dan istri baru menjalani tes virus corona pada hari kesembilan, setelah menjalani isolasi mandiri.
“Hasil tes rapid pertama negatif, secara protokol kacau, saya dites setelah masa inkubasi selesai, seharusnya setelah dan sebelum isolasi,” kata dia.
Tak hanya itu, Farma juga menyayangkan selama isolasi lebih dari sepekan, dia baru menjalani satu kali tes virus corona, dan diharuskan menjalankan isolasi mandiri lagi selama 14 hari.
“Gak enak, saya sudah berduka, dipenjara juga,” ujar dia.
Baca Juga: Terungkap Begini Kisah Perjalanan Virus Corona Masuk ke Indonesia