Faktor Putus Sekolah Saat Pandemik, KPAI: Nikah hingga Kecanduan Game

KPAI menyebut ada lima faktor anak putus sekolah

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada lima alasan terbanyak anak putus sekolah selama masa pandemik COVID-19. Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan angka putus sekolah di masa pandemik terbilang cukup tinggi.

Adapun, lima alasan yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu karena menikah, bekerja, menunggak Iuran SPP, kecanduan game online, dan meninggal dunia.

“Faktanya, KPAI justru menemukan data-data lapangan yang menunjukan angka putus sekolah cukup tinggi, terutama menimpa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin,” kata Retno dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (6/3/2021).

Pemantauan ini dilakukan pada Februari 2021 dengan cakupan wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma, dan Provinsi DKI Jakarta. Pemantauan dilakukan dengan pengawasan langsung di Kota Bandung dan Cimahi, sedangkan sisanya dilakukan dengan cara wawancara secara daring dengan guru dan kepala sekolah jaringan Federasi Serikat guru Indonesia (FSGI).

1. Awal 2021, ada 33 pelajar putus sekolah karena menikah

Faktor Putus Sekolah Saat Pandemik, KPAI: Nikah hingga Kecanduan GameIDN Times/Indiana Malia

Baca Juga: 45.000 Anak di Jateng Putus Sekolah, Sekolah Virtual Bisa Jadi Solusi

Retno mengungkapkan berdasarkan hasil pantauan KPAI selama Januari-Februari 2021 menunjukkan angka putus sekolah yang memprihatinkan. Jumlah siswa yang berhenti sekolah karena menikah jumlahnya mencapai 33 pada awal 2021 peserta didik dari Kabupaten Seluma, Kota Bengkulu, dan Kabupaten Bima.

Rata-rata siswa yang menikah berada di kelas tiga SMA atau jelang ujian kelulusan sekolah. Banyak yang menikah tanpa menginformasikan pada pihak sekolah, sehingga guru baru mengetahui setelah mengunjungi pelajar karena tidak pernah lagi ikut PJJ. 

“Di Buton, baru saja berlangsung (6/2/2021) perkawinan antara anak usia 14 tahun dengan anak usia 16 tahun, ini tentu menambah jumlah anak yang putus sekolah karena menikah,” ujar Retno.

2. Bekerja dan menunggak SPP

Faktor Putus Sekolah Saat Pandemik, KPAI: Nikah hingga Kecanduan GameIlustrasi belajar daring dari rumah (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Retno mengatakan ada sejumlah pelajar SMP dan SMK terpaksa bekerja karena orang tuanya terdampak secara ekonomi selama pandemik. Mereka pun harus ikut membantu.

Selanjutnya, ada juga siswa yang putus sekolah karena menunggak SPP. Dari aduan yang diterima KPAI, sejak Maret 2020 hingga Februari 2021, terdapat 34 kasus yang berkaitan dengan SPP.

Penunggakan ini terjadi karena dampak pandemik dan sulit membayar SPP untuk kepentingan kebutuhan sehari-hari. Retno mengatakan rata-rata siswa tidak membayar SPP enam hingga 11 bulan. Pihak sekolah swasta juga turut terdampak dan akhirnya banyak orang tua memutuskan mengeluarkan anaknya dari sekolah.

Salah satu kasus dari Pekanbaru di sekolah swasta membuat salah seorang siswa sudah tidak dapat mengakses pembelajaran daring. Siswa tersebut pun dikeluarkan dari grup whatsApp kelasnya, padahal ujian kelulusan sebentar lagi.

Kasus ini dalam proses penanganan oleh KPAI, baik pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dimintai klarifikasi dan mediasi demi pemenuhan hak atas pendidikan ketiga anak tersebut.

3. Putus sekolah karena kecanduan game online

Faktor Putus Sekolah Saat Pandemik, KPAI: Nikah hingga Kecanduan Game(Ilustrasi siswa saat belajar di rumah) ANTARA FOTO/Arnas Padda

Faktor pelajar putus sekolah berikutnya adalah kecanduan game online. Ketika melakukan pengawasan di Kota Cimahi, KPAI mendapatkan data bahwa ada dua anak kelas 1 SMP yang berhenti sekolah karena kecanduan game online.

Satu di antaranya berhenti sementara (cuti) selama setahun untuk proses pemulihan secara psikologi.

Selain itu, Retno mengungkapkan, sejumlah guru di beberapa daerah juga menceritakan anak-anak yang pagi hari tidak muncul di PJJ online ternyata masih tidur. Anak-anak tersebut bermain game online hingga menjelang subuh.

Ia mengatakan gadget dan akses internet untuk belajar daring ternyata dimanfaatkan untuk bermain game online. Hal itu terjadi karena kurangnya pengawasan orang tua.

Terakhir, anak putus sekolah karena meninggal dunia. Retno menjelaskan bahwa dari hasil pemantauan kasus siswa putus sekolah karena meninggal dunia terjadi di salah satu SMAN di Kabupaten Bima. Siswa tersebut meninggal karena terseret arus ketika bencana banjir Januari 2021. 

Kemudian satu siswa berasal dari salah satu SMK swasta di Jakarta yang meninggal karena kecelakaan motor. Total ada dua siswa yang meninggal pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

4. Rekomendari KPAI untuk antisipasi angka putus sekolah

Faktor Putus Sekolah Saat Pandemik, KPAI: Nikah hingga Kecanduan GameIDN Times/Margith Julia Damanik

Dengan adanya fenomena putus sekolah saat pandemik COVID-19, Retno memberikan sejumlah rekomendasi. Ia meminta kehadiran negara untuk mencegah anak-anak putus sekolah selama pandemik karena masalah ekonomi atau karena ketiadaan alat daring.

"Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus segera melakukan pemetaan peserta didik yang putus sekolah beserta alasannya. Hasil pemetaan dapat digunakan sebagai intervensi pencegahan oleh negara. Hak atas pendidikan adalah hak dasar yang wajib dipenuhi negara dalam keadaan apa pun," ujar dia,

Kemudian, pemerintah setidaknya bisa membantu kelompok rentan, yaitu anak-anak agar bisa dari keluar miskin yang sangat berpotensi kuat untuk putus sekolah karena menikah.

Di sisi lain, KPAI mengimbau para orang tua juga harus mendampingi dan memberi edukasi kepada anak saat belajar di rumah agar penggunaan gadget bisa diminimalisir untuk belajar saja.

Terakhir, Retno berharap dinas pendidikan di berbagai daerah membina dan memberikan sanksi tegas kepada sekolah yang tidak memberikan akses PJJ daring hingga mengeluarkan peserta didik karena menunggak SPP.

"Pemerintah daerah juga wajib membantu sekolah yang anak-anaknya mayoritas dari keluarga tidak mampu, sehingga para gurunya juga tetap mendapatkan gaji meskipun para muridnya mayoritas menunggak SPP. Anak-anak dari keluarga miskin adalah kelompok yang paling terdampak selama pandemik, termasuk pemenuhan hak atas pendidikannya," kata dia.

Baca Juga: KPAI: Pandemik dan PJJ Picu Angka Putus Sekolah dan Pernikahan Anak

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya