Kemenhub: Tantangan Terbesar Larangan Mudik adalah Pemudik Jalur Darat

Pemudik kendaraan pribadi dan sepeda motor tidak disiplin

Jakarta, IDN Times - Pemerintah sudah mengeluarkan aturan mengenai larangan mudik 2021 di tengah pandemik COVID-19, namun nyatanya perjalanan kembali ke kampung halaman yang identik dengan perayaan Lebaran masih kerap ditemui.

Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan ada beragam perbedaan kedisiplinan pengguna transportasi di masa pelarangan mudik ini. Menurutnya, pengguna transportasi udara, laut, hingga kereta api terbilang disiplin, justru tantangan terbesar berada pada pengguna moda transportasi darat.

"Memang yang paling menantang itu transportasi darat, khususnya kendaraan pribadi dan sepeda motor. Karena berangkat bisa dari mana saja, dari jalan apa saja, di mana di situ ada penyekatan, dijaga dengan kepolisian dan pihak daerah," kata dia dalam acara Serba-Serbi COVID-19 #1: Kenapa Baiknya #Tidak Mudik? yang ditayangkan secara virtual, Selasa (11/5/2021).

1. Total penurunan di semua moda transportasi hingga 77 persen

Kemenhub: Tantangan Terbesar Larangan Mudik adalah Pemudik Jalur DaratSpanduk ajakan tidak mudik di Serang, Banten (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Dia mengatakan bahwa pengguna transportasi udara cenderung menurun secara drastis 93 persen di masa peniadaan mudik dan kereta api mencapai 88 persen. Secara kumulatif total penurunan di semua moda transportasi mencapai 77 persen.

"Kalau kita lihat profile dari orang-orang yang sudah melakukan perjalanan sebenarnya kalau kita bicara transportasi udara, laut, dan kereta api, itu relatif sudah sangat disiplin dan bahkan kita melihat ada penurunan sampai dengan 77 persen dari semua moda transportasi itu," kata Adita.

Baca Juga: 74.879 Pemudik Diminta Putar Balik Selama Larangan Mudik

2. Pola libur panjang memicu lonjakan kasus

Kemenhub: Tantangan Terbesar Larangan Mudik adalah Pemudik Jalur Darat(Libur Nasional dan Cuti bersama dimanfaatkan warga Jakarta untuk bertamasya ke Ancol dan hingga Kamis (29/10) pukul 14.00 WIB pengunjung Ancol mencapai 23.000 orang) ANTARA FOTO/ Reno Esnir

Adita menyebutkan bahwa mobilitas masyarakat yang dilakukan secara bersamaan dan masif justru dalam memicu peningkatan kasus COVID-19. Hal inilah yang menjadi alasan mudik Idul Fitri 2021 di tengah pandemik dilarang oleh pemerintah.

“Hal ini yang terus diamati oleh kami, bahwa dari pola-pola saat libur panjang jika ada pergerakan massa yang masif akan menjadi tempat penularan dan memicu lonjakan,” ujarnya.

Belum lagi akses pemeriksaan COVID-19 di wilayah kampung halaman yang belum tentu memadai. Sejauh ini ada 138 ribu kendaraan pribadi baik mobil dan motor yang keluar Jakarta per hari ini.

3. Ujung tombak penyelesaian pandemik ada di masyarakat

Kemenhub: Tantangan Terbesar Larangan Mudik adalah Pemudik Jalur DaratIlustrasi tempat kerja di era pandemik virus corona (IDN Times/Uni Lubis)

Anggota Sub Bidang Mitigasi Satgas Penanganan Covid-19, dr Falla Adinda memang mengakui bahwa mudik adalah hal yang lekat dengan lebaran dan susah untuk dihilangkan di sini. Tetapi masyarakat kata dia harus bisa tegas dalam mencari informasi penting atau tidaknya untuk mudik saat pandemik COVID-19 masih berlangsung.

Menurutnya, penyelesaian pandemik ada di tangan masyarakat Indonesia, yakni dengan bisa memutuskan akan pergi mudik atau tidak.

"Ujung tombak penyelesaian pandemi adalah masyarakat. Mudik dilakukan oleh masyarakat, oleh karena itu, penyelesaian persoalannya adalah masyarakat tidak mudik,” kata dia.

 

4. Virus tak bisa terbang sendiri tapi terbawa

Kemenhub: Tantangan Terbesar Larangan Mudik adalah Pemudik Jalur DaratIlustrasi mudik menggunakan kapal (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Sementara Tim Koordinator Relawan Edukator Fajri Addai dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa manusia punya peran sebagai pembawa COVID-19. Semakin banyak orang berpindah, makan virus akan terbawa.

"Jadi virus ini tidak akan bisa terbang sendiri. Pasti ada faktor atau ada orang atau benda yang membawa. Dalam hal ini, manusia yang membawa. Sudah ada studinya bahwa semakin banyak orang yang keluar rumah, angka penularan kasus akan semakin meningkat," ujarnya.

Walaupun angka kesembuhan secara nasional mencapai 91,5 persen ada angka kematian sebesar 2 persen, yang artinya jika terjadi penularan pada 4 ribu orang dan di antaranya ada 2 persen kasus berat, maka angka kematian akan terus meningkat.

"Tapi kalau nanti menular, jadi 100.000 orang, misalnya, jadi berapa ribu orang. Otomatis kan nanti angka kematian, angka yang berat bertambah banyak," kata dia.

Baca Juga: Waspada! Sebagian Besar Daerah Tujuan Mudik Zona Oranye, Ini Lokasinya

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya