KemenPPPA Dorong Masyarakat Lakukan Deteksi Dini Kanker Payudara

Masyarakat diminta lebih sadar terhadap risiko kanker

Jakarta, IDN Times - Kanker Payudara harus jadi salah satu hal yang turut diperhatikan perempuan dalam kesehatannya. Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Lenny N. Rosalin kanker payudara dan kanker leher rahim adalah jenis kanker yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap prevalensi kanker pada perempuan di Indonesia.

KemenPPPA mendorong masyarakat agar dapat lebih meningkatkan kesadaran terhadap risiko kanker payudara, dan mendeteksi dini dengan metode SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis).

“Berdasarkan data Globocan WHO Tahun 2020, total penderita kanker nasional sebanyak 0,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia, dengan penderita kanker wanita lebih banyak dibanding laki-laki, dan prevalensi kasus paling banyak dalam lima tahun terakhir adalah kanker payudara, yaitu sebanyak 201.143 kasus,” ungkap Lenny, dalam Acara Bincang Kesehatan bersama Ikatan Pimpinan Tinggi Perempuan Indonesia “Kenali Kanker Payudara, Pahami Deteksi Dini”, dilansir Kamis (29/4/2022).

1. Jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai 22 ribu jiwa

KemenPPPA Dorong Masyarakat Lakukan Deteksi Dini Kanker PayudaraIlustrasi vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Lenny menambahkan, pada 2020, jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 22 ribu jiwa seperti dilihat dari data Globocan WHO, 2020.

Menurut data Balitbangkes 2019, persentase kasus kanker terhadap penduduk Indonesia terhadap kanker payudara memiliki persentase 19, 18 persen.

“Oleh sebab itu, kita harus terus melakukan pencegahan terutama bagi para perempuan yang lebih berpotensi terkena resiko kanker payudara. Walaupun faktanya, kanker payudara juga berisiko dialami oleh laki-laki, meskipun kasusnya langka," kata dia.

Baca Juga: Vaksin HPV Gratis Targetkan Siswi Sekolah Dasar

2. Tiga provinsi di Indonesia dengan kasus kanker payudara tertinggi

KemenPPPA Dorong Masyarakat Lakukan Deteksi Dini Kanker PayudaraDeputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Lenny N. Rosalin (dok. KemenPPPA)

Lenny mengungkapkan bahwa di Indonesia, terdapat tiga provinsi dengan prevalensi kanker payudara tertinggi yaitu Yogyakarta 2,4 persen atau 4.325 kasus, Kalimantan Timur 1,0 persen atau 1.879 kasus, dan Sumatera Barat 0,9 persen atau 2.285 kasus.

Penyebab tingginya prevalensi kanker payudara di tiga provinsi tersebut, salah satunya disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan deteksi dini dan pemeriksaan kanker payudara secara klinis. Sebesar 70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut saat melakukan pemeriksaan.

“Perlu dilakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS), yang bertujuan untuk menemukan benjolan dan tanda – tanda lain pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secepatnya,” ujar Lenny.

3. Alasan penting deteksi dini kanker payudara

KemenPPPA Dorong Masyarakat Lakukan Deteksi Dini Kanker Payudarailustrasi perempuan Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketua Yayasan Kanker Indonesia dan Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Aru W. Sudoyo menuturkan pentingnya peran deteksi dini dalam penanganan kasus kanker payudara.

Sebagian besar penderita kanker payudara datang pada stadium sudah lanjut yaitu pada stadium 3 dan 4, padahal tingkat kesembuhan lebih tinggi bila ditemukan masih dalam stadium dini.

“Untuk wanita usia 20-39 tahun, lakukan SADARI satu kali setiap bulan. Kemudian, bagi wanita usia 40-49 tahun, dapat melakukan SADARI satu kali setiap bulan, SADANIS setiap tahun, dan screening mamografi satu kali setiap tahun. Lalu, untuk wanita usia 50 tahun keatas, lakukan SADARI satu kali setiap bulan, SADANIS setiap tahun, dan screening mamografi satu kali setiap 2 tahun (kecuali terdapat rekomendasi lain dari dokter),” ujar Aru.

Baca Juga: Vaksin Kanker Serviks Lebih Efektif untuk Anak Usia Sekolah Dasar

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya