KPAI: Berisiko Buka Sekolah Juli, Siap-siap Bertarung Nyawa untuk Anak

Sebaiknya sekolah tatap muka baru dilaksanakan awal 2021

Jakarta, IDN Times - Menanggapi rencana kemungkinan dimulainya sekolah pada 13 Juli mendatang, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengusulkan, sebaiknya sekolah tatap muka baru dilaksanakan pada awal tahun 2021.

Dia khawatir, virus corona yang saat ini masih mewabah dapat menyebabkan anak-anak tertular COVID-19, apalagi Indonesia tidak memiliki rumah sakit rujukan darurat COVID-19 khusus untuk anak-anak

"Bahkan sampai sekarang belum ada di Indonesia rumah sakit rujukan COVID-19 untuk anak-anak, pasiennya masih dicampur dengan orang dewasa, padahal mestinya tidak boleh, tapi mau tidak mau dicampur, jadi kalau sekolah dibuka kasus bisa naik," kata Retno dalam program Ngobrol Seru bersama IDN Times, Sabtu (6/6).

Baca Juga: 7,9 Persen Pasien Positif COVID-19 di Indonesia adalah Anak-anak

1. Bertarung nyawa untuk anak-anak jika sekolah dibuka

KPAI: Berisiko Buka Sekolah Juli, Siap-siap Bertarung Nyawa untuk Anakilustrasi sekolah (IDN Times/Maulana)

Menurut Retno, perlu ada persiapan yang matang untuk kembali membuka sekolah agar anak-anak bisa terjaga dan tidak berpotensi tertular COVID-19. Mulai dari penyediaan fasilitas kebersihan, regulasi hingga edukasi kepada siswa, guru dan wali murid agar siap melepas anak-anaknya kembali berkegiatan di sekolah.

"Bagi kami terlalu berisiko untuk melepas anak-anak, di satu sisi kasus masih tinggi, infrastruktur Indonesia belum siap untuk melanjutkan sekolah. Kita bertarung nyawa untuk anak-anak kita," ujar dia.

2. Anak kecil sulit untuk jalani isolasi sendiri

KPAI: Berisiko Buka Sekolah Juli, Siap-siap Bertarung Nyawa untuk AnakIlustrasi tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Retno khawatir jika kasus anak semakin meningkat, sebab rumah sakit rujukan untuk anak saja belum tersedia di Indonesia, dan anak-anak sulit untuk menjalankan isolasi seorang diri.

"Tidak mungkin diisolasi misalnya SD atau TK, tidak mungkin diisolasi di ruang isolasi rumah sakit sendirian, tanpa kita orang tua," ujar dia.

3. Tahun ajaran baru tetap berlangsung dengan pembelajaran jarak jauh

KPAI: Berisiko Buka Sekolah Juli, Siap-siap Bertarung Nyawa untuk Anak(Ilustrasi siswa saat belajar di rumah) ANTARA FOTO/Arnas Padda

Dia menjelaskan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) setidaknya bisa terus dilakukan hingga angka kasus COVID-19 berada dalam status "zero" kasus.

Walaupun tahun ajaran baru sudah dimulai pada 13 Juli dan tidak ada pemunduran, sekolah, kata Retno, tidak langsung akan dibuka pada waktu tersebut.

"Sekolah tidak langsung dibuka pada tanggal 13 Juli, tetapi pembelajaran jarak jauh akan dilanjutkan. Ini akan dilakukan memang dalam upaya untuk melindungi anak-anak dari tertular COVID-19, karena memang mesti melihat angka, bukan sekedar fluktuatif angkanya, tidak sekedar turun," kata Retno.

4. Sebanyak 7,9 persen pasien COVID-19 adalah anak-anak

KPAI: Berisiko Buka Sekolah Juli, Siap-siap Bertarung Nyawa untuk AnakIlustrasi (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Untuk diketahui, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menjelaskan bahwa 5,6 persen dari seluruh pasien positif COVID-19 di Indonesia, merupakan anak di rentang usia 6-17 tahun. Sementara, 2,3 persen lainnya merupakan anak balita yang berusia 0-5 tahun.

Hal ini dijelaskan oleh Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Nahar, berdasar pada data dari Gugus Tugas Nasional per 2 Juni 2020.

"Ini menjadi bukti bahwa anak-anak juga terancam dalam situasi pandemik ini, sehingga perlu menjadi perhatian bersama,” kata Nahar seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (3/6).

Baca Juga: WHO Tegaskan Pandemik COVID-19 Belum Usai Jika Virus Corona Masih Ada

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya