Mau Tahu Kapan Puncak Pandemik COVID-19? Ini Jawabannya 

Semua tergantung intervensi sosial dari pemerintah

Jakarta, IDN Times - Tahun 2020 kini memasuki bulan kedelapan, yang berarti sudah setengah tahun lebih warga dunia hidup dengan virus corona atau COVID-19 setelah virus itu menyebar dari Wuhan, Tiongkok ke seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia, berbagai pertanyaan muncul di tengah masyarakat yang berkaitan dengan COVID-19, salah satunya adalah kapan wabah virus ini akan berakhir.

Namun ternyata untuk menuju pertanyaan itu, jawaban yang harus dijawab terlebih dahulu adalah kapan sebenarnya puncak COVID-19 di Indonesia.

Profesor Sosiologi Bencana Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir mengatakan, jawaban soal puncak COVID-19 di Indonesia sebenarnya sederhana.

"Jawabannya sebenarnya simpel dan ini mungkin jadi kabar buruk buat kalian semua, bahwa kurva corona akan terus naik di Indonesia selama masih ada orang yang bisa tertular virus corona di Indonesia," kata Sulfikar dalam akun YouTube pribadinya, SOCIOTALKING, yang diunggah Jumat 31 Juli 2020.

Baca Juga: Sejarawan: Pandemik COVID-19 Mirip Wabah Flu Spanyol 1918

1. Kunci utama penurunan kurva penularan virus corona adalah intervensi sosial

Mau Tahu Kapan Puncak Pandemik COVID-19? Ini Jawabannya 

Jika ada masyarakat yang bertanya, mengapa kurva COVID-19 di negara lain justru semakin turun, Sulfikar menjelaskan bahwa kurva atau penyebarannya sendiri adalah bentuk refleksi dan respons suatu masyarakat pada pandemik.

"Pandemik itu sebenarnya fenomena sosial karena penyebaran penyakit itu sangat dipengaruhi interaksi sosial. Jadi pola perilaku masyarakat, cara mereka berinteraksi, kemudian respons pemerintah dan sebagainya," kata dia.

Maka dari itu, kurva baru bisa melandai atau turun jika ada intervensi sosial yang efektif.
Kata kunci dari keberhasilan penanganan virus corona atau turunnya kurva penyebaran adalah intervensi sosial.

2. Intervensi sosial di Indonesia tidak efektif

Mau Tahu Kapan Puncak Pandemik COVID-19? Ini Jawabannya (Foto hanya ilustrasi) Suasana Car Free Day (IDN Times/Gregorius Aryodamar P.)

Dia mencontohkan, Tiongkok, Italia, Selandia Baru atau Singapura bisa menurunkan kurva virus corona karena intervensi sosial dari pemerintah dan masyarakatnya di masing-masing negara tersebut.

"Dan intervensi sosial itu sangat efektif untuk menurunkan laju penularan," ujarnya.

Di Indonesia, kata Sulfikar, kurva penularan virus corona akan terus naik karena intervensi sosial saat ini belum terbilang efektif, bahkan nyaris tidak ada.

"Karena di Indonesia itu belum pernah mengerjakan PR-nya dengan benar, dan ketika PR-nya sendiri belum selesai tiba-tiba mau masuk ke kehidupan normal (new normal)," kata dia.

3. Pemerintah dinilai hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi

Mau Tahu Kapan Puncak Pandemik COVID-19? Ini Jawabannya Antrean di Stasiun KRL Citayam, Senin (6/6/2020) (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Menurut Sulfikar, pemerintah justru lebih fokus mengurus pertumbuhan ekonomi dibandingkan menekan pertumbuhan kasus yang terus meningkat dari hari ke hari.

Dia melihat bahwa Indonesia, khususnya pemerintah, memiliki suatu asumsi yang menganggap bahwa COVID-19 itu akan hilang sendiri.

"Mereka menganggap COVID-19 ini seperti banjir, jadi akan surut sendiri, jadi intervensi sosial yang dilakukan juga setengah hati dan karena pemerintah itu menganggap virus itu akan hilang sendiri, maka mereka menunggu sambil mengurusi persoalan ekonomi," kata Sulfikar.

Berangkat dari hal itu, dia meminta pemerintah Indonesia lebih serius menekan pertumbuhan kurva penularan virus corona dibandingkan sibuk mengurus persoalan ekonomi. Padahal jika kurva naik, di sisi lain pertumbuhan ekonomi akan turun.

Baca Juga: Bersatu Lawan COVID-19 Jadi Sistem Kendali Pemerintah Tangani COVID-19

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya