Menteri PPPA: Perempuan Sumba Timur Penjaga Budaya Tenun Ikat

Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam wirausaha

Jakarta, IDN Times - Di Sumba Timur terdapat lebih dari 100 perempuan penenun, keterlibatan perempuan dalam hal ini membuat perempuan tak berhenti belajar untuk tingkatkan kemampuan.

Tenun Ikat Sumba Timur adalah warisan budaya turun temurun yang terus diperjuangkan kelestariannya oleh para perempuan penenun di Sumba Timur. Tenun Ikat juga jadi penopang ekonomi dalam keluarga.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengunjungi Sekolah Tenun Ikat dan berdialog dengan perwakilan perempuan penenun.

“Saya bangga dan memberikan apresiasi untuk para penenun yang tergabung dalam Sekolah Tenun Ikat ini. Para perempuan penenun ini adalah perempuan berdaya dan mandiri yang memiliki cita-cita untuk bisa tetap melestarikan budaya alam, berjuang menghasilkan karya yang luar biasa. Semangat mereka luar biasa untuk menjadikan tenun ikat sebagai keseharian, kebanggaan, sumber pendapatan dan identitas khas Sumba,” kata Bintang di Waingapu, Sumba Timur, seperti dilansir dalam keterangannya, Jumat (5/8/2022).

1. Sekolah tenun ikat kembangkan industri tenun

Menteri PPPA: Perempuan Sumba Timur Penjaga Budaya Tenun IkatMenteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenteriPPPA) saat berkunjung ke Waingapu, Sumba Timur (dok. Humas KemenPPPA)

Sekolah Tenun Ikat-Pahikung Berbasis Komunitas adalah pusat aktifitas dari 10 kelompok perempuan penenun yang ada di 10 desa dan diresmikan oleh Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing pada Maret 2021.

Sekolah ini jadi model pengembangan industri kreatif tenun ikat berbasis pengetahuan lokal dan modal sosial “Paraingu”.

Tenun Ikat Sumba Timur sendiri memiliki 42 mata rantai produksi hingga menjadi kain tenun, dan dibutuhkan waktu hingga enam bulan. Pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami dari daun, akar, dan kulit daun, kulit batang atau cabang dan akar dan daging buah.

2. Perempuan penenun pejuang pelestarian budaya dan berikan kontribusi

Menteri PPPA: Perempuan Sumba Timur Penjaga Budaya Tenun IkatMenteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenteriPPPA) saat berkunjung ke Waingapu, Sumba Timur (dok. Humas KemenPPPA)

Khristofel mengatakan, komunitas perempuan penenun menyebar di Sumba Timur. Mereka adalah pejuang pelestarian budaya dan sudah memberikan kontribusi untuk perbaikan ekonomi keluarga. Kendala masih banyak dihadapi karena belum ada penambahan nilai yang berarti bagi para penenun ini.

"Harganya tinggi di pasaran tetapi belum banyak dinikmati oleh para penenun. Meski demikian kami dari pemerintah daerah mencoba bekerja sama dengan berbagai pihak untuk bisa membantu mencarikan peluang pasar,” ungkap Khristofel.

Baca Juga: 10 Pesona Memikat Pantai Mbawana Sumba, Bisa Bikin Ketagihan Healing

3. Kesulitan mencari bahan alami

Menteri PPPA: Perempuan Sumba Timur Penjaga Budaya Tenun IkatMenteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenteriPPPA) saat berkunjung ke Waingapu, Sumba Timur (dok. Humas KemenPPPA)

Bintang mengungkapkan, beberapa kendala banyak dilaporkan diantaranya kesulitan mencari bahan alami seperti buah mengkudu untuk pewarnaan, mesin pengolah pewarna dan kesulitan mendapatkan peralatan alat tenun bukan mesin. Pemasaran yang masih terbatas juga banyak menjadi keluhan para penenun.

“Kami segera akan mengkomunikasikan kepada Kementerian atau Lembaga terkait yang sesuai dengan tugas dan fungsi untuk beberapa hal yang diharapkan bisa membantu seperti pelatihan peningkatan kapasitas dan peluang pemasaran. Dukungan juga kami harapkan dari pemerintah daerah dan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) untuk membantu promosi pada setiap event atau kegiatan pameran,” harap Menteri PPPA.

Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender jadi usaha pemerintah.

Baca Juga: 5 Resort Mewah di Asia dengan Program Konservasi Terbaik, Ada Sumba!

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya