Pengamat Sosial Ungkap Alasan Orang Indonesia Sulit Diam di Rumah Saja

Orang timur adalah masyarakat yang komunal secara sosial

Jakarta, IDN Times - Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan bahwa keputusan pemerintah melakukan pembatasan di tengah pandemik virus corona sudah tepat. Walaupun, sebagian besar masyarakat masih belum menaati hal tersebut karena dipengaruhi beberapa faktor sosial.

"Secara sosial masyarakat timur itu komunal, jadi memang terbiasa untuk melakukan aktivitas bersama-sama, lalu secara demografis banyak kalangan muda yang melakukan aktivitas bersama di publik karena tidak punya tanggung jawab seperti yang lainnya," ujar Devie saat dihubungi IDN Times, Sabtu (4/4).

1. Istilah social distancing di masa tanggap darurat kurang tepat

Pengamat Sosial Ungkap Alasan Orang Indonesia Sulit Diam di Rumah SajaIDN Times/Margith Juita Damanik

Devie menilai penggunaan istilah social distancing di masa tanggap darurat virus corona atau COVID-19 kurang tepat.

Perubahan perilaku sosial masyarakat yang ada di masa-masa ini dipengaruhi oleh social distancing atau pembatasan sosial. 

"Jadi yang tepat adalah physical distancing, karena fisiknya yang diharapkan untuk berjauhan," kata Devie.

Karena masyarakat saat ini masih bisa membangun sisi sosialnya melalui berbagai macam saluran komunikasi yang ada.

Baca Juga: Menteri Luhut Blak-blakan Soal Larangan Mudik di Tengah Wabah COVID-19

2. Social distancing mencabut aktivitas sosial masyarakat

Pengamat Sosial Ungkap Alasan Orang Indonesia Sulit Diam di Rumah SajaFoto aerial kendaraan melintas di kawasan Semanggi, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Sejumlah ruas jalan utama ibu kota lebih lengang dibandingkan hari biasa karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus Corona atau COVID-19 (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Penggunaan istilah social distancing, menurut Devie, membuat masyarakat menjadi tidak nyaman, karena masyarakat tercabut dari kemanusiaannya, seperti berdialog, bertemu orang, berinteraksi langsung berubah karena kondisi adanya COVID-19

"Efeknya apa, sebagian di awal-awal itu pasti akan merasa gelisah, tidak nyaman, bisa dieskpresikan dari emosi diri," ujar dia.

3. Masyarakat Indonesia lentur menghadapi keadaan

Pengamat Sosial Ungkap Alasan Orang Indonesia Sulit Diam di Rumah SajaANTARA FOTO/Arnas Padda

Di balik keadaan itu, dia optimis bahwa masyarakat yang menjalani karantina selama masa tanggap darurat COVID-19 ini bisa dengan cepat menyesuaikan diri.

Hal tersebut, kata Devie, didasari dengan konteks kultural, karena masyarakat Indonesia juga bisa disebut masyarakat jangka pendek (short term community), yakni hidup dari satu hari ke hari lain dan lentur menghadapi keadaan.

"Memang masyarakat kita ini, sangat fleksibel, sangat luwes dalam menghadapi tantangan zaman," ujar dia.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terkini Wabah Virus Corona di Indonesia

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya