Perempuan Korban Kekerasan Berpotensi Lahirkan Anak Stunting

Status gizi seorang ibu akan terganggu karena kekerasan

Jakarta, IDN Times - Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Agustina Erni mengungkapkan bagaimana kekerasan terhadap perempuan berkaitan juga dengan masalah tumbuh kembang bayi yang gagal atau disebut sebagai stunting.

Dia menjelaskan, berdasarkan penelitian Jeanne Chai dkk (Bulletin WHO, 2016) yang mencakup 42 survei demografis dan kesehatan di 29 negara berpenghasilan rendah dan sedang, menemukan asosiasi positif antara paparan kekerasan fisik dan seksual yang dialami Ibu sepanjang hidupnya dengan stunting.

"Status gizi si ibu pasti akan terganggu apalagi kondisi hamil yang sebenarnya membutuhkan asupan yang baik, ternyata tidak juga mendapatkan," kata dia dalam media talk "Mendorong Percepatan Penurunan Stunting Melalui Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan" secara daring, Jumat (28/1/2022).

1. Dua dari 11 perempuan sudah menikah pernah alami kekerasan

Perempuan Korban Kekerasan Berpotensi Lahirkan Anak StuntingMedia talk "Mendorong percepatan penurunan stunting melalui penurunan Hak Anak atas Kesehatan" bersama Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA, Agustina Erni, Jumat (28/1/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Dalam pemaparannya, Agustina  menjelaskan bahwa dua dari 11 perempuan yang pernah atau sedang menikah selama hidupnya pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual oleh pasangannya.

Angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) semakin memprihatinkan di masa pandemik.

Baca Juga: Dear Perempuan, Kenali Fakta-fakta Tentang KDRT Agar Lebih Waspada

2. Peran ibu dan ayah dalam tumbuh kembang anak

Perempuan Korban Kekerasan Berpotensi Lahirkan Anak Stuntingilustrasi siswa SD mengenakan masker (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Terkait dengan isu stunting dan orang tua, Agustin menjelaskan pengasuhan anak yang baik juga merupakan kunci utama untuk mencegah stunting. Praktik pengasuhan memiliki peran penting dalam peningkatan perkembangan anak. Adanya interaksi antara orang tua dan anak memberi stimulasi perkembangan secara optimal.

"Ibu dan bapak sama-sama membina atau membimbing perkembangan anak, ini sanngat penting, ibu tidak bisa melakukannya sendiri, anak butuh perhatian dua orang tua," kata dia.

3. Target menurunkan stunting sampai 14 persen

Perempuan Korban Kekerasan Berpotensi Lahirkan Anak StuntingIlustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Agustina juga memaparkan bahwa, ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Nyatanya Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 mencatat banyak ibu hamil yang mengalami anemia, totalnya mencapai 48,9 persen baik di kota maupun di desa.

Angka stunting Indonesia ditargetkan berada di 14 persen pada 2024 sesuaid engan RPJMN 2020-2024. Berdasarkan Profil Kesehatan 2019 Kementerian Kesehatan, persentase balita usia 0-59 bulan menurut status gizi dengan Indeks Berat Badan atau Umur menurut provinsi pada tahun 2018 tercatat 13,8 persen balita Indonesia mengalami kurang gizi, sementara 3,9 persennya mengalami gizi buruk dan 3,1 persennya mengalami gizi lebih.

Baca Juga: Kian Mengkhawatirkan, Ini Deretan Kasus KDRT Sepanjang 2021

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya