Sejarah Monas, Tempat Kerbau Cari Makan hingga Jadi Lapangan Raja

Cerita Monas sebelum dibangun #MenjagaIndonesia

Jakarta, IDN Times – Jakarta adalah Ibu kota Indonesia dengan segudang kisah yang menarik. Tiap sisinya bisa ditelisik sebagai saksi sejarah.

Monumen Nasional (Monas) adalah salah satu daya tarik wisata di Jakarta. Tak afdol rasanya jika tidak menginjakkan kaki di Monas saat berkunjung ke Jakarta.

Monas sudah berdiri sejak 12 Juli 1975. Namun jauh sebelum monumen peringatan setinggi 132 meter ini didirikan, banyak cerita tersimpan di belakangnya.

Berikut adalah perjalanan sejarah Monas hingga menjadi ikon Kota Jakarta hingga kini.

1. Monas dibangun pada 1975

Sejarah Monas, Tempat Kerbau Cari Makan hingga Jadi Lapangan RajaSuasana Monumen Nasional (Monas) dari ketinggian Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas) (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Melansir Jakarta.go.id, Monas merupakan tugu yang dibangun 17 Agustus 1961 hingga 12 Juli 1975.

Presiden Sukarno adalah ketua juri sayembara desain Monas, dia menunjuk arsitek Soedarsono dan F. Silaban untuk membuat rencana gagasan Tugu Monas.

Pembangunan Monas berada di tengah lapangan merdeka, yang juga berada di depan istana negara. Salah satu bagian dari lapangan merdeka adalah lapangan Ikada, di sana Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta mengadakan rapat raksasa untuk menghimpun kekuatan rakyat mengusir penjajah.

Baca Juga: Utak Atik Wajah Monas Ala Anies, Berbayar Banjir dan Babat Pohon

2. Monas dulu ternyata lapangan tempat kerbau mencari makan

Sejarah Monas, Tempat Kerbau Cari Makan hingga Jadi Lapangan RajaMonumen Nasional (IDN Times/Besse Fadhilah)

Tak banyak orang tahu bahwa kawasan Monas dulu adalah sebuah padang rumput tempat kerbau mencari makan. Informasi ini dihimpun IDN Times dari Sejarawan Hendaru Tri Hanggoro pada 5 Februari 2020.

Dia menceritakan bahwa padang rumput itu disebut sebagai Buffelsveld atau lapangan kerbau dan potret Monas kala itu bisa dilihat dari lukisan karya E Hardouin pada pertengahan abad ke-19.

Buffelsveld perlahan berubah setelah perpindahan pusat pemerintahan Kota Batavia ke selatan, yaitu ke Weltevreden pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada 1808-1811.

3. Berubah dari lapangan kerbau, militer hingga lapangan raja

Sejarah Monas, Tempat Kerbau Cari Makan hingga Jadi Lapangan RajaMonumen Nasional (IDN Times/Besse Fadhilah)

Buffelsveld kemudian berubah dengan mulai berdirinya sejumlah rumah dan bangunan, bahkan lapangan militer yang dulunya tempat kerbau dan penggembalanya berlalu-lalang.

Buffelsveld berubah dari padang rumput hijau seluas 1 x 0,85 kilometer menjadi lapangan militer. Gubernur Daendels saat itu hanya memerintah Batavia selama tiga tahun karena harus kembali ke Prancis. Dia akhirnya membuat posisi Batavia mulai terombang-ambing, hingga jatuh ke tangan pemerintah Inggris.

Setelah itu Belanda jatuh ke Inggris dan Batavia dipimpin Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, di tangannya, lapangan militer tersebut berubah menjadi Koningsplein atau lapangan raja.

4. Monas adalah gagasan Sukarno dengan alasan mengekalkan perjuangan bangsa

Sejarah Monas, Tempat Kerbau Cari Makan hingga Jadi Lapangan RajaFatmawati bersama keluarga (Buku "Ibu Indonesia dalam Kenangan"/Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, dkk., 2004)

Alwi Shihab dalam bukunya Betawi: Queen of The East, menuliskan bahwa daerah sekitar Koningsplein kala itu berdiri rumah-rumah pejabat, atau yang disebut Rijwijk atau kini menjadi Istana Negara. Baru setelah kemerdekaan Indonesia, Koningsplein berubah nama menjadi Lapangan Merdeka dan mulailah Monas didirikan pada 1960-an.

Pembangunan Monas berasal dari gagasan Sukarno. Penulis buku biografi dan sejarah Adolf Heuken dan Solichin mencatat, bahwa Bung Karno ingin membangun sebuah bangunan di Jakarta guna mengekalkan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan.

“Presiden Sukarno sudah memikirkan membangun sesuatu yang monumental seperti Menara Eiffel (Paris). Menara Eiffel tinggi menjulang, melambangkan kebesaran dan pencapaian bangsa Prancis,” kata Hendaru.

Sukarno menginginkan pembangunan monumen tersebut dibangun di sebuah tempat yang heroik. Tempat semacam itu ada di Lapangan Merdeka atau saat awal mula kemerdekaan dijuluki Lapangan Ikada.

“Karena Lapangan Ikada pernah menjadi tempat bagi rakyat Indonesia untuk menunjukkan dukungannya kepada kemerdekaan Indonesia,” kata dia.

Versi lain menjelaskan bahwa Monas berasal dari gagasan Sarwoko Martokoesoemo yang menurut Gubernur Jakarta 1953-1960 Sudiro, adalah untuk melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

Saat ini Monas memiliki fungsi sebagai pengekal ikatan tentang perjuangan bangsa.

“Jadi dari mana bangsa ini berasal dan mau ke mana, itu bisa terlihat di Monas,” ujar Hendaru.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Tahap Akhir Revitalisasi Monas ala Anies Baswedan Sudah Hampir Selesai

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya