Soal Banjir Jakarta, PDIP Sebut Anies Terlalu Banyak Berteori

Anies sebut perubahan iklim pengaruhi pola hujan

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Ronny Talapessy meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tak sibuk berteori soal banjir di Ibu Kota.

Pernyataan Ronny menanggapi pidato Anies dalam apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan pada 13 Oktober 2021, yang menyebut titik banjir di Jakarta sulit diprediksi karena efek perubahan iklim.

"Ini bagi saya terlihat seperti upaya ngeles terbaru dari seorang Gubernur yang tidak serius mengurus banjir di Jakarta. Anies jauh-jauh hari sudah seperti menyiapkan kambing hitam," kata Ronny dalam keterangannya, Minggu (17/10/2021).

Baca Juga: Pemprov DKI Laksanakan Gerebek Lumpur di Waduk Munjul

1. Dia sebut Anies malah salahkan curah hujan

Soal Banjir Jakarta, PDIP Sebut Anies Terlalu Banyak BerteoriIlustrasi hujan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Ronny juga tak habis pikir mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut justru kembali menyalahkan tingkat curah hujan.

"Ini tentu saja mengecewakan publik. Jakarta butuh kerja konkret atasi banjir, bukan malah sibuk berteori, bukan malah sibuk menghitung jumlah air jatuh ke bumi," kata dia.

2. Anies dinilai malah perhitungkan curah hujan dibanding cari solusi

Soal Banjir Jakarta, PDIP Sebut Anies Terlalu Banyak BerteoriGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Partia di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021) (Dok. Humas Pemprov DKI Jakarta))

Ronny juga menyayangkan sikap Anies yang malah memperhitungkan curah hujan yang turun tanpa memperbaiki draniasi lebih optimal.

"Publik tidak mendengar soal ini dari Pak Anies," ujarnya.

Dari dulu, menurut Ronny, Anies lebih suka berteori soal hujan, tapi solusinya tidak ada.

"Sumur resapan yang jadi teori dan program beliau juga sampai sekarang tidak berlanjut. Teori naturalisasi sungai mengikuti contoh yang ada di luar negeri sampai sekarang juga tidak ada," katanya.

3. Hujan tak lagi berpola yang bisa diprediksi seperti dulu

Soal Banjir Jakarta, PDIP Sebut Anies Terlalu Banyak BerteoriGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertolak dari Balai Kota DKI Jakarta Pusat ke kediamannya dengan bersepeda pada Rabu (2/6/2021) (Instagram/@Aniesbaswedan)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan pada 2021, cukup sulit memprediksi potensi wilayah yang dapat terdampak banjir. Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang memengaruhi curah hujan tidak menentu alias anomali cuaca. Anies mengungkapkan kadang hujan datang singkat dengan curah tinggi.

"Jadi dengan global warming yang sekarang terjadi climate change yang dialami seluruh dunia, memang hujan tidak lagi memiliki pola yang diprediksi seperti dahulu," katanya di lapangan Monas usai memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan, Rabu (13/10/2021).

4. SDA DKI mulai gelar Gerebek Lumpur

Soal Banjir Jakarta, PDIP Sebut Anies Terlalu Banyak BerteoriGerebek Lumpur di Kali Sunter, Jakarta Utara (Dok. Pemprov DKI Jakarta)

Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) mulai mengeruk lumpur Kali Sunter, Jakarta Utara, tepatnya di segmen depan Pompa Rawa Badak sepanjang 495 meter dan depan Artha Gading sepanjang 210 meter.

"Tentu kegiatan pengerukan ini akan memiliki dampak langsung kepada kita semua. Khususnya, Gerebek Lumpur di dua segmen ini dilaksanakan untuk pencegahan genangan (banjir) pada lokasi sekitar, yaitu pada 14 RT dan 15.700 m2 wilayah terdekat dari daerah aliran sungai (DAS) yang dikeruk," ujar Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Yusmada Faizal, Minggu (3/10/2021). 

Yusmada menjelaskan, dalam Gerebek Lumpur ini, pihaknya mengerahkan amphibi besar sebanyak tiga unit, yakni excavator long arm dua unit dan excavator standar satu unit pada segmen depan Pompa Rawa Badak.

Kemudian ada amphibi besar dua unit dan excavator long arm dua unit pada segmen depan Artha Gading, sehingga total alat berat 10 unit, serta dump truck 18 unit untuk kedua lokasi tersebut. 

Yusmada mengatakan pada Gerebek Lumpur kali ini, SDA DKI Jakarta menargetkan bisa mengeruk 17.920 meter kubik (m3) pada segmen Rawa Badak dan 8.400 m3 segmen Artha Gading.

Kerukan lumpur Rawa Badak kemudian dibuang di dump site di kawasan Beting dan segmen Artha Gading di kawasan Ancol.

Gerebek Lumpur di Jakarta Utara ini dilakukan secara kolaboratif lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Di antaranya, Wali Kota Administrasi Jakarta Utara, camat, lurah (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum), Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Suku Dinas Bina Marga Jakarta Utara, Suku Dinas Pertamanan Jakarta Utara, dan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Badan Air.

"Semoga dengan adanya kegiatan Gerebek Lumpur ini, masyarakat terbantu dalam penanganan permasalahan banjir. Oleh karena itu, mari kita semua berkolaborasi untuk menangani permasalahan banjir di Jakarta. Bisa mulai dari yang paling sederhana, yaitu tidak membuang sampah sembarangan," kata Yusmada.

Baca Juga: Cegah Banjir, Anies Gencarkan Gerebek Lumpur di DKI hingga Desember

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya