Survei SETARA Institute: Remaja SMA Intoleran Aktif Meningkat 

kategori terpapar meningkat dari 0,3 persen jadi 0,6

Jakarta, IDN Times - SETARA Institute melaporkan kondisi toleransi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), hasilnya intoleransi masih ditemukan di lingkungan pendidikan. Sikap toleransi remaja digambarkan dalam empat kategori yaitu toleran, intoleran pasif, intoleran aktif, dan potensi terpapar. Survei ini mengacu pada lima kota yakni Bandung, Bogor, Surabaya, Surakarta dan Padang.

Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan mengungkapkan sebagian remaja pada kategori intoleran pasif juga bertransformasi menjadi intoleran aktif, sebagaimana digambarkan dari angka 2,4 persen di 2016 menjadi 5 persen pada 2023. Demikian juga pada kategori terpapar, mengalami peningkatan dari 0,3 persen menjadi 0,6 persen.

"Meningkat level kecemasan itu karena yang terpapar itu 0,6, yang intoleran aktif itu 5,0. Jadi 5,6 persem sebenarnya persentase level kecemasan kita melihat
toleransi anak-anak kita di SMA sederajat itu, di ruang-ruang pendidikan, satuan pendidikan kita," katanya dilansir dari YouTube SETARA Institute, Senin (22/5/2023).

1. Tren toleransi meningkat dari 61,6 persen menjadi 70,2 persen

Survei SETARA Institute: Remaja SMA Intoleran Aktif Meningkat Ilustrasi toleransi agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Salah satu hasil survei lainnya yang didapatkan adalah sebanyak 70,2 persen remaja atau siswa SMA masuk ke dalam kategori remaja toleran, 24,2 persen merupakan remaja intoleran pasif. Kemudian lima persen merupakan remaja intoleran aktif dan 0,6 persen merupakan remaja yang berpotensi terpapar.

Dijelaskan jika memakai baseline data SETARA di 2016-2017, tren toleransi
menunjukkan peningkatan dari 61,6 persen menjadi 70,2 persen.

Angka ini membesar disumbang oleh menyusutnya kelompok intoleran pasif dari sebelumnya berada pada angka 35,7 persen menjadi 22,4 persen di 2023.

Baca Juga: 10 Daftar Kota Intoleran di Indonesia, Depok Terendah

2. Ada 83 persen remaja sebut pancasila bisa diganti

Survei SETARA Institute: Remaja SMA Intoleran Aktif Meningkat Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya di Jakarta Timur ( ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Dalam survei ini juga dijelaskan ada temuan terkait syariat Islam sebagai landasan bernegara, juga didukung oleh 56,3 persen responden.

Oleh karenanya, dukungan pada persepsi bahwa Pancasila sebagai bukan ideologi yang permanen artinya bisa diganti juga sangat besar yakni 83,3 persen responden.

3. Lima faktor yang pengaruhi sikap toleran dan intoleran remaja

Survei SETARA Institute: Remaja SMA Intoleran Aktif Meningkat Ilustrasi toleransi. (IDN Times/Sukma Shakti)

Dalam survei ini juga ditemukan lima faktor yang dapat mempengaruhi sikap
toleran atau intoleran pada remaja di antaranya, pemahaman wawasan
kebangsaan, intensitas penggunaan media sosial, aktivitas keseharian
responden, sikap keagamaan dan kondisi sosial ekonomi responden.

Semua variabel ini disebut menunjukkan korelasi positif sebagai pembentuk karakter siswa.

Peneliti SETARA Institute Nur Alfi Lailah mengatakan, penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive service dengan margin of error 3,3 persen.

"Terdapat 19 sekolah negeri dan 33 sekolah swasta. Untuk pengambilan sampel atau respondennya itu sendiri kita menggunakan sampel atau respondennya kita memperoleh 947 siswa sebagai responden dalam survei," katanya.

Baca Juga: Jabar Tercatat sebagai Daerah Intoleran 14 Tahun Berturut-turut

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya