Survei SMRC: Masyarakat Makin Takut Bicara Politik karena Penangkapan

Mereka yang takut umumnya yang tak puas kinerja Jokowi

Jakarta, IDN Times - Survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, makin banyak pihak yang menilai masyarakat kini takut bicara masalah politik dan karena ancaman penangkapan oleh aparat penegak hukum yang dirasa semena-mena.

Temuan itu disampaikan Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad dalam rilis hasil survei bertajuk “Sikap Publik Nasional terhadap Front Pembela Islam FPI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)”.

Survei berskala nasional itu dilakukan pada 28 Februari - 5 Maret 2021 dengan melibatkan 1.064 responden yang dipilih secara acak. Sementara, margin of error survei diperkirakan +/- 3,07 persen.

Baca Juga: Survei: 57,3 Persen Anak Muda Dukung Revisi UU ITE

1. Ketakutan bicara politik naik hampir tiga kali lipat dibanding 2009

Survei SMRC: Masyarakat Makin Takut Bicara Politik karena PenangkapanANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Survei yang menyasar responden secara acak ini menunjukkan 39 persen warga menyatakan masyarakat sering atau selalu takut bicara masalah politik, dan 32 persen menyatakan masyarakat takut karena penangkapan yang dinilai semena-mena oleh aparat penegak hukum.

“Walau tidak mayoritas, tapi kita perlu peduli, karena angka ini menunjukkan peningkatan dari waktu-waktu sebelumnya,” kata Saidiman dalam keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021).

Menurut Saidiman, ketakutan masyarakat berbicara tentang masalah politik naik dari 14 persen pada Juli 2009 menjadi 39 persen saat ini. Survei ini juga menunjukkan 51 persen responden yang menganggap kondisi politik Indonesia buruk menyebabkan masyarakat selalu atau sering takut bicara politik, sementara 26 persen lainnya menganggap kondisi politik di Indonesia dalam keadaan baik.

2. Masyarakat makin takut dengan penangkapan oleh aparat keamanan yang dinilai semena-mena

Survei SMRC: Masyarakat Makin Takut Bicara Politik karena PenangkapanIlustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)

Survei ini juga menunjukkan rasa takut akan penangkapan semena-mena oleh aparat keamanan, naik dari 23 persen pada survei Juli 2009 menjadi 32 persen.

Survei SMRC juga menunjukkan masyarakat takut ikut organisasi naik dari 9 persen pada survei Juli 2009 menjadi 20 persen saat ini. Saidiman mengatakan semakin banyak warga yang menilai sekarang masyarakat takut ikut organisasi.

Tak hanya itu survei ini juga menemukan, yang menilai masyarakat takut melaksanakan ajaran agama meningkat dari hanya 2 persen naik menjadi 11 persen saat ini. 

“Kecenderungan ini perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah mengingat dalam masyarakat demokratis, warga justru seharusnya berani membicarakan masalah politik, berorganisasi, serta tidak khawatir dengan aparat keamanan, dan tidak takut untuk melaksanakan ajaran agamanya,” ujar Saidiman.

3. Takut bicara politik muncul dari kalangan yang menilai negatif kinerja Presiden Jokowi

Survei SMRC: Masyarakat Makin Takut Bicara Politik karena PenangkapanJokowi tinjau food estate di Kalimantan Tengah (Dok. IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)

Saidiman mengatakan kecenderungan menganggap masyarakat selalu atau sering takut bicara politik ini, terutama ditemukan di kalangan yang cenderung memberi nilai negatif pada kinerja Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan pemerintahannya.

Sekitar 48 persen dari responden yang kurang atau tidak puas dengan kinerja Jokowi  menganggap masyarakat selalu atau sering takut bicara politik. Sementara, sebanyak 37 persen merasa sangat atau cukup puas.

Demikian pula, sekitar 47 persen dari warga yang menganggap kondisi ekonomi Indonesia buruk karena masyarakat selalu atau sering takut bicara politik, sementara 31 persen lainnya menganggap kondisi ekonomi baik.

Baca Juga: Survei SMRC: Di Pulau Jawa, Warga Jakarta Paling Ogah Divaksinasi

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya