Transportasi Umum Dinilai Paling Tidak Aman untuk Perempuan dan Anak

Fasilitas publik saat ini belum penuhi kebutuhan anak

Jakarta, IDN Times - Menyambut peringatan Hari Anak Perempuan Internasional, isu seputar anak perempuan dan perempuan menjadi pembahasan yang menarik. Apakah kota tempat perempuan bernaung telah masuk dalam kategori aman dan nyaman serta cukup layak ditempati? Serta apakah ada cerita yang tersimpan dibelakangnya?

Yayasan Plan Intenational merangkum pertanyaan seputar hal tersebut dalam dialog yang diadakan pada Senin (8/10) di kawasan Jakarta Selatan. Yayasan Plan Internasional adalah organisasi yang fokus untuk mengembangkan masyarakat dan kemanusiaan untuk pemenuhan hak anak dan kesetaraan anak perempuan. 

Dialog ini diisi oleh Nadira Irdiana Advocacy Manager Yayasan Plan International Indonesia, Lily Puspasari Program Manager UN Women dan Meyta Nurul Aini Youth Coalition for Girls, Peserta "Girls Take Over 2016"

1. Apa saja yang membuat kota menjadi tidak ramah anak perempuan dan perempuan?

Transportasi Umum Dinilai Paling Tidak Aman untuk Perempuan dan AnakDok. IDN Times/Istimewa

Riset yang dilakukan oleh Yayasan Plan Internasional membahas tentang bagaimana kota yang aman dan nyaman bagi anak perempuan dan perempuan. Sampel populasi dari survey ini adalah 1.398 anak perempuan di rentang usia 15 sampai 17 tahun yang terbagi dalam tiga daerah, 38 persen di pedesaan, 50 persen lainnya di perkotaan dan sisanya di pesisir atau daerah lain.

Hasil dari riset tersebut 56,08 persen menyatakan bahwa fasilitas yang paling aman adalah fasilitas pendidikan, dan yang paling tidak aman adalah transportasi publik. Lalu untuk penyebabnya, tindakan kriminal dan pelecehan seksual menjadi kategori tertinggi yakni 64 persen. Sedangkan terkait dengan ruang publik yang dinilai tidak aman adalah trotoar dan kamar mandi umum.

“Kondisi diperparah dengan pernyataan 74,8 persen responden yang merasa fasilitas publik yang ada saat ini masih kurang dapat memenuhi kebutuhan anak,” ungkap Dini Widiastuti, Eksekutif Direktur Yayasan Plan International Indonesia.

Baca Juga: Ini Dia, Perempuan Mempesona yang Ikut Ramaikan Dunia Politik

2. Fasilitas kota yang aman dan nyaman

Transportasi Umum Dinilai Paling Tidak Aman untuk Perempuan dan Anakinstagram.com/indrabobon

Kota yang aman dan nyaman bagi perempuan dan anak perempuan dapat tercipta dari banyak hal, menurut Dini Widiastuti hal tersebut dapat tercipta dengan mengarahkan bagaimana anak laki-laki atau laki-laki dewasa berpikir dengan cara yang benar.

"Kita mestinya bukan meminta anak itu untuk mengganti cara dia berpakaian, tapi menyadarkan laki-laki, ada masalah yang lebih penting bagaimana melihat perempuan di ruang publik," ujar Dini

Selanjutnya menurut Lily Puspasari, Program Manager UN Women, ada sembilan parameter sebuah kota itu dapat dikategorikan aman

Contohnya adalah pencahayaan, keamanan (penegak keamanannya), publik transportasi (apakah semua gender dapat menggunakannya) dan lain-lain.

"Pada dasarnya ukuran ini bisa mengkategorikan kota aman atau nyaman, kota disebut aman apabila semua perempuan dan anak perempuan dapat melakukan kegiatan dengan aman dan nyaman," kata Lily

3. Bukan hanya anak perempuan, anak laki-lakipun harus ambil bagian

Transportasi Umum Dinilai Paling Tidak Aman untuk Perempuan dan AnakANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Keamanan dan kenyamanan kota dapat tercipta dengan kerja sama berbagai pihak, salah satunya adalah peran serta anak laki-laki untuk menciptakan kota yang aman bagi anak perempuan dan perempuan.

Menurut Lily hal itu dapat tercipta dengan penyadaran kesetaraan gender melalui diskusi atau pelatihan. Proses penyampaian dan transformasi nilai juga dirasa penting, orang tua dapat menggunakan narasi yang sehat dengan anak laki-laki dan perempuan bagaimana mengajarkan perbedaan gender, bahwa yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah proses melahirkan, hamil dan datang bulan, sisanya semua gender adalah sama hak dan kewajibannya. 

Selain itu menurut Meyta Nurul Aini dari Youth Coalition for Girls, Peserta "Girls Take Over 2016, Sharing yang dilakukanpun dapat menciptakan awareness jika dilakukan dari dan untuk sesama millennials.

Diskusi ini merupakan rangkaian acara International Day of The Girl (IDG) yang tiap tahun jatuh pada 11 Oktober. Puncak perayaan IDG 2018 di Jakarta akan dilakukan di Stasiun Gambir pada Sabtu, 13 Oktober 2018.

Baca Juga: WCD 2018: Pentingnya Perencanaan Keluarga untuk Pemberdayaan Perempuan

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya