Jokowi Tolak Pembelian Helikopter AW101 Seharga 725 Miliar Rupiah

Berharap Indonesia mampu ciptakan helikopter sendiri

Beberapa waktu lalu, TNI AU berencana membeli sebuah helikopter yang dikhususkan untuk transportasi Presiden atau pejabat penting lainnya (very very important person). Namun, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengatakan bahwa TNI AU tidak akan merealisasikan rencana pembelian helikopter AgustaWestland AW101 buatan Italia – Inggris ini. Pembatalan rencana ini sebagai bentuk kepatuhan pada keputusan Presiden Joko Widodo yang berstatus sebagai panglima tertinggi TNI. 

Jokowi Tolak Pembelian Helikopter AW101 Seharga 725 Miliar RupiahSumber Gambar: kompas.com
Keputusan Jokowi membatalkan pembelian helikopter VVIP tersebut karena harga helikopter yang terlalu mahal. Hal ini dianggap pemborosan di saat situasi ekonomi yang masih belum stabil seperti sekarang. Selain itu, helikopter tersebut juga dianggap kurang cocok untuk transportasi. Menurutnya baik alokasikan untuk keperluan militer atau non-militer seperti operasi SAR.

Jokowi Tolak Pembelian Helikopter AW101 Seharga 725 Miliar RupiahSumber Gambar: kaskus.co.id
Sebelumnya ada Helikopter Super Puma yang dioperasikan skuadron tempur dan skuadron VVIP TNI AU menjadi kendaraan operasional presiden. Kendaraan ini digunakan Presiden jika akan berkunjung ke daerah-daerah yang memerlukan akses transportasi udara. Namun karena usianya yang sudah tua, TNI ingin menggantinya karena faktor keamanan.

Lalu, apakah ada alternatif pilihan helikopter lainnya? Apakah mungkin membangun helikopter dari dalam negeri dengan kemampuan yang mumpuni?

Jokowi Tolak Pembelian Helikopter AW101 Seharga 725 Miliar RupiahSumber Gambar: aktualita.com
Usut punya usut, ternyata Indonesia mampu membuat helikopter canggih. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang merupakan BUMN sekaligus satu – satunya industri pesawat terbang di Indonesia ternyata mampu membuat helikopter canggih sekaliber AW101. Industri yang berdiri sejak 1985 dengan nama awal pendiriannya IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) ini memang menjadi subkontraktor untuk industri pesawat terbang dunia. Sebut saja Airbus dari Eropa, Boeing dari AS hingga Fokker dari Belanda.

Jokowi Tolak Pembelian Helikopter AW101 Seharga 725 Miliar RupiahSumber Gambar: airheadsfly.com
Terkait dengan pembuatan helikopter VVIP, PTDI sebelumnya telah merakit sejumlah helikopter yang bernama Eurocapter EC725 Caracal. Helikopter ini dipesan TNI ke Airbus Helicopters yang bermarkas di Prancis dan barulah kemudian dirakit PTDI di Bandung. Tidak hanya merakit, beberapa bagiannya seperti badan dan ekor pesawat diproduksi secara mandiri oleh PTDI. 

Sama seperti helikopter AugustaWestland AW101, Eurocapter EC725 Caracal adalah helikopter tempur yang digunakan di Lebanon, Chad, hingga Afghanistan. Penggunaannya bisa secara fleksibel baik untuk keperluan sipil atau militer karena telah didukung oleh peralatan yang canggih pula. Jika untuk keperluan VVIP, hanya perlu menambahkan apa yang diperlukan seperti sofa dan peralatan penunjang lainnya.


Dari segi harga, keduanya juga lumayan berbeda jauh. Jika satu unit AW101 dihargai 55 juta dollar AS atau sekitar 752 miliar rupiah, helikopter EC725 dihargai 35 juta dollar AS atau sekitar 476 miliar rupiah. Tentu ini bisa menjadi pilihan yang baik karena selain menghemat sekitar 270 miliar rupiah, kita juga mendorong industri pesawat dalam negeri untuk terus berkembang. 

Jokowi Tolak Pembelian Helikopter AW101 Seharga 725 Miliar RupiahSumber Gambar: wikipedia.org
Tapi, itu semua memang tinggal bagaimana pemerintah yang memutuskan mana yang paling baik untuk industri penerbangan dalam negeri dan perhitungan lainnya. Saat ini kita juga sedang membangun kerja sama militer pembuatan pesawat tempur generasi empat dengan Korea Selatan. Diharapkan dalam 10 tahun kedepan, Indonesia dapat segera membangun armada militer yang kuat secara mandiri dan tidak bergantung kepada negara lain. Tidak dapat dipungkiri, negeri ini memiliki sumber daya, baik alam maupun manusia yang baik dan mumpuni. 

Jadi, sudah siapkah kamu untuk berkontribusi “menerbangkan” sayap – sayap garuda ke angkasa? 

Topik:

Berita Terkini Lainnya