Kisah Perjalanan Menembus Desa Terisolir Sukajaya Bogor Usai Longsor

Mendaki jalan berbukit berlumpur ditemani hujan angin

Bogor, IDN Times - Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dilanda banjir bandang dan tanah longsor pada 1 Januari lalu. Namun usai bencana melanda permukiman warga, desa yang berada di kawasan Taman Gunung Halimun Salak dan lebih dekat dengan Provinsi Banten ini justru terisolir. Sehingga bantuan tak bisa menembus desa ini.

Semua akses jalan beraspal menuju desa, baik dari Jasinga maupun Cigudeg, Bogor terputus akibat longsor. Hingga saat ini, pemerintah maupun relawan belum bisa memastikan secara penuh keadaan di desa tersebut, apakah ada korban jiwa atau rumah yang tertimbun tanah. Presiden Joko "Jokowi" Widodo pun batal meninjau lokasi ini, lantaran helikopter yang ditumpangi tak bisa menjangkau wilayah ini akibat cuaca buruk.

IDN Times mencoba menembus wilayah terisolir tersebut melalui satu-satunya akses yang dapat dilalui, yaitu Cipanas, Lebak, Banten. Berikut reportase perjalanan pada Selasa (7/1).

1. Melintasi empat kecamatan di Bogor

Kisah Perjalanan Menembus Desa Terisolir Sukajaya Bogor Usai LongsorIDN Times/Candra Irawan

Sekitar pukul 01.00 WIB, kami memulai perjalanan dari wilayah Tangerang Selatan, Banten. Rute yang kami pilih langsung menembus wilayah Kabupaten Bogor. Kami berjalan menembus wilayah yang kondisi jalannya tidak mudah dilalui di Kecamatan Rumpin. Beberapa kali kami harus berhenti, karena hujan deras menyebabkan jarak pandang terhalang.

Beberapa lama kemudian kami berjalan kembali menyusuri wilayah Parung Panjang, Bunar, Jasinga, kemudian sampai di wilayah Cipanas, Sajira, Lebak, Banten. Cipanas juga merupakan wilayah terparah disapu banjir bandang aliran sungai dari Halimun Salak.

2. Dari Lebak berjalan kaki sepanjang 7 kilometer dengan jalan berlumpur

Kisah Perjalanan Menembus Desa Terisolir Sukajaya Bogor Usai Longsor(IDN Times/Candra Irawan)

Sesampainya di perkampungan Rancabebek, Cipanas, Lebak, Banten, saat itu waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB. Kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke arah Desa Cileuksa yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari titik awal di Rancabebek. Kondisi jalan terus menanjak, dari semula jalan beraspal berganti menjadi jalan berbatu hingga berlumpur.

Dalam perjalanan itu kami berangkat bersama dengan beberapa relawan dari beberapa komunitas pecinta alam. Memasuki kilometer ketiga, hujan deras disertai angin kencang menemani perjalanan kami, yang sudah berbalut dingin dan lumpur di kaki.

Guyuran hujan membuat kondisi jalan berlumpur semakin memperparah kondisi jalan, yang tidak mudah dilalui. Tanjakan yang hampir berada di kemiringan 60 derajat, semakin menguras tenaga. Wal hasil, satu relawan kembali ke Rancabebek karena tak berani memaksakan perjalanannya.

Baca Juga: Cuaca Buruk, Helikopter Jokowi Batal Mendarat di Sukajaya Bogor

3. Cerita warga yang menyelamatkan diri dengan berjalan kaki selama 6 jam di perbukitan

Kisah Perjalanan Menembus Desa Terisolir Sukajaya Bogor Usai Longsor(IDN Times/Muhamad Iqbal)

Di tengah perjalanan menuju kampung Cihaur, Desa Cileuksa, kami mulai bertemu beberapa warga Cileuksa yang berusaha mencari pertolongan ke wilayah terdekat yang bisa dijangkau.

"Di atas (Cileuksa) kita mulai lapar, bantuan belum banyak yang masuk, kita makan nasi satu liter bertujuh dengan lauk mi tiga bungkus, sekali sehari," ucap seorang warga usai menyapa kami.

Sambil terus berjalan penuh kehati-hatian, pria berusia sekitar 50 tahun ini menyebut helikopter bantuan baru dua kali datang ke desanya. Sedangkan warga di desanya berjumlah ribuan.

Tak lama berselang kami mendaki di jalan berlumpur, kami berpapasan dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Cileuksa Ustad Agus, yang berjalan terhuyung bersama istrinya yang dipapah anak-anaknya.

Agus mengaku sudah berjalan kaki selama empat jam, sebelum berpapasan dengan kami. Dia akan mengevakuasi keluarganya, khususnya istrinya yang sedang sakit di kakinya.

"Kita dari Cileuksa desa, mau ini, istri sakit, mau ke Tangerang dulu evakuasi ke rumah saudara, kita jalan udah empat jam, kira-kira dua jam lagi sampai," ucap dia.

4. Belum ada bantuan dan petugas yang berada di Desa Cileuksa

Kisah Perjalanan Menembus Desa Terisolir Sukajaya Bogor Usai Longsor(IDN Times/Muhamad Iqbal)

Usai beristirahat sambil berbincang dengan ketua MUI Cileuksa beserta keluarganya, kami melanjutkan perjalanan. Tiba di salah satu bukit tak jauh dari lokasi tujuan, kami belum melihat satu pun petugas baik dari kepolisian, SAR, atau pun TNI yang berusaha menembus desa terisolir itu.

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam, kami akhirnya tiba di Desa Cileuksa. Tak ada satu pun petugas yang terlihat. Yang ada hanyalah pos jaga yang dibuat warga, untuk kewaspadaan jika bencana melanda kembali.

Ketua RW dan RT setempat menyambut baik kedatangan kami. Kampung tersebut dihuni 150 KK dengan jumlah rumah sekitar 130. Ada 10 rumah dan satu bangunan sekolah yang sudah tak bisa dihuni, akibat longsor dan berada di lokasi rawan longsor. Untuk sementara warga terdampak longsor tinggal di rumah tetangga.

Salah satu ketua RT bernama Agus yang mendampingi kami berkeliling kampung mengungkapkan, bantuan pangan baru datang 4 Januari lalu. Itu pun dengan cara diambil dengan berjalan kaki selama tiga jam. Bantuan itu kini hampir habis. Yang tersisa hanyalah bantuan pakaian bekas yang sebenarnya tak mereka butuhkan.

"Sabtu ada bantuan pakai makan, tapi sekarang mah baju mulu, kami gak butuh baju kok, yang penting kami perlu makan buat bertahan," ucap Agus.

5. Warga memilih mati karena bencana dari pada mati kelaparan

Kisah Perjalanan Menembus Desa Terisolir Sukajaya Bogor Usai Longsor(IDN Times/Muhamad Iqbal)

Setelah berkeliling selama dua jam lebih dan berbincang dengan beberapa warga, kami mengetahui ternyata di desa ini tak ada jaringan telepon seluler.

Sejak bukit longsor memutus akses jalan beraspal dan listrik di desa ini, belum ada satu pun petugas SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), atau aparat lain yang berusaha melihat langsung kondisi mereka.

Semua aparat dari Pemerintah Kabupaten Bogor hanya berhenti di Desa Cigudeg atau yang terdekat Cipanas, Lebak. Termasuk semua bantuan yang kini terlihat menumpuk di posko-posko di Cipanas.

Padahal tujuh kilometer dari lokasi tersebut, ada ribuan warga Cileuksa yang mulai kelaparan dan bertahan hidup dengan makan singkong dan pisang sisa hasil kebun mereka, yang kini lenyap disapu banjir dan longsor.

Seorang warga Cileuksa yang terpaksa mengungsi bahkan sampai mengatakan, "Kita lebih baik mati karena bencana, dari pada mati kelaparan."

Sampai di kampung ini, kami belum memutuskan, apakah akan melanjutkan perjalanan menuju kampung-kampung terisolir lainnya di Desa Cileuksa, mengingat hingga kini hujan disertai angin terus menyapa kami.

Baca Juga: [FOTO] Sulitnya Menembus Desa Sukajaya, Terisolir Sejak 1 Januari

Topik:

  • Rochmanudin
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya