Tradisi Panen Beluluk di Jambi Tulo untuk Sambut Ramadan

Pohon enau kaya manfaat tapi keberadaanya terancam, lho!

Jambi, IDN Times - Menyambut bulan suci Ramadan, warga Jambi Tulo beramai-ramai mengambil buah beluluk di batang pohon enau di sekitar rumah mereka. Seperti yang dilakukan Kengkeng (47 tahun) warga Desa Jambi Tulo, memilih beluluk yang tepat untuk dijadikan kolang-kaling salah satu keahliannya.

"Jika buahnya terlalu tua, nanti hasil kolang-kaling juga jadi keras," kata Kengkeng, Kamis (23/4).

Setiap Ramadan tiba, Kengkeng selalu melakukan tradisi ini bersama warga lainnya. Kengkeng salah satu pengolah buah beluluk atau kolang-kaling yang kini masih bertahan di Desa Jambi Tulo, Kecamata Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.

Tradisi panen beluluk ini mengutamakan kerja sama.

"Pengrajin yang memanen beluluk harus tahu mana buah yang sudah memenuhi syarat untuk diambil," kata Adi, warga Desa Jambi Tulo.

1. Berbagi peran mengolah kolang-kaling

Tradisi Panen Beluluk di Jambi Tulo untuk Sambut RamadanProses memasak buah beluluk menjadi kolang-kaling/IDN Times/Dokumentasi Adi Jambi Tulo

Adi menjelaskan, dalam tradisi panen beluluk setiap orang memiliki peran berbeda. Khusus orang yang bagian memanjat dan memanen harus dilakukan oleh orang yang sudah ahli.

Tandan beluluk yang telah diturunkan dari batang enau, kemudian dipreteli. Kemudian buah beluluk direbus dalam kuali besar menggunakan tungku api selama dua jam.

"Biasanya pada proses perebusan ini dilakukan oleh ibu-ibu," kata Adi.

Setelah direbus, dilanjutkan pengupasan.

"Pengupasan ini dilakukan oleh anak-anak. Sehingga di dalam rumah tangga kebagian semua prosesnya," kata Adi.

Saat sudah menjadi kolang-kaling atau makanan berbentuk lonjong dan berwana putih transparan itu, kemudian direndam. Kolang-kaling siap dijadikan untuk dalam berbagai bentuk olahan makanan bulan Ramadan.

Baca Juga: Mengenal Sesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba di Jambi

2. Kegembiraan di awal Ramadan

Tradisi Panen Beluluk di Jambi Tulo untuk Sambut RamadanBuah beluluk baru dipanen di Desa Jambi Tulo/IDN Times/Dokumentasi Adi Jambi Tulo

Adi menyampaikan, panen beluluk menjadi kegembiraan warga Jambi Tulo. Bukan tanpa alasan, penghasilan mereka akan bertambah dengan penjualan buah beluluk di bulan Ramadan.

Saat ini di Desa Jambi Tulo terdapat ratusan pohon enau.

"Ketika menyambut bulan puasa kami gembira, beluluk bisa jadi pendapatan ekonomi keluarga, terutama pengrajinnya. Harapannya semakin banyak masyarakat yang kembali menanam pohon enau," kata Adi.

Dijelaskannya, dalam satu batang enau menghasilkan jumlah bervariasi. Dalam satu batang bisa menghasilkan tiga tandan. Satu tandan buah beluluk biasanya mencapai sekitar 50 kilogram.

Setelah diolah menjadi kolang-kaling, biasanya tak jarang masyarakat atau pengepul yang datang membelinya langsung dari pengrajinnya. Kolang-kaling itu pun menjadi buruan masyarakat, bahkan sampai menembus pasar di perkotaan.

"Kalau ada yang beli biasanya datang sendiri dan pesan langsung, satu kilo itu harganya Rp10 ribu," katanya.

3. Pohon enau memberikan banyak manfaat

Tradisi Panen Beluluk di Jambi Tulo untuk Sambut RamadanIbu-ibu di Desa Jambi Tulo mengupas buah beluluk sebelum dijadikan kolang-kaling/IDN Times/Dokumentasi Adi Jambi Tulo

Adi mengatakan, pohon enau memberikan banyak manfaat. Dari ujung pohon sampai akar, bisa dimanfaatkan menjadi produk turunan yang beragam. Buahnya bisa jadi kolang-kaling, air nira yang dihasilkan bisa dijadikan minuman fermentasi dan juga gula merah.

Tak hanya itu, lidi pohon enau bisa dijadikan piring dan ijuknya bisa digunakan untuk atap. Pemanfaatan pohon enau sudah dilakukan nenek moyang masyarakat di Desa Jambi Tulo.

"Pohon aren tidak sekadar menghasilkan kolang-kaling, tapi semua dari pohon itu bisa dimanfaatkan. Batangnya dari jaman nenek moyang di sini bisa dimanfaatkan untuk makan ternak," katanya.

4. Pohon yang dilindungi leluhur semakin langka

Tradisi Panen Beluluk di Jambi Tulo untuk Sambut RamadanIbu-ibu di Desa Jambi Tulo memilih buah beluluk untuk dijadikan kolang-kaling/IDN Times/Dokumentasi Adi Jambi Tulo

Namun di tengah beragam manfaat itu, pohon enau masih dipandang sebelah mata terutama sejak masuknya industri kelapa sawit. Keberadaan pohon enau di Muaro Jambi semakin langka. Keberadaan pohon enau kini hanya tersisa sekitar seratusan batang.

Menurut Adi, perhatian pemerintah daerah terhadap pengrajin pohon enau saat ini baru sebatas semboyan dan selogan. Pelestarian pohon enau sangat diperlukan intervensi pemerintah, karena ini akan memberikan dampak perekonomian bagi masyarakat.

"Pohon enau perlu dilestarikan lagi. Pohon ini sudah dari zaman dulu yang dilindungi leluhur karena banyak memberikan manfaat," jelas Adi.

Baca Juga: Diserbu Pandemik COVID 19, Ekspor Ikan dari Jambi Justru Meningkat!

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya