AH Nasution: Satu-Satunya Jenderal yang Selamat dari Tragedi G30S/PKI

Ada tiga sosok penting dalam kisah AH Nasution

Jakarta, IDN Times - Malam pergantian waktu 30 September 1965 dan 1 Oktober 1965 menjadi kisah sejarah kelam Bangsa Indonesia. Gerakan 30 September atau yang dikenal dengan peristiwa G30S/PKI diperingati pada yang ke-55 hari ini, Rabu (30/9/2020).

Tujuh jenderal TNI Angkatan Darat diculik hingga mengalami penyiksaan dalam peristiwa tersebut. Ketujuh jenderal tersebut adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Mayjen D I Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Pierre Tendean.

Namun ada satu jenderal yang sebenarnya menjadi sasaran, namun dia berhasil selamat. Beliau adalah Abdul Haris Nasution atau yang biasa dikenal dengan AH Nasution.

Baca Juga: Fakta-Fakta Kontroversial Film G30S/PKI hingga Berhenti Ditayangkan

1. Salah satu penyelamat Jenderal AH Nasution adalah istrinya

AH Nasution: Satu-Satunya Jenderal yang Selamat dari Tragedi G30S/PKI(Dok. IDN Times/Istimewa)

Istri Jenderal AH Nasution, Johanna Sunarti, terbilang berjasa besar dalam penyelamatan suaminya dari penculikan yang dilakukan pasukan Cakrabirawa pada G30S/PKI.

Berdasarkan cerita putri sulung AH Nasution, Hendrianti Sahara Nasution, sosok Johanna disebut sudah memiliki feeling akan datangnya peristiwa kelam tersebut.

"Karena situasi politik saat itu," kata Hendrianti, menyampaikan alasan ibundanya sempat punya perasaan AH Nasution akan dibunuh, seperti dalam tayangan di kanal YouTube Talk Show tvOne yang diunggah pada 30 September 2019.

Johanna disebut Hendrianti menutup dan menahan pintu kamar, ketikan pasukan Cakrabirawa menyerang kediaman mereka di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Meski pasukan terus menyerang dengan tembakan, Johanna bertahan berupaya menutup pintu kamar dan menahannya, agar suaminya, AH Nasution, punya waktu untuk melarikan diri.

"Mereka (pasukan Cakrabirawa) menembak terus, ditahan oleh ibu," kenang Hendiranti. "Dan itu bahwa ibu selamat sudah alhamdullilah bahwa ibu bisa selamat," lanjut dia.

AH Nasution kemudian berhasil melarikan diri dengan melompati tembok rumahnya.

2. Kisah heroik ajudan AH Nasution, Pierre Tendean yang mengorbankan diri

AH Nasution: Satu-Satunya Jenderal yang Selamat dari Tragedi G30S/PKISosok Pierre Tendean (Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, h. 44/Jakarta Citra Lamtoro Gung Persada, 1986)

Satu lagi sosok yang berjasa besar atas keselamatan AH Nasution, tak lain tak bukan adalah ajudannya sendiri, Pierre Tendean.

Dalam ceritanya, Hendrianti mengaku membangunkan Pierre Tendean karena mendengar suara tembakan yang semula dikiranya sebagai suara ledakan. Menghadapi pasukan Cakrabirawa, Pierre Tendean mengambil aksi heroik untuk menyelamatkan atasannya.

Menghadapi pasukan tanpa seragam militer, Pierre Tendean kala itu mengaku sebagai AH Nasution. Pierre akhirnya gugur di lokasi dan tubuhnya dibawa ke Lubang Buaya, bersama dengan jenderal lainnya. Pierre juga kini dikenang sebagai Pahlawan Revolusi.

"Orangnya baik sekali dan orang yang disiplin sekali. Orangnya patriotik," kata Hendrianti mengenang sosok Pierre yang dikenalnya sejak masih kecil. "Kita harus betul-betul menghormati dia (Pierre). Karena dia mau membela ayah sampai dia yang menghadapi," lanjut Hendrianti.

3. Harga mahal yang harus dibayar AH Nasution lolos dari penculikkan

AH Nasution: Satu-Satunya Jenderal yang Selamat dari Tragedi G30S/PKISersan Darono memperagakan cara menembak Pierre Tendean dari belakang dalam Sidang Mahmilub (Februari 1987) (Buku "Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean/Abie Besman, 2019)

Ada harga mahal yang seolah harus dibayar AH Nasution atas keselamatannya dari penculikan oleh pasukan Cakrabirawa, yaitu nyawa putri bungsunya, Ade Irma Nasution.

Ketika sang bunda menahan pintu agar pasukan tak bisa masuk ke kamar, menurut Hendrianti, Johanna meminta adik AH Nasution menggendong dan mengamankan putri bungsunya, Ade Irma yang saat itu berada bersama mereka.

"Adeknya bapak itu bawa adek saya lewat pintu ini. Ditembak dengan jarak satu meter," kata Hendrianti. Ketika AH Nasution berhasil melompati tembok, Ade Irma kembali ke pelukan sang bunda dengan bersimbah darah.

Sembari terus menggendong putri bungsunya yang bersimbah darah, Johanna menghadapi langsung pasukan Cakrabirawa. "Pak Nasution sudah dua hari tidak di rumah," kata Hendrianti, mengulangi ucapan sang ibu kepada pasukan.

Ade Irma sempat bertahan selama beberapa hari sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit.

Baca Juga: Kisah Asmara Pahlawan Revolusi Pierre Tendean yang Berakhir Tragis

Topik:

  • Rochmanudin
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya