Analogi Film Transformer ala Dandhy Dwi Laksono untuk Kasus Papua

Cocok gak menurut kamu?

Jakarta, IDN Times - Pendiri WatchDoc Documentary Maker, Dandhy Dwi Laksono, menggunakan film Transformer sebagai analogi persoalan Papua. Hal ini disampaikan Dandhy dalam debat yang berlangsung antara dirinya dan politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko.

Mengusung tema #DebatKeren Nasionalism and Separatism, debat antara Budiman dan Dandhy berlangsung di Auditorium Visinema Campus, Cilandak Timur, Jakarta Selatan hari ini (21/9).

1. Analogi transformer ala Dandhy Dwi Laksono

Analogi Film Transformer ala Dandhy Dwi Laksono untuk Kasus Papuapluggedin.com

Menggunakan analogi film diberikan Dandhy karena debat diadakan di Visinema Kampus, tempat di mana menurut Dandhy, film-film hebat dibuat.

Dandhy memberikan analogi bagaimana planet Bumi yang kita tinggali dari berbagai ras ini, tiba-tiba kedatangan dua tamu. Satu Decepticon, satu lagi Autobot, seperti pada film Transformer.

Kemudian, Autobot mengatakan bahwa Bumi ini tempat mereka untuk bersembunyi dari kejaran Decepticon. Sedangkan Decepticon mengatakan Bumi tempat musuh mereka bersembunyi, sehingga harus dikejar.

"Tiba-tiba kita yang ras manusia ini terbengong-bengong. Ini apa ini dua barang ini yang bukan dari jenis kita?," kata Dandhy.

Tiba-tiba, Decepticon dan Autobot membicarakan tentang sebuah wilayah teritori yang ada orangnya yakni manusia, lalu mereka berebut kuasa di situ. Bahkan ada yang mengekstrak sumber dayanya. Ada yang menjadikan kepentingan benteng pertahanan, ada yang bicara tentang sumber daya alam.

"Setiap saya nonton Transformer, mudah bagi saya untuk berusaha menjadi seperti orang Papua," kata Dandhy.

Ia menggambarkan bagaimana penduduk Papua yang semula tinggal dengan kehidupan alaminya di tanahnya sendiri, kemudian tiba-tiba mengetahui di Manokwari berdiri sebuah benteng.

Juga mengetahui ada orang yang datang, mengontrol jalur pelayaran, perdagangan rempah di sana. Atau sebelumnya, saat Kerajaan Tidore mengklaim beberapa wilayah Papua adalah wilayahnya.

"Tiba-tiba mereka dengar dari jauh ada sebuah negara baru merdeka. Dan mereka ingin daerahnya adalah bagian dari negara itu," kata Dandhy.

"Sama dengan kita terheran-heran Decepticon mengaku bahwa Bumi ini bagian dari benteng pertahanannya atau Autobot yang mengaku bahwa Bumi ini bagian dari century bagi mereka," lanjut dia.

Baca Juga: Ini Alasan Kuasa Hukum 6 Aktivis Papua Laporkan Polda ke Kompolnas

2. Sama seperti Indonesia kala jadi bahan jarahan Portugis dan Belanda

Analogi Film Transformer ala Dandhy Dwi Laksono untuk Kasus PapuaIDN Times/Margith Juita Damanik

Menurut Dandhy, adalah perkara mudah untuk berpikir atau berusaha berempati menjadi Papua. Selain analogi fiksi dari film Transformer, menurutnya, bisa juga ditengok dari situasi Indonesia ketika menjadi bahan jarahan antara Portugis dan Belanda.

"Kenapa harus tiba-tiba ada Portugis? Kenapa tiba-tiba ada Belanda," kata dia. Hal ini menurut Dandhy menjadi hal paling mendasar dari persoalan besar cara kita memandang Papua.

3. Referendum jadi salah satu solusi

Analogi Film Transformer ala Dandhy Dwi Laksono untuk Kasus PapuaIDN Times/Margith Juita Damanik

"Referendum adalah solusi? Ya. Salah satu solusi maksudnya," kata Dandhy. "Tapi variannya atau spektrumnya akan berbeda," lanjut dia.

Menurut Dandhy, ketika tiba-tiba ada sebuah perdebatan yang menarik tentang apakah spektrum-spektrumnya referendum Papua, hal itu yang justru harus dibuka.

"Konsep separatisme jelas sudah bias. Karena bagi Papua, ini dekolonialisme yang belum selesai," kata Dandhy.

Baca Juga: Budiman Sudjatmiko: Saya Menolak NKRI Harga Mati!

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya