#BFA2018 : Cerita 5 Millennials Kece yang Jadi Community Writers IDN Times

Ada 59 ribu community writer IDN yang terdaftar

Jakarta, IDN Times - Gathering perdana IDN Community Writers Jakarta dilaksanakan Sabtu (17/3). Acara ini dilaksanakan di lantai 13 Ciputra Artpreneur, Jakarta. Acara ini dilakukan di tengah ajang BeautyFest Asia 2018 by Popbela.com.

Dalam gathering ini para Community Writer berkesempatan untuk sharing dengan sesama community writer. Selain itu, mereka juga dapat bertemu dan berkenalan dengan pihak-pihak di balik layar IDN Times seperti Ernia Karina, Community Manager; Uni Lubis, Editor In Chief IDN Times; dan Winston Utomo, CEO IDN Media.

"Terus menulis ya," kata Winston memberi pesan kepada community writer yang masih millennials. Sejauh ini terdapat 59 ribu community writer. Target dari IDN Times sendiri kelak akan ada community writer dari IDN Times yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

1. Tri Nurismi bergabung dalam community writer sejak awal dibentuk

#BFA2018 : Cerita 5 Millennials Kece yang Jadi Community Writers IDN TimesIDN Times/Margith Damanik

Gadis bertubuh mungil asal kota hujan, Bogor ini, bergabung dalam community writer sejak akhir tahun 2016. Ia mengaku langsung bergabung dengan community writer begitu mengetahui informasi program ini diadakan oleh IDN Times.

Ketertarikan Ismi, begitu ia biasa dipanggil, pada IDN Times ternyata sudah sejak lama. "Tertarik baca IDN Times dari awal 2016 sudah ngikutin. Jadi pengen banget daftar Community Writer," katanya.

"Aku suka nulis dari lama," kata gadis dengan latar belakang management bisnis ini. Ismi ingat betul artikel pertamanya yang dipublikasikan oleh IDN Times adalah mengenai pasangan drama Filipina yang ia ikuti perkembangan dan beritanya.

"Gak pernah nyesel kok," kata Ismi saat ditanya apakah ia pernah menyesal menjadi bagian dari IDN Community Writer. "Itu (menulis) salah satu refresh time nya aku," katanya. Ismi juga mengapresiasi IDN Times karena merasa berita IDN Times semakin beragam dan pembacanya semakin banyak. "Community juga semakin banyak program dan bonusnya," tambahnya.

2. Kevin Sulivan mahasiswa Sistem Informasi yang suka menulis

#BFA2018 : Cerita 5 Millennials Kece yang Jadi Community Writers IDN TimesIDN Times/Margith Damanik

Kevin berasal dari Tangerang dan sudah bergabung dalam IDN Times community writer sejak April 2017. Kevin mengaku bergabung dalam IDN Times community writer karena merasa tertarik dengan artikel yang ada di IDN Times.

"Artikelnya menarik," kata mahasiswa berusia 20 tahun ini singkat. Kevin sendiri merupakan mahasiswa jurusan Sistem Informasi dari Universitas Multimedia Nusantara. "Karena dapat duit," kata Kevin terus terang mengenai alasannya bergabung dalam community writer.

Artikel perdana Kevin yang dipublikasikan adalah mengenai annonymus. "Karena memang suka annonymus dan banyak media yang belum membahas mengenai itu," kata Kevin. Melalui artikel itu Kevin dapat menyentuh 13 ribu pageview yang membawa peringkatnya di IDN Times community writer melonjak naik.

Kevin berharap IDN Times konsisten memberikan kebebasan kepada community writer nya mengenai topik apa yang akan ditulis. "Point-nya diperbanyak aja," katanya lagi.

3. Gagal lagi, coba lagi, sampai akhirnya artikelnya kini berjumlah 100an

#BFA2018 : Cerita 5 Millennials Kece yang Jadi Community Writers IDN TimesIDN Times/Margith Damanik

Nona Manado berusia 24 tahun, Maria Christy awalnya tidak terlalu tertarik untuk bergabung. Namun setelah membaca artikel-artikel IDN Times, Maria justru tertarik dan memutuskan berganung dengan community writernya.

Artikel pertama Maria yang dipublikasikan IDN Times adalah terkait dengan karakter introvert. Eits, tentu saja itu bukan artikel pertama yang diserahkan Maria kepada IDN Times. Meski beberapa kali ditolak, Maria terus mencoba dan pantang menyerah.

"Seneng aja gitu kalau tulisan gue di-publish," kata Maria yang merasa terapresiasi karena karyanya dipublikasikan. Maria bergabung dengan community writer sejak November 2017 dan hingga saat ini sudah berhasil dipublikasikan beritanya sejumlah 100 artikel.

Maria tidak merasa menyesal bergabung dengan community writer IDN Times. Kini ia memberi target untuk diri sendiri. "Aku nargetin at least sebulan harus bisa publish paling gak 25 artikel," kata Maria.

4. Karena suka menulis, Agung terjun menjadi community writer

#BFA2018 : Cerita 5 Millennials Kece yang Jadi Community Writers IDN TimesIDN Times/Margith Damanik

Agung Destian Putra, mahasiswa semester empat Fakultas Information Computer and Technology Universitas Multimedia Nusantara ini bergabung menjadi community writer sejak pertengahan tahun 2017. Pria asal Jakarta ini mengaku senang dan tidak menyesal bergabung dengan IDN Times community writer.

"Karena kebebasan tema. Sesuai dengan yang kita mau. Kalau (media) yang lain ditentukan," kata pria berusia 19 tahun ini memberikan alasan mengapa memilih IDN Times community writer di tengah banyaknya community writer dari media yang lain.

Artikel pertama Agung yang dipublikasikan adalah terkait traveling dan mengangkat Kota Tua sebagai objeknya. "Gak nyangka juga bisa dipublikasi di media. Karena kirain kan kalau mau dipublikasikan media pakai prosedur yang ribet, tapi di IDN Times tidak," katanya.

"Karena emang suka nulis. Kalau nulis enjoy, gaka ada paksaan dan tekanan," kata Agung. Selain itu Agung juga merasa tidak menyesali keputusannya untuk bergabung dalam IDN Times community writer.

5. Keisengan Irma berbuah penghasilan

#BFA2018 : Cerita 5 Millennials Kece yang Jadi Community Writers IDN TimesIDN Times/Margith Damanik

Irma Wulandriani Sigaringging, millennials asal Jakarta yang berusia 28 tahun ini juga merupakan salah satu penulis dalam IDN Times community writer. Irma mengaku menjalankan kegiatan menulisnya berawal dari rasa bosan yang dialami.

Bagi Irma awalnya ia menulis hanya untuk mengisi waktu sepulang berkuliah. "Pertamanya hobby. Setelah pulang kuliah, bingung mau ngapain. Maunya yang bisa dapet duit juga biar ga nyusahin orang tua," kata Irma yang akhirnya memilihkan untuk menyalurkan hobbynya ke IDN community.

Irma berbagunh dalam community writer sejak Januari 2017. Ia ingat artikel pertamanya yang dipublikasikan oleh IDN Times adalah mengenao karakteristik seseorang dari cara menyetir. Nah, siapa yang pernah baca?

Irma kini paham bahwa millennials punya kecenderungan untuk hanya membaca apa yang dekat dengannya. "Dari nulis bisa melatih konsentrasi dan kesabaran," katanya yang tidak menyesal bergabung dengan IDN Times community writer. "Gak nyesel sama sekali karena bisa ketemu temen baru," katanya. #BeautyFestAsia2018 #BFA2018 #DiversityisBeautiful

Topik:

Berita Terkini Lainnya