Cerita dari Redaksi Media: Perempuan, Lingkungan, dan Pemberitaan

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Jakarta, IDN Times - Memperingati Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengadakan diskusi dengan tema "Perempuan di Ruang Redaksi: Dampak ke Pemberitaan dan Lingkungan Kerja". Diskusi diadakan secara daring dan disiarkan lewat kanal YouTube Aji Indonesia, hari ini, Kamis (3/12/2020).

AJI mengundang Luviana (Konde.co), Revolusi Riza (CNN) dan Uni Lubis (IDN Times) sebagai pembicara dalam diskusi tersebut.

Sejumlah fakta dan cerita diutarakan dalam diskusi tersebut. Termasuk soal pentingnya keberadaan jurnalis perempuan di redaksi.

1. Upaya pemred perempuan untuk beri perhatian lebih pada isu perempuan

Cerita dari Redaksi Media: Perempuan, Lingkungan, dan PemberitaanUni Lubis Diskusi AJI Indonesia "Perempuan di Ruang Redaksi: Dampak ke Pemberitaan dan Lingkungan Kerja" (YouTube/AJI Indonesia)

Uni Lubis masuk dalam jajaran pimpinan media sejak Desember 1996. Kala itu dia pertama kali menjadi Wakil Pemimpin Umum di Majalah Panji.

Memiliki jabatan yang membuatnya bisa mengatur redaksi, Uni Lubis mencoba untuk membuat redaksi yang dipimpinnya menaruh perhatian lebih pada isu perempuan.

"Memang dalam posisi saya untuk lebih mudah menerapkan semacam proteksi lebih kepada jurnalis perempuan," ujar Uni Lubis.

Memposisikan diri sebagai pemimpin redaksi perempuan, Uni Lubis mengaku lebih mudah menerapkan aturan-aturan untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Ia juga mengatakan selalu berupaya untuk memastikan editorial policy di redaksi yang dipimpinnya memberi perhatian lebih pada isu perempuan, termasuk cara penulisan dan pemenuhan kode etik.

2. Kekerasan terhadap jurnalis perempuan, masih terjadi

Cerita dari Redaksi Media: Perempuan, Lingkungan, dan PemberitaanIDN Times

Forum Jurnalis Perempuan Indonesia menemukan, masih banyak jurnalis perempuan yang menjadi korban. Pada 2019, FJPI bekerja sama dengan South East ASia Press Alliance (SEAPA) membuat survei dengan melibatkan 105 Jurnalis Perempuan. Survei tersebut melihat bagaimana pengalaman jurnalis perempuan mengalami kekerasan seksual baik di ruang redaksi, pun dalam lingkungan kerja.

"Dan kasus-kasusnya, testimoninya itu masih sangat signifikan yang dialami oleh teman-teman," ujar Uni.

Pengalaman buruk ini ternyata tidak hanya terjadi di newsroom dari atasan atau teman, tapi juga dari narasumber.

"Terutama teman-teman yang di daerah, di hotspot area, masih mengalami seperti itu," beber perempuan berusia 53 tahun itu.

 

Baca Juga: Survei UNESCO: 73 Persen Jurnalis Perempuan Alami Kekerasan Online

3. Jurnalis, termasuk jurnalis perempuan, adalah pejuang HAM, lalu hak mereka?

Cerita dari Redaksi Media: Perempuan, Lingkungan, dan PemberitaanLuviana dalam Diskusi AJI Indonesia "Perempuan di Ruang Redaksi: Dampak ke Pemberitaan dan Lingkungan Kerja" (Youtube.com/AJI Indonesia)

Luviana dari Konde.co menyebut jurnalis perempuan sebagai women human right defender, lantaran tiap hari jurnalis disebut memikirkan orang lain.

"Jurnalis secara umum, dia adalah pembela HAM, yang tiap hari menuliskan isu-isu baru, informasi dan pengetahuan baru, bertemu banyak orang baru, tetapi masih ketemu problem normatif di ruang redaksinya," ujar Luvi.

Luviana menyinggung catatan AJI yang menunjukkan jumlah jurnalis perempuan di Indonesia hanya sepertiga dari jumlah jurnalis laki-laki, atau kisaran 15-20 persen.

Hal ini dianggap Luviana sedikit banyak berpengaruh pada dampak pemberitaan ke lingkungan kerja.

"Tidak ada kepastian hukum untuk perempuan di media," ujar Luviana menyampaikan kritiknya. "Ada P3SPS namun sensionalisme dan stereotype pada perempuan terus terjadi," sebut Luviana lagi.

4. Pentingnya sosok perempuan di dalam redaksi pemberitaan

Cerita dari Redaksi Media: Perempuan, Lingkungan, dan PemberitaanRevolusi Riza dalam Diskusi AJI Indonesia "Perempuan di Ruang Redaksi: Dampak ke Pemberitaan dan Lingkungan Kerja" (Youtube.com/AJI Indonesia)

Revolusi Riza, Newsgathering Head CNN bercerita soal pengalamannya bekerja di bawah pimpinan sosok perempuan hebat.

Keberadaan perempuan di ruang redaksi, menurut Revo sangat membantu dalam beberapa pemberitaan dan pola pemberitaan.

"Menghindari yang seksis, karena kita sering kali terjebak dalam pemberitaan yang seksis kan?" ujar Revo dalam kesempatan yang sama.

Keberadaan para perempuan juga menentukan bagaimana redaski CNN bersikap kepada perempuan.

Kebijakan perusahaan pun menurut Revo terpengaruh dengan mayoritas pimpinan perempuan yang ada. Salah satu contohnya pemberlakuan cuti haid bagi karyawan perempuan.

Baca Juga: Polisi Aniaya Jurnalis Perempuan Palu saat Meliput Demo UU Cipta Kerja

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya