Cerita Tulang Punggung Keluarga Jadi Korban PHK Dampak Virus Corona
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan kepada karyawannya marak terjadi di tengah pandemik virus corona atau COVID-19. Seperti dialami seorang karyawan bernama Tika Dwiyani.
Sempat bekerja selama lebih kurang empat bulan sebagai kasir di sebuah restoran di Jakarta Timur. Perempuan berusia 25 tahun ini kena PHK dari tempatnya bekerja di gelombang kedua pemberlakuan PHK di tempatnya bekerja.
Melalui akun Twitternya, @tikadwiy, Tika bercerita menjadi korban PHK di tengah pandemik virus corona.
1. Tika kena PHK pada gelombang kedua
Di perusahaan tempat Tika bekerja ada dua kali gelombang PHK, yang dimulai sejak Februari.
“Mengalami PHK itu bertahap, pertama pas dampak COVID-19 datang itu Februari atau Maret. Itu sudah ada yang di-PHK, enam orang. Satu orang per departemen,” kata Tika bercerita kepada IDN Times saat dihubungi, Kamis (30/4).
Karena perpanjangan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, perusahaan tempat Tika bekerja masuk gelombang kedua PHK.
“Awal kena PHK di departemen kasir itu teman saya, dia lagi hamil. Kemudian saya. Karena masih baru join,” cerita Tika. Sebelumnya, Tika sempat bekerja selama lebih kurang empat tahun di salah satu pusat perbelanjaan.
2. Tika hanya dapat 20 persen gaji dan bingung mencari pekerjaan baru
Sebelum kena PHK, Tika masih mendapat gaji hingga Maret, tapi tidak 100 persen. Hingga akhirnya restoran tempat ia bekerja tutup, lantaran aturan PSBB hingga April. Kala itu, menurut semua karyawan dirumahkan.
“Selama April semua karyawan digaji hanya 20 persen. Termasuk, MOD juga sama. Kemudian 21 April, saya kena PHK ke-2,” kata Tika, yang belum menjadi karyawan tetap itu.
Editor’s picks
“Sedih dan bingung. Mau nangis gak bisa soalnya saya tahu, ada yang lebih parah kondisinya dari saya. Jadi saya pasrah aja. Mau cari kerja juga saya tahu kondisi semua perusahaan lagi pada anjlok,” imbuh dia.
3. Tika menjadi tulang punggung keluarganya
Tika merupakan anak tunggal di keluarganya, sehingga menjadi tulang punggung keluarganya. Ibunya bekerja sebagai pembantu sekolah TK, sedang ayahnya tak lagi bekerja.
Tika juga belum menyelesaikan kuliahnya yang kini baru memasuki semester kedua. Dia juga memiliki tanggungan untuk membayar cicilan rumah BTN, sebagai tabungan masa depannya yang harus dilunasi selama 15 tahun.
“Saya juga menanggung kebutuhan orang tua saya. Kebetulan saya anak tunggal, jadi semuanya saya yang urusin. Dari bayar listrik, air, dan kebutuhan makan sehari hari saya dan orangtua saya,” cerita dia.
4. Sempat mencoba mendaftar Kartu Pra-Kerja
Sama seperti banyak korban PHK lainnya, Tika pun mencoba peruntungan mendaftarkan diri mengikuti program Kartu Pra-Kerja dari pemerintah. Program ini menurut Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga akan diprioritaskan bagi korban PHK.
Namun, nasib berkata lain. “Cuma sepertinya ada masalah di verifikasi datanya. Pas saya mau verifikasi email gak bisa. Mungkin sudah penuh,” kata dia.
5. Ramadan di rumah dan berharap pandemik cepat berlalu
Tak lagi bekerja, Tika pun fokus beribadah selama Ramadan tahun ini. “Tarawih dan ngaji dan berharap semua akan kembali normal dan saya bisa cari kerja lagi. Rencana saya cari kerja lagi, nanti setelah Lebaran," kata dia.
Tika hanya berharap dapat segera kembali bekerja. “Harus lebih kuat lagi untuk menghadapi cobaan di kehidupan sehari-hari,” tutup Tika.