Iman Brotoseno Tak Keberatan Disebut Buzzer Jokowi, Tapi Tak Dibayar

Dia menyebut buzzer dan influencer itu serupa

Jakarta, IDN Times - Buzzer menjadi perbincangan panas di tengah masyarakat saat ini. Terlebih ketika nama Presiden Republik Indonesia Joko "Jokowi" Widodo ikut terseret dalam isu tersebut.

Salah satu yang menjadi sorotan utama yakni isu soal buzzer dibayar. Seperti ramai diberitakan akhir-akhir ini, tak tanggung-tanggung bayaran untuk buzzer bisa mencapai puluhan juta. Sontak, isu ini pun langsung membuat mata publik tertuju kepada buzzer.  Seolah seluruh buzzer dipukul rata pasti menerima bayaran untuk setiap konten yang mereka luncurkan ke media sosial. 

Terkait hal ini, blogger senior yang juga film maker, Iman Brotoseno mengaku tidak keberatan disebut buzzer Jokowi. Tapi, Iman menegaskan, tidak semua buzzer dibayar oleh pihak tertentu. "Gak apa-apa sih, saya gak ada masalah dibilang buzzer," kata Iman.

Baca Juga: Blogger Iman Brotoseno Sebut Buzzer dan Influencer Serupa

1. Tidak semua buzzer dibayar

Iman Brotoseno Tak Keberatan Disebut Buzzer Jokowi, Tapi Tak DibayarDok.IDN Times/Istimewa

Iman menyayangkan persepsi orang-orang yang menganggap semua buzzer dibayar. Menurut dia, banyak yang mengartikan buzzer itu asal dibayar oleh seseorang untuk mengampanyekan sesuatu.

"Padahal gak semuanya gitu. Banyak orang yang memang mendukung tanpa pamrih, bahkan lebih militan," kata Iman saat dihubungi IDN Times, Minggu (6/10).

2. Buzzer dan influencer itu serupa

Iman Brotoseno Tak Keberatan Disebut Buzzer Jokowi, Tapi Tak DibayarIDN Times/Panji Galih Aksoro

Iman lantas menyinggung soal influencer. Menurut dia, buzzer dan influencer sebenarnya sama saja. Ada yang dibayar dan ada yang tidak. 

Hanya saja saat ini, kondisi politik yang panas selama Pemilihan Presiden 2019, membuat istilah buzzer seolah-olah memiliki konotasi negatif.

Selain soal bayaran, hal lain yang membuat istilah buzzer menjadi sorotan yakni dianggap kerap menyebarkan berita bohong atau hoaks.

3. Fenomena buzzer tidak hanya di Indonesia

Iman Brotoseno Tak Keberatan Disebut Buzzer Jokowi, Tapi Tak DibayarPresiden Amerika Serikat Donald Trump membentuk siluet saat menjadi pembicara pada reli 'Keep America Great' di Santa Ana Star Center di Rio Rancho, New Mexico, Amerika Serikat pada 16 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/ Tom Brenne

Iman beranggapan, fenomena buzzer tidak hanya ada di Indonesia namun juga di luar negeri. "Cuma mungkin untuk istilah buzzer politik di negara lain tidak ada, cuma di Indonesia, mungkin saya bisa mengatakan lebih dulu mungkin," kata Iman.

Namun Iman mengaku tak terlalu mengetahui seberapa besar huru-hara dan masalah yang timbul akibat adanya buzzer di negara-negara lain.

Tapi dia mencontohkan, pemilihan presiden di Rusia dan Amerika Serikat tidak lepas dari peran serta buzzer.

4. Istana bayar buzzer?

Iman Brotoseno Tak Keberatan Disebut Buzzer Jokowi, Tapi Tak DibayarIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Bagaimana soal buzzer Istana, benarkan Jokowi membayar sekelompok orang yang disebut buzzer?

"Saya rasa sih gak mungkin ya Istana membayar," kata Iman. "Mereka juga punya biro komunikasi sendiri, punya tim biro pers, segala macam. Buat apa bayar buzzer? Gak mungkinlah saya rasa," lanjut dia.

Namun, Iman tidak menutup kemungkinan jika beberapa buzzer dibayar oleh orang-orang yang punya kepentingan sendiri.

"Misalnya ada orang, pengusaha, atau orang yang dekat dengan kekuasaan, punya dana lebih, dia suka rela ngumpulin misalnya dana untuk membuat buzzer-buzzer, atau influencer ini bisa aja. Ya mungkin aja," jelas Iman. "Tapi secara resmi Istana saya rasa gak mungkin," kata dia lagi.

Baca Juga: 5 Fakta tentang Buzzer Politik, Bayarannya Bisa Sampai Rp50 Juta

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya