Buruh: Kartu Pra Kerja Tak Jadi Solusi Bagi Kami yang Kena PHK
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wakil ketua umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Jumisih tegas mengatakan Kartu Pra Kerja tidak dapat menjadi solusi dari maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang merupakan imbas dari pandemik COVID-19 ini. Sebab, usai mengikuti program yang ditawarkan di dalam kartu pra kerja tak menjamin mereka bisa kembali mendapatkan pekerjaan.
"Sementara itu, kartu pra kerja bukan solusi untuk mengurangi beban masalah buruh dan keluarga," kata Jumisih dalam keterangan tertulisnya yang diterima IDN Times pada Kamis (30/4).
Ia juga menyebutkan May Day atau peringatan Hari Buruh 2020 yang jatuh tepat pada hari ini, Jumat (1/5) menjadi May Day paling kelam bagi buruh Indonesia. Lho, mengapa?
1. Alasan KPBI sebut kartu pra kerja tak jadi solusi
Jumisih mengatakan kartu pra kerja justru lebih banyak jadi agen aliran dana bagi para perusahaan penyedia pelatihan. Ragam pelatihan yang disediakan dalam program kartu pra kerja sebenarnya bisa diperoleh secara gratis di akun media sosial seperti di YouTube.
Padahal, Presiden Joko "Jokowi" Widodo sendiri sempat menyebutkan karyawan yang terkena PHK imbas dari pandemik COVID-19 menjadi prioritas dari program ini.
Baca Juga: Curhat Buruh: May Day 2020 Paling Kelam Bagi Buruh
2. Kartu pra Kerja bukan pengganti pesangon
Editor’s picks
Alasan lain menurut KPBI mengapa kartu pra kerja bukan solusi bagi buruh yang kena PHK, karena kartu itu tidak menawarkan pengganti pesangon. Padahal, saat ini salah satu yang paling dibutuhkan buruh adalah kebutuhan bertahan hidup dan asupan gizi yang memadai dalam situasi pandemk.
"Dan bagaimana setelah pandemik ada lapangan pekerjaan yang tersedia," kata Jumisih.
Dia menyebutkan ada 73,29 persen buruh di Jabotabek dan Jawa Tengah yang mengalami kerentanan dalam pekerjaannya.
"Sementara distribusi sembako yang didistribusikan pemerintah malah tidak sampai ke tangan buruh dengan alasan administrasi. Sungguh miris," kata Jumisih lagi.
3. MayDay 2020 paling kelam bagi buruh Indonesia
KPBI juga menilai May Day 2020 merupakan perayaan hari buruh internasional paling buruk yang dialami oleh buruh seluruh Indonesia. Sebab, tidak seperti May Day tahun-tahun sebelumnya, pada hari ini buruh perempuan tidak bisa menyuarakan aspirasinya dengan turun ke jalan.
"Kami tidak bisa berteriak dengan lantang di jalan-jalan dan pusat pemerintahan untuk memprotes kebijakan negara," lanjut Jumisih.
Di tahun-tahun sebelumnya, buruh dan pekerja di Tanah Air akan turun ke jalan, menyuarakan desakan dan tuntutan mereka. Mereka berdemo sebagai bentuk peringatan hari Buruh yang jatuh setiap tanggal 1 Mei.
Baca Juga: Buruh Tak Demo saat May Day, Polda Metro: Mereka Akan Bakti Sosial