Eyang Habibie: Belajarlah, Bukan untuk Lulus tapi untuk Mengerti
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Presiden ke-3 Republik Indonesia B.J. Habibie tentu tidak bisa dipisahkan dari kata 'cerdas'. Pada usianya yang ke-28, Habibie yang kini akrab disapa Eyang Habibie berhasil mendapatkan gelar doktornya. Tidak tanggung-tanggung, gelar itu ia peroleh dari Jerman dalam bidang teknologi pesawat terbang.
Sejauh ini, sejarah mencatat B.J. Habibie menjadi satu-satunya orang yang pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia dengan status Profesor. Habibie menamatkan pendidikan S1 sampai S3 di Jerman. Meskipun demikian, ternyata Habibie pernah bersekolah di ITB selama 6 bulan.
Bagi Eyang Habibie, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting. Banyak hal mungkin menjadi tantangan dalam menjalani pendidikan, namun tidak ada hal yang cukup dijadikan alasan untuk tidak mengejar pendidikan bagi seorang Habibie.
Baca juga: 6 Filosofi Habibie untuk Kamu yang Ingin Sukses di Usia Muda
1. Tips Eyang Habibie soal cara menghadapi rasa malas
Pada kesempatan wawancara eksklusif yang dilakukan Catatan Najwa dengan Habibie, beliau mengatakan bagaimana caranya untuk menghadapi rasa malas. Pertanyaan tersebut datang dari warganet yang mendapat kesempatan untuk bertanya melalui kanal-kanal media sosial IDN Times.
“Pilih apa yang Anda rasa paling suka, konsentrasikan ke situ. Anda jadi jagoan,” kata Habibie dengan nada bersemangat.
Beliau mengatakan tidak ada masalah jika hanya mendapat nilai standar kelulusan untuk hal yang memang kurang digemari. Asalkan waktu ekstra yang dimiliki itu diluangkan untuk hal-hal yang digemari. "Pokoknya lulus aja deh, dapat angka yang terendah, lulus. Tapi waktunya dimanfaatkan untuk yang digemari,” kata Habibie.
“Kalau dari pengalaman Eyang, kalau memang ada perhatian besar pada bidang tertentu, saya belajar bukan untuk lulus, tapi untuk mengerti,” kata Habibie bercerita dengan penuturannya yang lembut. “Kalau sudah mengerti tahu mana persoalannya. Kalau ada persoalannya, tahu mana jawabannya. Kalau tidak ada jawabannya, saya cari jawabannya,” sambungnya.
Editor’s picks
Habibie menegaskan bahwa untuk sesuatu yang memang digemari, tujuan utama yang dikejar bukan untuk lulus, namun untuk mengerti. “Untuk memahami jauh lebih dalam dari sebelumnya,” tuturnya.
2. Eyang hanya tidur 4 jam sehari
Rasa malas yang muncul bagi Habibie merupakan tindakan percuma. Salah satu warganet menanyakan apakah Habibie pernah tidur kurang dari 7 jam dan bagaimana ia mengatasi rasa ngantuknya saat siang hari.
Alih-alih mengeluh soal tidur kurang dari 7 jam saat menempuh pendidikan, Habibie justru menjawab dengan santai. “Saya hanya butuh waktu 4 jam sehari untuk tidur,” katanya dengan nada lembut. “Jadi tidak ada masalah,” jawabnya.
Eyang Habibie memutuskan untuk mengisi waktu terjaganya dengan membaca. "Yang dibaca adalah bidang-bidang yang digemari,” kata Habibie. Bagi Habibie, tidur tujuh jam sehari, itu seharusnya sudah lebih dari cukup
3. Menurut Eyang, cita-cita orangtua juga harus diwujudkan
Bagi Habibie, memiliki cita-cita merupakan hal penting. Tidak hanya bagi anak muda, tapi juga bagi orang yang sudah berusia lanjut. Saat ditanya soal cita-cita, Habibie mengatakan bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh generasi muda terkait cita-cita.
“Kita harus perhatikan cita-cita orang tua,” kata Habibie. Menurut Habibie, orang tua tentu ingin agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang mandiri, berkembang, menjadi unggul dalam bidangnya. “Tapi bidangnya apa? Itu harus sesuai cita-cita kita sendiri,” kata Eyang.